3. Rencana Pernikahan

Tahun pertama, kedua hingga ketiga telah mereka lalui dengan harmonis. Hingga memasuki tahun keempat, berbagai pertanyaan mulai bermunculan dari orang - orang terdekat hingga rekan - rekan kerja yang terus mempertanyakan perihal kapan mereka akan memiliki momongan.

Bahkan teman-teman sosialita mertua Aluna sili bergantian melayangkan pertanyaan - pertanyaan itu. Membuat mertuanya yang awalnya biasa saja perlahan mulai mendesaknya.

Tentu saja yang paling merasa tidak enak adalah Aluna. Meski suaminya sendiri tidak mempermasalahkan, tapi Aluna tidak bisa terus membungkam mulut - mulut kejam orang di sekelilingnya, ditambah dengan keluhan mertuanya yang mulai membanding - bandingkan dirinya dengan menantu - menantu temannya.

Meski mertuanya tidak pernah mengatakan secara langsung di depannya. Tapi, Aluna kerap mendengarkan ibu mertuanya yang mendesak Arlan.

Hal itu telah berlangsung selama beberapa tahun hingga mencapai puncak permasalahan di tahun kelima yang akhirnya merenggut segala kebahagiaannya.

'

'

'

"Ma. Aku dan Aluna masih mudah! Jadi tidak masalah jika kami belum memiliki anak sampai sekarang!" Sahut Arlan yang sedang berbicara dengan mamanya di ruang kerja pribadinya.

"Arlan! Usia kalian hampir 30 tahun dan akan terus bertambah setiap tahun. Lagian, pernikahan kalian sudah 5 tahun!" Balas mamanya sedikit tegas.

"Lalu apa masalahnya ma? Aku dan Aluna saling mencintai, memiliki anak atau tidak itu tidak ada pengaruhnya bagi kami!" Kembali Arlan menjawab mamanya dengan nada sedikit kesal.

"ARLAN!" Bentak mamanya sambil menatap tajam kepadanya dan Arlan hanya terdiam menatap balik mamanya.

Wajah Arlan mulai menegang. Ini bukan pertama kalinya mereka membicarakan hal tersebut sampai membuatnya merasa muak!

"INGAT ARLAN! PT. PERKASA WIJAYA BUTUH PENERUS!" Lanjut mamanya membentak. "APA KAMU MAU PERUSAHAAN YANG DIRINTIS OLEH KAKEK KAMU KEHILANGAN PENERUS?? DAN INGAT. BEBERAPA KERABAT BERUSAHA MENJATUHKAN KITA DAN SALING BERSAING MEMPEREBUTKAN POSISIMU SEKARANG!! Kembali melanjutkan perkataannya sambil menunjuk wajah Arlan.

"KALI INI. MAMA HARAP KAMU BISA MENERIMA SARAN MAMA UNTUK MENIKAH DENGAN WANITA YANG SUDAH MAMA PILIH UNTUKMU!! Gertak mamanya lalu dengan cepat berbalik meninggalkan ruangan itu.

Arlan mengepalkan kedua tangannya dengan masam menatap tajam punggung mamanya yang berlalu meninggalkan ruangan. Kepalanya seperti merasakan didihan yang meluap sampai hampir meledak.

Diam-diam Aluna mendengar perdebatan ibu dan anak itu untuk kesekian kalinya. Namu, kali ini terdengar lebih mengerikan sampai rasanya seperti sedang memakan bom waktu yang semakin hampir meledakkan dirinya. Seluruh tubuhnya terasa lemas, tenggorokannya tercekat.

Kedua sudut matanya berlinang dan terasa pedih. Aluna mencengkram kuat pada kera bajunya dalam keadaan bergetar berusaha untuk tidak menumpahkan buliran air matanya yang semakin tidak terbendung.

'

'

'

"HAAAAAA!!" Teriak Arlan "BRAKKK!!" Yang kemudian disusul dengan suara pecahan yang melengking saat dia menyapu bersih semua benda yang ada di meja kerjanya.

Sontak mengejutkan Aluna yang masih berdiri di balik dinding tanpa sepengetahuan Arlan dan mamanya.

Aluna menutup kedua kupingnya saat mendengar amukan suaminya. Semakin membuat hatinya tertusuk dan terasa pedih. Air mata yang susah paya dia tahan kini telah bercucuran membasahi pipinya.

Perlahan menjatuhkan badannya berjongkok di lantai. Aluna menangis tanpa suara sambil terus menutup kedua kupingnya serta membenamkan wajahnya di kedua lututnya.

Sedangkan Arlan sendiri duduk termenung bersandar di sudut meja. Tatapannya sendu, kedua matanya memerah. Meski tidak meneteskan air seperti Aluna. Tapi percayalah! Jauh dari lubuk hatinya, rasa sakit yang dia rasakan sangat besar hingga tidak mampu lagi untuk meneteskan air mata.

