10. Tidak Ada Kecupan Hangat

Pagi itu, sinar matahari terpancar dengan cerah menghiasi seluruh sudut kota.

Arlan telah bersiap ke kantor, namun rautnya terlihat datar dan tidak banyak bicara. Rasa kesalnya belum sepenuhnya hilang.

Sementara Aluna yang lebih memilih diam ketimbang harus membuka percakapan yang mungkin saja bisa memicu pertengkaran mereka.

"Aku pergi dulu!" Sahut Arlan seraya meraih jas yang di sodorkan oleh Aluna.

"Hati - hati mas!" Balasnya bersiap mencium tangan Arlan, tapi Arlan sendiri tidak memperhatikan tangan Aluna yang mengudara dan langsung berjalan keluar dari kamar.

Aluna terpaku dalam kamar, hatinya berkecamuk akan sikap dingin suaminya. Perlahan melangkah mendekati jendela kaca mengintip Arlan yang terlihat rapi dengan menenteng jas dan tas kantornya bergegas masuk ke dalam mobil.

Aluna memandangi mobil sport hitam itu melaju hingga hilang dari pandangannya. Matanya bergetar menahan pedih air mata yang bersiap mengalir. Sepertinya Arlan tidak mengingat sama sekali malam panas yang mereka lewati semalam.

Yah tentu saja karena Arlan sedang mabuk. Tapi, setidaknya ada sedikit yang terlintas bukan dibenaknya. Terlebih dirinya menyerang tubuh Aluna semalaman penuh hingga dia merasakan tubuhnya seakan remuk saat bangun di pagi hari.

Hatinya sakit, kala mengingat momen itu. Aluna sempat berpikir mungkin esok hari setelah meluapkan kepadanya Arlan akan melupakan permasalahan. Tapi ternyata tidak! Arlan masih terlihat menyimpan kekesalan yang dalam untuknya.

Bahkan terlihat enggan menatapnya sampai mengabaikan dirinya yang hendak menyalami. Tidak ada ucapan romantis yang menyambut paginya, tidak ada kecupan hangat yang menghiasi.

"Hhhfftt!!!!"

Aluna menghela napas menggeleng kecil mencoba membuang semua kesedihan dan pikiran buruknya. Mungkin saja Arlan butuh waktu untuk menerima!

Tanpa berlama - lama, Aluna meraih ponsel juga tas selempangnya lalu beranjak keluar dari kamar. Seperti biasa, Aluna di jemput Helen.

Sejak menikah ia hampir tidak pernah menyetir sendiri karena tidak diperbolehkan oleh Arlan. Biasanya Arlan mengantarnya jika dia ingin ke kantor atau meminta Kris untuk mengantarkan jika ia sedang sibuk.

Pagi itu, Arlan kunjungan proyek diluar kota, itu sebabnya ia dan Kris berangkat lebih awal. Dan setiap kali Arlan dan Kris sibuk Helen selalu menwarkan diri untuk menjemputnya.

'

'

'

_QUEEN JEWELRY GROUP_

Aluna dan Helen berjalan kecil di lobi. Sepanjang jalan Aluna melamun dan tak berbicara membuat Helen menaruh curiga. Namun, tidak langsung menegurnya takut jika dirinya salah prasangka.

Pagi itu, ada rapat kecil di kantornya untuk membahas beberapa desain yang akan mereka gunakan dalam acara pameran perhiasan yang akan di laksanakan di Paris.

"Bagaimana? Apa kalian sudah persiapkan model desain kalian?" Tanya laki - laki botak berumur sekitar 40 tahun itu yang bernama Hardiman dan merupakan atasan Aluna.

"Sudah pak!" Jawab peserta rapat serentak kecuali Aluna yang diam dengan tatapan lurus.

Helen menggeleng kecil melirik Aluna yang terdiam. Lalu mulai membuka gambar desain yang di buat di atas kertas HVS berwarna putih, begitu juga dengan desainer yang lain.

Peserta rapat hanya di hadiri sekitar 10 orang saja. 5 diantaranya desainer termasuk Aluna dan Helen.

Mereka memberikan gambarnya kepada pak Hardiman secara bergantian. Kini giliran Aluna, tapi dia hanya duduk mematung memegang kertasnya membuat pak Hardiman sedikit mengerutkan dahi.

