16. Lembaran Baru

Siang itu, sebelum pulang ke rumah. Aluna kembali melakukan USG di ruangan dokter Citra, dokter obgyn yang memeriksanya sejak pertama kali mengetahui berita kehamilannya.

"DUG! DUG! DUG!"

Kembali Aluna mendengarkan suara detakan yang menggema dengan irama yang lebih cepat.

Aluna memandangi layar monitor yang masih belum ia pahami bentuk seutuhnya. Hanya sebuah gambar yang berdetak sangat jelas ia lihat membuat dirinya menebak kemungkinan itu bagian jantung bayinya.

"Apa dia baik - baik saja dok?" Lirihnya mantap dokter Citra yang fokus menatap layar.

"Iya, dia sehat dan sudah berusia 12 minggu!" Balasnya mengulas senyum menatap binar Aluna.

Perlahan Aluna kembali menatap lekat bagian yang berdetak di layar monitor, membuat kelopak matanya bergetar memerah. Ia sangat tidak menyangka di dalam perutnya ada kehidupan seorang bayi yang terus berdetak dan saat ini ialah ujung tombak penentu hidupnya.

Aluna menyadari, mungkin kebahagiaannya dengan Arlan harus ia relakan tapi akan tergantikan dengan kebahagiaan lain.

Perlahan Aluna menitihkan air mata haru merasakan kehadiran bayinya yang sudah ia tunggu selama 5 tahun.

"Nak, mommy mungkin bukan ibu yang sempurna. Tapi percayalah cinta dan kasi sayang untuk mu tidak akan ada habisnya! Walau harus mempertaruhkan nyawa, mommy akan siap asal kamu tetap bertahan sampai tiba waktunya kita bertemu di dunia ini!" Batinnya mengusap air mata.

'

'

'

Setelah melakukan USG, Aluna kembali duduk di kursi berhadapan dengan dokter Citra yang terlihat sedang menuliskan sesuatu.

Kali ini Aluna tidak lagi termenung memelas seperti pertama kali ia mengetahui kehamilannya. Wajahnya lebih segar meski terlihat sedikit kurus.

"Ini resepnya, ingat yah saat ini kamu sedang hamil jadi harus menjaga kesehatan juga rutin meminum obat!" Sahut dokter Citra memberikan secarik kertas.

"Terima kasih dok!"

"Oh ya, ini untuk mu!" Dokter Citra menyodorkan sebuah buku yang berisi catatan."

Aluna mengerutkan dahi menatap buku itu. "Apa ini dok?" lirihnya sambil membuka lembaran buku itu.

Dokter Citra mengulas senyum "Itu beberapa tips dari saya. Kamu bisa membacanya untuk mengurangi ketidaknyamanan selama hamil." Jelasnya dan Aluna hanya menatap menyimak.

"Dan,, mulai besok saya di pindah tugaskan di luar kota!" Lanjutnya.

"Kok mendadak dok?" tanya Aluna sedikit terkejut.

"Pemberitahuannya sejak bulan lalu, saya harus membantu rekan sejawat di sebuah desa terpencil yang masyarakatnya masih jarang tersentuh tenaga medis! Jadi saya bertugas untuk meningkatkan kesadaran mereka terutama kepada ibu hamil agar partisipasi mereka meningkat, sehingga dapat mengurangi beberapa masalah seperti angka kematian ibu dan bayi di desa itu."

Aluna sedikit termenung, baru saja dirinya merasa nyaman dengan dokter Citra tapi, harus berpisah.

"Padahal saya sudah merasa nyaman dengan dokter Citra!" Lirihnya sedikit cemberut membuat dokter Citra tersenyum.

"Kamu tenang saja! Saya sudah memberitahukan kepada keponakan saya. Namanya dokter Leo, dokter obgyn muda berstatus lajang yang baru saja kembali dari luar negeri setelah menyelesaikan gelar masternya." Lanjut dokter Citra sontak membuat Aluna membulatkan mata.

"Dokter Leo?" Batinnya.

"Apa ada masalah?" tanya dokter Citra melihat keterkejutan Aluna.

"Mhh,,, apa dokter tidak memiliki keponakan perempuan?" Tanyanya sedikit ragu, ia merasa canggung jika dokter konsultan kehamilannya seorang laki - laki!

"Ada, tapi dia berkerja di bidang perbankan. Kamu yakin mau berkonsultasi kehamilan dengannya?" Balas dokter Citra menggoda.

"ha,, tidak dok!" Aluna mengernyit.

"Hehehe!" kompak terkekeh kecil.