_2 MINGGU KEMUDIAN_

Saing itu, Aluna menemui mertuanya disebuah restoran yang tak jauh dari tempat kerjanya.

Keduanya telah berada di dalam ruangan private yang sengaja dipesan oleh mertuanya untuk mereka berdua.

"Arlan tau kamu di sini?" Tanya mertua Aluna ringan sambil menyeruput isi gelasnya.

"Tidak ma!" Balasnya sambil menggeleng kecil.

Aluna cukup canggung berada dalam situasi itu. Ada rasa khawatir yang menyelimuti juga rasa tidak enak hati menghadapi mertuanya.

"Mama sengaja memanggilmu untuk membicarakan sesuatu hal penting!" Kembali mertuanya membalas membuat Aluna sedikit gugup hingga kedua tangannya menggenggam gelas miliknya dalam keadaan sedikit bergetar.

"Luna. Ibu berencana menikahkan Arlan dengan wanita lain!" Lanjutnya langsung pada inti sambil menatap Aluna.

"BUM!"

Aluna terlonjak membulatkan mata mendengar ucapannya, seketika tubuhnya terasa lemas. Tenggorokannya tercekat dengan susah paya menelan salivanya. Meski sebelumnya dia sudah bisa menebak arah pembicaraan mereka dari awal, tapi tetap saja rasanya sakit mendengarnya langsung.

"Tapi kamu tenang aja! Mama tidak meminta kalian bercerai, mama hanya ingin kamu memberikan persetujuan!!" Sambung mertuanya yang terdengar enteng.

"DUG! DUG! DUG!"

Aluna semakin terlonjak. Hatinya kian remuk mendengar perkataan terakhir dari mertuanya yang sama sekali tidak memikirkan perasaannya. Aluna tidak menyangka orang yang selama 5 tahun dia panggil mama bisa dengan mudah merencanakan pernikahan untuk suaminya bahkan membiarkan dirinya dimadu.

Sakit! Rasanya sangat sakit jika membayangkan semu itu sampai membuat seluruh tubuhnya lemas dan bergetar.

Dengan mata memerah terasa pedih, juga bibirnya bergetar. Bahkan kedua tangannya mencengkram kuat pada gelas yang dia pegang dari tadi. Aluna menatap dalam mertuanya meneliti wajah paru baya di depannya. Berharap apa yang dia katakan itu hanyalah sebuah candaan semata.

Tapi... Yang dia temukan hanya kenyataan yang pahit. Aluna menemukan wajah di depannya terlihat tidak sedang bercanda, dan.. terlihat sama sekali tidak ada rasa iba untuk dirinya membuat hatinya kian remuk semakin dalam.

Sekuat tenaga Aluna menahan agar matanya tidak menjatuhkan setetes pun buliran air mata di depan mertuanya. Meski hatinya hancur berkeping, Aluna tidak ingin terlihat lemah di depannya.

Aluna menegakkan pandangannya menatap dalam kedua matanya mertuanya, lalu mengatupkan gigi. "Baik kalau itu keinginan mama!" Balas Aluna bergetar.

"Terima kasih! Mama harap secepatnya kamu bujuk Arlan!" Balas mertuanya menunggingkan senyum kecil sambil merapikan tasnya, kemudian beranjak meninggalkan Aluna seorang diri.

'

'

'

Selama beberapa saat Aluna terdiam. Bahkan dia enggan melirik mertuanya yang beranjak meninggalkannya. Seluruh tubuhnya kian bergetar, perlahan buliran keringat dingin bermunculan di dahi hingga pelipisnya.

Rasanya seperti berada dalam ruangan kosong dengan pencahayaan juga sirkulasi udara yang minim membuat dadanya terasa berat dan sesak.

Aluna tertunduk menatap gelas ditangannya, melihat pantulan bayangan wajahnya, kedua sudut matanya perlahan berlinang hingga pandangannya kabur dan bayangannya dalam pantulan gelas juga ikut memudar.

"Tes!" Tak butuh waktu lama tetesan air mata yang sekuat tenaga dia tahan akhirnya membasahi pipinya hingga menetes bercampur pada isi gelas yang dia pandangi.

Aluna menangis dengan bibir bergetar tanpa suara merasakan duri-duri yang menggerogoti hatinya. Meski tidak diminta bercerai, tapi apa gunanya ber status istri jika jelas-jelas dia akan dimadu.

Gila! Mungkin dia akan menjadi wanita gila jika mengatakan rela untuk dimadu. Dengan berat hati Aluna menyetujui permintaan mertuanya, karena dia tidak ingin menjadi menantu durhaka. Arlan sudah cukup membuktikan cintanya, jadi mungkin saja inilah satu-satunya cara untuk memberikan kebahagiaan yang tidak bisa diberikan secara langsung.

