_QUEEN JEWELRY GROUP_
Dua wanita karier terlihat sedang menekuni pekerjaannya, masing - masing terlihat sedang memainkan pensil di atas kertas HVS berwarna putih.
Siang itu, Aluna terlihat sedang menggambar sebuah kalung yang sedikit berjumbai, bagian ujung sedikit runcing dan dikelilingi berlian yang memancarkan cahaya. Terlihat cantik memesona.
Sementara Helen telah menyelesaikan sebuah gambar benda yang berbentuk lingkaran berupa cincin indah, terdapat berlian berukuran sedang yang berbentuk oval, namun cukup menonjol pada bagian tengah. Sangat cocok untuk kalangan ibu - ibu sosialita yang sering terkesan pamer.
"Ting!"
Notifikasi ponsel Aluna berbunyi, tanpa berlama - lama ia merogoh tasnya melihat WeChat yang baru saja masuk.
"Waktunya makan siang! Makan yang kering - kering saja kalau merasa mual, jangan lupa minum yang hangat - hangat!"
"Leo."
Aluna membulatkan mata tidak menyangka mendapat chat dari dokter Leo. Aluna tidak habis pikir, dia memang sedikit berbeda. Suka datang tiba - tiba dan cerewet.
Dia berpikir epertinya selama beberapa bulan ke depan dirinya akan terus merasa seperti sedang di awasi oleh dokter Leo.
Aluna sedikit tertegun sejenak memikirkan makanan seperti apa yang dia inginkan sambil mengingat saran dari Leo.
Helen yang melihat tingkah Aluna sedikit mengerutkan dahi terbesit ide jahil di benaknya.
"Akh!" Aluna terkejut saat gulungan kertas dari Helen mendarat di dahinya. "Helen,," Sahutnya melirik sambil mengerucutkan bibirnya.
"Hehehh!" terkekeh kecil "Akh!" Helen terkejut saat Alun melempar kembali gulungan kertas yang mengenai wajahnya.
"Dih balas dendam!" Sahut Helen menggosok pipinya.
"Masih untung gue balikin kertas, kalau gue balikin batu gimana?" Balas Aluna menjulurkan lidah menggoda Helen.
"Hahaha!" Kompak terkekeh.
Seperti itulah Aluna memulai har - harinya memulihkan luka hatinya yang entah sampai kapan akan sembuh sepenuhnya. Paling tidak, ia tidak lagi meneteskan air mata di setiap malamnya, tidak lagi terlalu merasakan kesepian dalam kesendiriannya.
Bayi dalam kandungannya akan selalu memberikan kekuatan dan kehangatan untuknya dalam menjalani hidup.
'
'
'
2 hari berita pernikahan Arlan dan Nindia bergulir di media, menuai banyak komentar positif maupun negatif dari masyarakat. Sehingga semakin meresahkan PT. PERKASA WIJAYA, terutama para pemegang saham.
Kembali Arlan menggelar konferensi pers terkait permasalahan pribadinya yang tidak bisa di biarkan terlalu berlarut - larut.
Tepat jam 10 : 00 pagi, Arlan dalam balutan stelan jas berwarna sea green, terkesan tenang namun dalam. Wajahnya tidak kekurangan ketampanan sepeserpun tapi ekspresi datarnya sulit di tebak isi pemikirannya.
"Terima kasih atas kerjasamanya, hari ini saya Arlan Raden Wijaya selaku pemegang saham terbesar dan juga CEO dari PT. PERKASA WIJAYA, akan melakukan konferensi pers terkait rumor yang mengatas namakan saya pribadi!" Ucapnya serak di depan para media.
"Saya mengonfirmasi kalau rumor itu benar adanya, dan saya harap kalian jangan menyangkut pautkan masalah pribadi saya dengan perusahaan kami. Karena kinerja saya tidak berpengaruh dengan masalah pribadi! Lanjutnya.
"Dan tolong jangan ada beranggapan kalau saya CEO yang semena - mena mengenai wanita. Karena istri saya saat ini cuma satu! Jadi tolong jangan melihat kebelakang karena masa lalu sudah berlalu! kembali Arlan melanjutkan ucapnya dengan lantang penuh penekanan.
"Terima kasih!"
Arlan meninggalkan Aula yang luas itu dengan cepat di dampingi para bodyguard yang berjumlah 4 orang.
"Jadi istrinya cuma satu?"
"Berarti yang dulu sudah tidak bersamanya lagi?"
"Iya ya!"