Akhirnya setelah beberapa hari, siang itu ada tawa dari Aluna. Dokter Citra berharap dengan adanya Leo Aluna bisa lebih nyaman dan banyak tertawa.

"Aluna,, Saya harap setelah saya pergi kamu bisa akur dengan Leo dan menjalani hidup yang lebih baik!" Ucapnya dan Aluna hanya mengulas senyum.

Sejak hari itu Aluna memilih fokus untuk memperhatikan janin dalam perutnya. Perlahan dia mencoba untuk menjalani hidup, meski rasa sakitnya belum hilang. Tapi, ada calon anak yang harus ia bahagiakan.

Dia tidak boleh egois dengan terlalu larut dalam kesedihannya. Aluna perlahan memahami arti sikap dewasa itu seperti apa. Dan, mungkin itulah kenapa ada yang bilang terkadang ada luka yang mendewasakan.

'

'

'

Sehari setelah mendapat perawatan, Aluna akan kembali menjalankan rutinitasnya.

Sinar sang mentari terlihat cerah menerangi seluruh sudut kota. Di sebuah kamar yang berada di lantai 2 yang bernuansa pic.

Terlihat Aluna sedang memilih pakaian yang akan ia kenakan di hari pertamanya masuk kerja setelah beberapa hari absen.

"Hem,,, tidak ada yang menarik!" Gumamnya saat membuka lemari melihat dress yang tergantung dengan berbagai warna. Ia baru ingat kalau sejak 2 bulan ini dirinya tidak pernah berbelanja pakaian.

"Tok,, Tok,,"

Suara ketukan dari balik pintu sontak membuatnya berbalik "Masuk Bi!" Sahutnya.

"Ceklek!"

Bi Inem nampak membawa sesuatu, tapi kali ini sedikit berbeda. Biasanya setiap kali ia membuka pintu selalu saja membawa nampan berisi makanan yang membuatnya mual.

"Ini untuk non Aluna!" Sahut bi Inem menyodorkan bingkisan berwarna putih.

"Apa ini bi?" Tanyanya sedikit mengerutkan dahi merasa bingung dan bi Inem hanya menggeleng kepala.

Aluna perlahan membuka bingkisan itu dan terkejut membulatkan mata. Sebuah mini dress berbahan bludru berwarna merah maron lengan panjang. Bagian kera berbentuk v sedikit terbuka dan berlipit. Sedangkan bagian pinggang lebih nge-pres sehingga memperlihatkan lekukan.

"Cantik, tapi siapa yang ngirim bi?" Tanyanya melirik bi Inem yang kembali menggeleng dan Aluna langsung mengecek di bingkisan yang tidak ada tertulis nama pengirimnya.

Aluna yang tidak berpikir panjang memang sedang membutuhkannya, langsung memakannya dan sangat pas di badannya. Kemudian Aluna memasang sepasang anting berlian yang berkilau juga wedges berwarna hitam.

Terlihat sederhana dan manis, tanpa menghilangkan kesan elegan. Aluna memutar badannya di depan cermin melihat penampilannya.

"Cantik nggak bi?" Tanyanya mengulas senyum.

"Cantik non, sangat cantik malah!" Balas bi Inem mengulas senyum haru melihat keceriaan Aluna yang perlahan kembali.

Pagi itu, Aluna menuju sebuah cafe yang letaknya tidak jauh dari kantornya. Sesuai dengan kesepakatan hari itu ia akan memberikan gambar desain cincin yang terakhir kali ia buat sebelum di opname selama seminggu.

'

'

'

"Selamat pagi Bu?" Sapa Aluna kepada klien wanita yang berpenampilan glamor sambil menarik kursi di sampingnya.

"Selamat pagi bu Aluna, bagaimana kabarnya?"

"Baik Bu!" Balas Aluna mengulas senyum.

Aluna mulai menyodorkan sebuah map yang berisi beberapa gambar yang sudah ia buat sesuai dengan keinginan kliennya.

"Silahkan ibu lihat, disini ada dua desain yang saya buat . Ibu bisa memilih atau mungkin ada yang mau ditambahkan!"

"Wah, bu Aluna ini memang sangat berbakat. Saya suka gambarnya dan pas, tidak terlalu berlebihan."

"Terima kasih. Ibu terlalu memuji!"

"Hehehe!" kompak terkekeh kecil.

"Mm,,, kalau begitu saya pilih yang ini aja bu, permatanya lebih menonjol!" Menunjuk gambar di sisi kanan.

"Baik bu. Secepatnya saya akan menyelesaikan pesanan ibu!" Balas Aluna.