"Bu Aluna giliran anda!" Sahut wanita muda berambut coklat tergerai sekertaris pak Hardiman.

Aluna masih terdiam bahkan sama sekali tidak mendengarkan namanya dipanggil. Seluruh peserta rapat menatap bingung kepadanya, sementara Helen mulai menyikut lengan sahabatnya.

"Akh!" Terkejut lalu menatap orang - orang yang juga sedang menatapnya. Aluna sedikit panik lalu mengerutkan dahi melirik Helen yang duduk di sampingnya.

Helen mengangkat kertasnya sebagai kode sontak membuat Aluna sedikit membulatkan mata mengerti maksud dari sahabatnya.

"Oh, i,, ini pak!" Ucapnya terbata - bata dengan cepat menyodorkan kertas ditangannya.

Pak Hardiman mengambil semua gambar dari para desainer itu lalu memberikan kepada sekretarisnya.

"Baik saya akan melihat gambar - gambar kalian! Nanti akan ada 2 gambar yang terpilih mewakili perusahaan kita!" Sahutnya menatap peserta rapat bergantian. "Dan,, bagi yang terpilih akan menghadiri pameran secara langsung!" Lanjutnya dan seluruh peserta mengulas senyum rapat pun selesai.

'

'

'

Saat ini, Aluna bersama Helen tengah berada di dalam ruangan yang berukuran 6 x 6 yang dikelilingi dinding kaca. Ruangan itu merupakan tempat kerja Aluna dan Helen. Sementara desainer lain juga memiliki ruangan sendiri.

"Luna, kamu ada masalah?" Tanya Helen yang duduk di depan Aluna.

"Hhhfftt!!!" Menghela napas.

Aluna menatap Helen yang juga menatapnya dengan penasaran. Wajahnya tiba - tiba terlihat pucat dan sudut matanya memerah membuat Helen menatap khawatir.

'

'

'

"APA??" Tanya Helen syok membulatkan mata setelah mendengar penjelasan Aluna.

"Hhhfftt..."

Aluna menghela napas bersandar di kursi putar menatap Helen yang tidak percaya akan yang dia katakan.

"Kamu taukan selama 5 tahun ini aku belum mampu memberikan keturunan untuk keluarga Raden Wijaya! A,,ku, aku tidak punya pilihan lain Helen! Ucapnya beranjak dari duduknya menghampiri jendela kaca.

"Tapi kalian masih punya waktu!" Balas Helen sedikit kesal.

"Tidak,, orang tua mas Arlan. Maksudku,," Aluna kembali menghela napas "Hhhfftt! mama, mamanya mas Arlan sudah tidak bisa menunggu lebih lama! Lanjutnya dengan lirih.

Helen memicingkan kan mata beranjak menghampiri Aluna. "Mamanya Mas Arlan sakit?" Tanya Helen sedikit bingung.

"Tidak,,!" Lirihnya menggeleng kecil.

"Lalu?" Helen menyilangkan tangan.

"Dia merasa kesepian melihat para teman sosialitanya yang sudah menggendong cucu! Lagipula PT. Perkasa Wijaya butuh penerus dan,, mama tidak ingin jika posisi pemimpin dalam perusahaan diambil oleh keluarga Wijaya yang lain!" Balas Aluna tersenyum kecut.

"Apa?" Helen melongo membulatkan mata, seketika rasa kesalnya muncul. "Cih keluarga kaya selalu saja mementingkan kedudukan yang tinggi dan sangat takut kehilangan hartanya sepeserpun!" Lanjutnya memanyunkan bibirnya.

"Terus siapa wanita itu?" Kembali Helen bertanya dengan nada kesal.

"Aku belum tau. Tapi mama berencana mempertemukan kami secepatnya!"

"Pokoknya kalau wanita itu terlihat genit atau tidak baik kamu harus menolaknya secara langsung!" Balas Helen tegas sambil menunjuk Aluna.

"Kamu tenang saja!" Kembali mengulas senyum kecil.

2 Minggu kemudian...

Siang itu, Aluna yang baru saja bertemu dengan salah satu kliennya terlihat keluar dari salah satu cafe dengan sedikit terburu - buru.

Di sana sudah ada Kris yang menunggunya di depan pintu masuk. Sementara Arlan sendiri duduk bersantai dalam mobil sport hitam dengan balutan jas.