Para reporter itu saling berbisik dan tidak lagi saling berebutan dalam huru hara seperti konferensi pers 2 bulan lalu. Mendengar perkataan Arlan membuat mereka tidak dapat menggali informasi yang lebih dalam, seketika seperti tidak menarik lagi.
"Teman - teman terima kasih kerja samanya, sekarang konferensi persnya sudah selesai!" Sahut Rama di dampingi Kris membubarkan para reporter itu.
'
'
'
Di halaman belakang kediaman Wijaya, nampak dua laki - laki paru baya yang sedang duduk menatap layar iPad menyaksikan pernyataan dari Arlan.
Wajah tuan Wijaya memerah, ia belum mengetahui kesepakatan perceraian antara Arlan dan Aluna merasa sangat kesal dengan Arlan yang mengatakan istrinya cuma satu.
Tentu saja ia tidak rela menantu kesayangannya tidak di akui. Tapi, sedikit janggal karena ia sangat tahu kalau Arlan tidak mungkin berkata seperti itu tanpa sebab.
"Apa maksudnya ini?" Sahut tuan Wijaya sedikit ketus. "Tolong hubungi Arlan suruh temui saya hari ini juga!" Lanjutnya kepada kepala pelayan.
"Baik tuan!"
'
'
'
Di dalam kamar yang bernuansa krem itu, Nindia duduk bersantai di sofa sambil menatap binar layar tv menunggingkan senyum licik.
Ia bersorak dalam hati, rencananya selangkah lebih maju perlahan menghapus Aluna dari kehidupan Arlan.
"Bagaimana, kamu senangkan sekarang?" Tanya ibunya sambil mendekatinya membawakan buah segar.
"Aku yakin, si bodoh yang cengeng itu pasti sedang menangis meringkuk di kamarnya!" Balas Nindia mengambil buah apel berwarna merah, lalu melirik ibunya.
Keduanya memancarkan tatapan tajam menyunggingkan senyum licik khas mereka.
'
'
'
Malam itu Aluna berdiri di balkon kamar menatap cahaya rembulan yang menyinari wajahnya, hembusan angin terasa dingin menusuk.
"Istri saya saat ini cuma satu! Jadi tolong jangan melihat kebelakang karena masa lalu sudah berlalu!"
Perkataan Arlan kembali terngiang di benaknya saat mengingat kembali tayangan konferensi pers tadi siang.
Tidak dipungkiri hatinya terasa sakit. Akhirnya setelah 2 bulan publik tahu hubungannya dengan Arlan sudah berakhir, kini Nindia lah yang diakui sebagai istri satu - satunya.
Matanya sedikit memerah menatap beberapa bintang di langit, menahan agar ia tidak lagi kembali menjatuhkan buliran jernih. Bintang kecil namun cahayanya mampu dilihat oleh semua orang.
Aluna menguatkan dirinya agar tidak menjatuhkan setetes pun air mata, ia tahu saat ini semakin dirinya lemah maka ada orang yang akan bersorak kemenangan atas kekalahannya.
Aluna bertekad untuk tidak terlalu larut dalam memikirkan masa lalunya. Mungkin keputusannya sedikit ceroboh, tapi bukan berarti pilihan yang di jalani sepenuhnya salah.
"Ting!"
Aluna sedikit terkejut mendengar notifikasi ponselnya berbunyi memecah keheningan malam itu. Lalu merogoh sakunya membuka WeChat.
"Selamat malam,, jangan lupa minum susu juga vitaminnya!"
Lagi - lagi chat dari dokter Leo masuk yang sudah seperti menjadi alarm baginya.
"Halo nyonya,, apakah anda tidak berniat membalasnya?
Leo kembali mengirimkan pesan cek respon, karena Aluna hanya memandangi layar ponselnya tanpa membalas chat.
'
'
'
"Ting!"
Aluna kembali membuka ponselnya membaca chat dari dokter Leo yang semakin banyak, sambil berjalan mendekati meja makan membawa segelas susu coklat di tangannya.
"Nyonya,, aku dokter yang sedang memberikan perhatian kepada pasiennya."
" Apa anda masih belum berniat membalasnya?"
"Cekrek!"
Aluna memotret segelas susu di tangannya lalu mengirimkan kepada Leo sebagai jawaban.
"Baiklah,, terima kasih telah menjadi pasien yang patuh dan teladan!" 😸
Aluna menggeleng mengulas senyum kecil membaca chat dari Leo. Sosoknya yang sedikit berbeda suka muncul tiba - tiba tanpa mengenal waktu dan tempat juga terkesan kekanak - kanakan.