"Kalau begitu saya permisi dulu!" klien itu menjabat tangan Aluna sebelum meninggalkan tempat itu.

"Hhhfftt!" Aluna sedikit mengangkat alisnya bernapas lega karena kliennya cukup baik dan dia tidak perlu merevisi lagi.

"Kruyuk,, Kruyuk,,,"

"Kamu lapar ya?" Gumamnya memegang perutnya yang keroncongan.

Aluna mulai membuka album menu memilih pesanan. Tapi ia bingung harus makan apa takutnya dia kembali muntah. Sejak keluar dari rumah sakit muntahnya sudah berkurang, jika salah makan bisa saja dia kembali muntah lagi.

Aluna melihat menu nasi goreng yang terlihat menggiurkan. "Nasi gor,,,"

"Jangan makan berminyak, bisa menambah gejala morning sickness!" Sahut laki - laki yang tidak dikenal tiba - tiba menutup album menu ditangan Aluna.

Aluna mendongak menatap laki - laki dalam balutan kemeja berwarna biru dipadukan celana putih yang bertubuh tinggi, berkulit putih, bermata bulat dengan hidung mancung wajahnya bisa tergolong cute.

Laki - laki itu tersenyum menatapnya, sementara Aluna hanya terdiam masih belum mengerti kenapa ia ada di depannya lalu bersikap sok akrab.

"Hey nyonya!" Sahut laki - laki itu mengangkat tangannya membuyarkan pandang Aluna.

"Akh!" Terkejut. "Kamu siapa?" Lirihnya.

"Leo! Dokter obgyn tertampan di RS. Harapan Ibu!" Balasnya sedikit sombong mengulurkan tangan, sontak Aluna membulatkan mata.

"Jadi ini dokter Leo?" Batin Aluna menelan saliva sedikit canggung.

"A- Aluna!" Lirihnya menyalami tangan Leo.

Leo melambungkan senyuman dan terlihat sangat tampan. Aluna bisa merasakan energi positif dari Leo.

Tak lama kemudian seorang pelayan membawa makanan berupa olahan sayur dan sup ikan juga minuman hangat.

Aluna mengerutkan dahi melihat makanan yang ada di hadapannya, semuanya terlihat lebih sehat.

"Ibu hamil harus makan bergizi. Dan jika mual mntah berlebihan, kamu bisa mengimbangi makan sedikit - sedikit tapi dengan frekuensi yang lebih sering!" Jelasnya sambil mendekatkan makanan itu kepada Aluna.

Aluna menatap dokter Leo yang sedikit lebih cerewet dari bayangannya. Awalnya ia mengira dia laki - laki yang membosankan atau mungkin terlalu formal dalam berbicara.

"Terima kasih!" Balasnya sambil mencicipi sup ikan yang hangat di depannya.

Untungnya di percobaan pertama dia tidak merasakan mual, tapi setelah mencoba beberapa kali tenggorokannya sedikit terasa tidak enak dengan cepat meletakkan sendoknya.

"Mual?" Tanya Leo menatap serius dan Aluna hanya menggeleng.

"Coba kamu minum yang ini!" Lanjutnya.

"Apa ini?" Tanyanya mencium gelas yang berisi minuman yang belum perna ia coba sebelumnya.

"Jahe hangat! Itu bisa membantu mengurangi rasa mual!" balasnya.

Aluna pun mulai meneguknya, wajahnya sedikit masam merasakan air jahe hangat itu menusuk lidah dan tenggorokannya. Tapi untungnya masih aman.

"Heheheh!" Leo terkekeh melihat wajahnya Aluna yang sedikit mengkerut sementara Aluna sendiri sedikit memanyunkan bibirnya.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️

⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️

keknya orang nya konyol nih dr. Leo ... bisa sbg mood booster buat Aluna ...🤭🤭😅😅

2023-08-21

0

⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️

⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️

dari Arlan ??
ato jangan2 dari dr. Leo ? 😅😅😅

2023-08-21

0

⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️

⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️

dr. Citra lagi berperan jadi mak comblang keknya niiii ...😅😅

2023-08-21

0

lihat semua
Episodes
1 1. Kehamilan tak terduga
2 2. 5 Tahun Lalu
3 3. Rencana Pernikahan
4 4. Kecewa dalam Sedih
5 5. Kenyataan yang Pahit
6 6. Kamu Hamil?
7 7. Merindukan Sosok yang Hilang
8 8. Rawat Inap
9 9. Kesepakatan
10 10. Tidak Ada Kecupan Hangat
11 11. Calon Madu
12 12. Desain Cincin Pernikahan Suami
13 13. Rencana Licik
14 14. Mari Bercerai
15 15. Talak
16 16. Lembaran Baru
17 17. Orang Dalam
18 18. Konferensi Pers
19 19. Pura - Pura Baik
20 20. Pertemuan yang Menyiksa
21 21. Rutinitas Dunia Kerja
22 22. Makan Malam
23 23. Jarak tak Selamanya Memisahkan
24 24. Penolakan untuk Nindia
25 25. Sosok Ayah
26 26. Dunia kerja Arlan
27 27. Siasat Rama
28 28. Pertengkaran Arlan Nindia
29 29. Rindu Jangan di Tahan!
30 30. Kelas Bumil
31 31. Aluna Hamil!!
32 32. Belum Sanggup Melepaskan
33 33. Gosip
34 34. Kecelakaan
35 35. Arlan Aluna Hamil!
36 36. Tamparan untuk Nindia
37 37. Tidak Butuh Pengakuan
38 38. Kelicikan dibalas Kelicikan
39 39. Bermain - Main
40 40. Terapi Syok
41 41. Hutang Maaf
42 42. Menyusup
43 43. Berita tak Terduga
44 44. Tidak Sesuai Standar
45 45. Klarifikasi
46 46. Rahasia Nindia Rama
47 47. Rasa Bersalah
48 48. Bayaran Penyesalan
49 49. Markas Bawah Tanah
50 50. 02 : 00
51 51. Khawatir
52 52. Di Hentikan Sementara
53 53. CEO
54 54. Perngobanan
55 55. Bergabung di Perusahaan
56 56. Ancaman
57 57. Mencekam
58 58. Taktik
59 59. Jebakan
60 60. Balasan Jebakan
61 61. Suara Hati
62 62. H-1 Perayaan Perusahaan
63 63. Kejahatan Terbongkar
64 64. Liburan
65 65. Kebahagiaan yang Perlahan
66 66. Nathan & Nala
67 67. Kehidupan Setelah 3 Tahun
68 68. Pesan Terakhir (END)
69 PENGUMUMAN
Episodes

Updated 69 Episodes

1
1. Kehamilan tak terduga
2
2. 5 Tahun Lalu
3
3. Rencana Pernikahan
4
4. Kecewa dalam Sedih
5
5. Kenyataan yang Pahit
6
6. Kamu Hamil?
7
7. Merindukan Sosok yang Hilang
8
8. Rawat Inap
9
9. Kesepakatan
10
10. Tidak Ada Kecupan Hangat
11
11. Calon Madu
12
12. Desain Cincin Pernikahan Suami
13
13. Rencana Licik
14
14. Mari Bercerai
15
15. Talak
16
16. Lembaran Baru
17
17. Orang Dalam
18
18. Konferensi Pers
19
19. Pura - Pura Baik
20
20. Pertemuan yang Menyiksa
21
21. Rutinitas Dunia Kerja
22
22. Makan Malam
23
23. Jarak tak Selamanya Memisahkan
24
24. Penolakan untuk Nindia
25
25. Sosok Ayah
26
26. Dunia kerja Arlan
27
27. Siasat Rama
28
28. Pertengkaran Arlan Nindia
29
29. Rindu Jangan di Tahan!
30
30. Kelas Bumil
31
31. Aluna Hamil!!
32
32. Belum Sanggup Melepaskan
33
33. Gosip
34
34. Kecelakaan
35
35. Arlan Aluna Hamil!
36
36. Tamparan untuk Nindia
37
37. Tidak Butuh Pengakuan
38
38. Kelicikan dibalas Kelicikan
39
39. Bermain - Main
40
40. Terapi Syok
41
41. Hutang Maaf
42
42. Menyusup
43
43. Berita tak Terduga
44
44. Tidak Sesuai Standar
45
45. Klarifikasi
46
46. Rahasia Nindia Rama
47
47. Rasa Bersalah
48
48. Bayaran Penyesalan
49
49. Markas Bawah Tanah
50
50. 02 : 00
51
51. Khawatir
52
52. Di Hentikan Sementara
53
53. CEO
54
54. Perngobanan
55
55. Bergabung di Perusahaan
56
56. Ancaman
57
57. Mencekam
58
58. Taktik
59
59. Jebakan
60
60. Balasan Jebakan
61
61. Suara Hati
62
62. H-1 Perayaan Perusahaan
63
63. Kejahatan Terbongkar
64
64. Liburan
65
65. Kebahagiaan yang Perlahan
66
66. Nathan & Nala
67
67. Kehidupan Setelah 3 Tahun
68
68. Pesan Terakhir (END)
69
PENGUMUMAN

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!