"Maaf, aku telat yah?" Tanya Aluna berlari mendekati pintu mobil.

"Kami juga baru sampai Bu!" Balas Kris membukakan pintu.

Aluna mendudukkan bokongnya di sebelah Arlan yang terlihat sibuk dengan ponselnya.

"Jalan Kris!" Sahut Arlan serak.

Sejak kesepakatan pernikahan, hubungan Arlan dan Aluna sedikit renggang, mereka hanya berbicara seperlunya saja dan terkesan serius membuat Kris selalu merasa canggung jika berada di tengah - tengah mereka.

Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 20 menit, mereka telah sampai di sebuah rumah yang berlantai 4 yang luas dan modern.

Gerbang besi yang menjulang tinggi dengan lapisan campuran emas terlihat berkilau. Pagar itu terbuka secara otomatis dan terlihat beberapa penjaga yang berpostur tubuh tegap besar menyambut mereka dalam keadaan sedikit menunduk sebagai tanda hormat mereka.

Setelah melewati gerbang, mobil masih harus melewati jalan yang melingkar sedikit lebih panjang dengan dikelilingi rerumputan hijau membentang luas.

Ada banyak tanaman hias dengan bajet yang cukup mahal, air mancur dan kolam ikan yang di penuhi beberapa jenis koi termahal menghiasi halaman yang luas itu.

Rumah mewah itu tidak lain merupakan kediaman keluarga tuan besar Raden Wijaya. Ayah dari Arlan Raden Wijaya. Rumah besar itu telah di huni oleh Ayah dan ibu Arlan yang bernama Larisa Wijaya, juga bibi dan adik sepupunya yang bernama Rama Redan Wijaya.

Kakek Arlan tuan Wijaya sendiri sudah meninggal. Selain keluarga, di rumah itu terdapat ART yang berjumlah 5 orang dan masing - masing memiliki tugas yang berbeda.

Bahkan mereka memiliki kepala koki keluarga tersendiri yang siap melayani mereka bersama para ART yang lain. Sementara yang berjaga di depan sebanyak 4 orang, mereka merupakan bodyguard keluarga Raden Wijaya.

'

'

'

"Selamat datang tuan, nyonya!" Sahut laki - laki tua yang berambut putih.

"Papa dan mama ada di mana?" Tanya Arlan serak.

"Mereka sudah menunggu di ruang tengah tuan!" Balasnya sedikit membungkuk.

"Terima kasih!" Arlan melangkah masukkan ke dalam rumah yang luas itu diikuti oleh Aluna.

Ruma yang luas, saking luasnya terasa sunyi. Fasilitas di dalamnya sangat mewah dan mahal, keramik yang berkilau dengan kualitas tinggi, dinding yang di hiasi beberapa dinding kaca mengelilingi.

Terdapat 15 kamar di dalamnya, dan beberapa ruangan yang luas. Mereka berjalan menuju ruang tamu.

Di sana sudah ada tuan Raden Wijaya dan nyonya duduk menunggu. Tapi, kali ini keadaan sedikit berbeda membuat Aluna dan Arlan menatap heran saat melihat Nindia bersama ibunya yang juga duduk di ruangan itu.

"Kalian sudah datang! Silahkan duduk!" Sahut nyonya Wijaya.

Arlan dan Aluna duduk di sofa yang panjang berdampingan dengan Nindia dan ibunya. Sementara papa dan mamanya duduk berhadapan dengan mereka.

Bersambung...