"E'hem!" Deheman dari bi Inem mengejutkan Aluna langsung menarik senyumannya.
"Sepertinya non Aluna sedang bahagia?" Goda bi Inem menatap Aluna.
"Biasa aja bi, siapa yang bahagia?" Balas Aluna mengalihkan pandangannya.
"Abisnya tadi bibi lihat Non senyum - senyum sambil lihat ponsel." Kembali bi Inem menggoda.
"Perasaan bibi aja kali?" Balas Aluna sambil meminum susu yang dari tadi ia pegang.
"Tapi mamang juga tadi liat kok non!" Sahutnya tiba - tiba.
"Ukhuk,, ukhuk,,"
Aluna hampir saja tersedak mendengar perkataan pak mamang yang ternyata berada di belakangnya dari tadi.
"Pelan - pelan non!" Sahut bi Inem menepuk kecil pundak Aluna.
Aluna meletakkan gelasnya yang hanya di minum setengah lalu melirik bi Inem dan mang hasim bergantian. Ada rasa canggung membuat pipinya memanas.
"Aluna ke kamar dulu ya bi , mang!" Ucapnya lalu meninggalkan mereka.
"Susunya non?" Sahut bi Inem sedikit berteriak.
"Udah kenyang bi!" Balasannya terdengar kecil karena sudah berada di lantai atas.
'
'
'
Aluna berbaring di atas kasur sambil kembali membuka catatan dari dokter Citra. Pada lembaran selanjutnya berisi informasi tentang aktivitas fisik, seperti berolahraga raga.
Dokter Citra menyarankan Aluna ikut dalam kelas, atau bisa melakukan sendiri di rumah dengan bantuan video tutorial seperti melakukan yoga sebagai bentuk relaksasi untuk meningkatkan kesehatan juga menenangkan pikiran . Dokter Citra juga menyarankan agar Aluna bisa berjalan - jalan kecil di sekitar rumah di pagi hari.
Aluna memahami setiap isi catatan itu sampai tertidur pulas sambil memeluk catatan itu. Ia bertekad untuk menjalankan kehamilan sesuai dengan panduan yang diberikan, tentunya juga dalam pengawasan dokter Leo.
'
'
'
Esok hari di kediaman keluarga Wijaya. Arlan yang pagi itu datang memenuhi panggilan papanya di dampingi oleh Kris berjalan memasuki ruang tengah yang luas dan megah itu.
"Apa ini?" Tanya tuan Redan Wijaya meletakkan iPad di meja dengan kasar yang berisi foto pernikahannya dengan Nindia.
"Pa,,," Sahutnya memandangi foto di depannya.
"Coba jelaskan ke papa maksud kamu mengatakan saat ini hanya memiliki satu isteri!" Balas tuan Wijaya dengan nada kesal.
"Aku dan Aluna sudah bercerai!" Jawab Arlan singkat dan padat.
Tuan Wijaya sontak membulatkan mata terkejut mendengar omongan anak semata wayangnya. Selama ini Arlan sengaja menyembunyikan perceraiannya dengan Aluna, takut kondisinya drop lagi.
"Sejak kapan?" Tanya tuan Wijaya bergetar.
"2 bulan lalu!" Suara Arlan serak.
Wajah tuan Wijaya terlihat memerah masam, menatap Arlan dan Kris.
'
'
'
"Ampun pa,,!"
"Ampun tuan Awh!
"Ampun tuan!"
"Awh,, ampun pa! Ampun!"
Arlan berlari keluar dari ruangan tengah sambil sedikit berdendang di ikuti oleh Kris. saat tuan Wijaya mengejarnya sambil memukulkan tongkatnya ke kaki mereka.
"Dasar bocah - bocah nakal!" Selalu bertindak sendiri! Gerutu tuan Wijaya mengayunkan tongkat semakin membuat Arlan dan Kris berlari kencang sampai keluar halaman.
"JANGAN PERNAH KEMBALI BOCAH NAKAL!" Teriaknya memaki sambil berdiri di depan pintu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️
memang pak Wijaya msih bisa lari ??? 🤔
2023-08-21
0
⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️
dr. Leo bikin gumush ... 🤭
2023-08-21
0
⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️
bangkit Al .. !!! demi diri kamu sendiri dan debay imut di perut kamu itu ... 💪💪✊️💝💝😍😍
2023-08-21
0