Episodes
1 1. Kehamilan tak terduga
2 2. 5 Tahun Lalu
3 3. Rencana Pernikahan
4 4. Kecewa dalam Sedih
5 5. Kenyataan yang Pahit
6 6. Kamu Hamil?
7 7. Merindukan Sosok yang Hilang
8 8. Rawat Inap
9 9. Kesepakatan
10 10. Tidak Ada Kecupan Hangat
11 11. Calon Madu
12 12. Desain Cincin Pernikahan Suami
13 13. Rencana Licik
14 14. Mari Bercerai
15 15. Talak
16 16. Lembaran Baru
17 17. Orang Dalam
18 18. Konferensi Pers
19 19. Pura - Pura Baik
20 20. Pertemuan yang Menyiksa
21 21. Rutinitas Dunia Kerja
22 22. Makan Malam
23 23. Jarak tak Selamanya Memisahkan
24 24. Penolakan untuk Nindia
25 25. Sosok Ayah
26 26. Dunia kerja Arlan
27 27. Siasat Rama
28 28. Pertengkaran Arlan Nindia
29 29. Rindu Jangan di Tahan!
30 30. Kelas Bumil
31 31. Aluna Hamil!!
32 32. Belum Sanggup Melepaskan
33 33. Gosip
34 34. Kecelakaan
35 35. Arlan Aluna Hamil!
36 36. Tamparan untuk Nindia
37 37. Tidak Butuh Pengakuan
38 38. Kelicikan dibalas Kelicikan
39 39. Bermain - Main
40 40. Terapi Syok
41 41. Hutang Maaf
42 42. Menyusup
43 43. Berita tak Terduga
44 44. Tidak Sesuai Standar
45 45. Klarifikasi
46 46. Rahasia Nindia Rama
47 47. Rasa Bersalah
48 48. Bayaran Penyesalan
49 49. Markas Bawah Tanah
50 50. 02 : 00
51 51. Khawatir
52 52. Di Hentikan Sementara
53 53. CEO
54 54. Perngobanan
55 55. Bergabung di Perusahaan
56 56. Ancaman
57 57. Mencekam
58 58. Taktik
59 59. Jebakan
60 60. Balasan Jebakan
61 61. Suara Hati
62 62. H-1 Perayaan Perusahaan
63 63. Kejahatan Terbongkar
64 64. Liburan
65 65. Kebahagiaan yang Perlahan
66 66. Nathan & Nala
67 67. Kehidupan Setelah 3 Tahun
68 68. Pesan Terakhir (END)
69 PENGUMUMAN
Episodes

Updated 69 Episodes

1
1. Kehamilan tak terduga
2
2. 5 Tahun Lalu
3
3. Rencana Pernikahan
4
4. Kecewa dalam Sedih
5
5. Kenyataan yang Pahit
6
6. Kamu Hamil?
7
7. Merindukan Sosok yang Hilang
8
8. Rawat Inap
9
9. Kesepakatan
10
10. Tidak Ada Kecupan Hangat
11
11. Calon Madu
12
12. Desain Cincin Pernikahan Suami
13
13. Rencana Licik
14
14. Mari Bercerai
15
15. Talak
16
16. Lembaran Baru
17
17. Orang Dalam
18
18. Konferensi Pers
19
19. Pura - Pura Baik
20
20. Pertemuan yang Menyiksa
21
21. Rutinitas Dunia Kerja
22
22. Makan Malam
23
23. Jarak tak Selamanya Memisahkan
24
24. Penolakan untuk Nindia
25
25. Sosok Ayah
26
26. Dunia kerja Arlan
27
27. Siasat Rama
28
28. Pertengkaran Arlan Nindia
29
29. Rindu Jangan di Tahan!
30
30. Kelas Bumil
31
31. Aluna Hamil!!
32
32. Belum Sanggup Melepaskan
33
33. Gosip
34
34. Kecelakaan
35
35. Arlan Aluna Hamil!
36
36. Tamparan untuk Nindia
37
37. Tidak Butuh Pengakuan
38
38. Kelicikan dibalas Kelicikan
39
39. Bermain - Main
40
40. Terapi Syok
41
41. Hutang Maaf
42
42. Menyusup
43
43. Berita tak Terduga
44
44. Tidak Sesuai Standar
45
45. Klarifikasi
46
46. Rahasia Nindia Rama
47
47. Rasa Bersalah
48
48. Bayaran Penyesalan
49
49. Markas Bawah Tanah
50
50. 02 : 00
51
51. Khawatir
52
52. Di Hentikan Sementara
53
53. CEO
54
54. Perngobanan
55
55. Bergabung di Perusahaan
56
56. Ancaman
57
57. Mencekam
58
58. Taktik
59
59. Jebakan
60
60. Balasan Jebakan
61
61. Suara Hati
62
62. H-1 Perayaan Perusahaan
63
63. Kejahatan Terbongkar
64
64. Liburan
65
65. Kebahagiaan yang Perlahan
66
66. Nathan & Nala
67
67. Kehidupan Setelah 3 Tahun
68
68. Pesan Terakhir (END)
69
PENGUMUMAN

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!