'

'

'

Setelah melalui hari-hari yang berat penuh tekanan serta berbagai pertimbangan yang matang. Akhirnya Aluna mulai memberanikan diri untuk mendiskusikan masalahnya dengan Arlan secara terbuka.

Malam itu, dibawa cahaya bulan yang berbentuk sempurna menerangi kedua pasangan suami-istri itu yang sedang menikmati pelukan hangat satu sama lain di balkon kamar mereka.

Aluna mengeratkan pelukannya kepada Arlan sampai membuat Arlan sedikit mengerutkan dahi. Tidak biasanya Aluna memeluknya dengan se-erat itu, terkecuali kalau Arlan akan melakukan dinas luar atau baru saja pulang dari dinas yang memakan waktu selama beberapa hari.

Maka Aluna akan terus memeluk dengan erat sebagai ungkapan melepaskan rasa rindunya. Tapi kali ini sedikit berbeda. Arlan tidak sedang pulang dari dinas luar kota bahkan tidak memiliki jadwal dinas luar dekat-dekat ini.

Arlan tidak berlarut memikirkan perkara pelukan itu. Dia bahkan menyambut pelukan istrinya dengan senang hati sambil memberi beberapa kecupan hangat.

'

'

'

"Mas!" Lirih Aluna masih memeluk erat suaminya.

"Em!" Balas Arlan yang juga masih memeluk erat Aluna.

"Aku mau ngomong sesuatu sama kamu!" Sambung Aluna sambil melonggarkan sedikit pelukannya. Lalu mendongak menatap lekat suaminya.

Arlan sedikit menunduk menyambut tatapan itu. Perlahan tangan kanan Arlan menyentuh dan membelai lembut wajah Aluna, sementara satu tangan lagi menggenggam tangan Aluna.

"Katakan!" Sahut Arlan yang terdengar serak.

"Mas. Sebaiknya terima saja tawaran dari mama!" Lirih Aluna sontak membuat Arlan mengerutkan dahi.

"Tawaran?" Tanyanya sedikit heran.

"Iya. Tawaran menikah dengan pilihan mama!" Sambung Aluna mulai bergetar sontak membuat Arlan membulatkan mata.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️

⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️

mama mertua lucknut... 😡

2023-08-21

0

Anih Suryani

Anih Suryani

bangkit lah aluna kmu kan wanita kalir,, jgn lemah cuman gara percerai an,, buktikan sma mertua dn mantan suami kmu kmu bisa sukses dn bahagia,,,

2023-08-19

0

Nilaaa🍒

Nilaaa🍒

Mbok ya sabar sebentar lagi, Bu
Ntar nyesel hmm🙃

2023-08-14

1

lihat semua
Episodes
1 1. Kehamilan tak terduga
2 2. 5 Tahun Lalu
3 3. Rencana Pernikahan
4 4. Kecewa dalam Sedih
5 5. Kenyataan yang Pahit
6 6. Kamu Hamil?
7 7. Merindukan Sosok yang Hilang
8 8. Rawat Inap
9 9. Kesepakatan
10 10. Tidak Ada Kecupan Hangat
11 11. Calon Madu
12 12. Desain Cincin Pernikahan Suami
13 13. Rencana Licik
14 14. Mari Bercerai
15 15. Talak
16 16. Lembaran Baru
17 17. Orang Dalam
18 18. Konferensi Pers
19 19. Pura - Pura Baik
20 20. Pertemuan yang Menyiksa
21 21. Rutinitas Dunia Kerja
22 22. Makan Malam
23 23. Jarak tak Selamanya Memisahkan
24 24. Penolakan untuk Nindia
25 25. Sosok Ayah
26 26. Dunia kerja Arlan
27 27. Siasat Rama
28 28. Pertengkaran Arlan Nindia
29 29. Rindu Jangan di Tahan!
30 30. Kelas Bumil
31 31. Aluna Hamil!!
32 32. Belum Sanggup Melepaskan
33 33. Gosip
34 34. Kecelakaan
35 35. Arlan Aluna Hamil!
36 36. Tamparan untuk Nindia
37 37. Tidak Butuh Pengakuan
38 38. Kelicikan dibalas Kelicikan
39 39. Bermain - Main
40 40. Terapi Syok
41 41. Hutang Maaf
42 42. Menyusup
43 43. Berita tak Terduga
44 44. Tidak Sesuai Standar
45 45. Klarifikasi
46 46. Rahasia Nindia Rama
47 47. Rasa Bersalah
48 48. Bayaran Penyesalan
49 49. Markas Bawah Tanah
50 50. 02 : 00
51 51. Khawatir
52 52. Di Hentikan Sementara
53 53. CEO
54 54. Perngobanan
55 55. Bergabung di Perusahaan
56 56. Ancaman
57 57. Mencekam
58 58. Taktik
59 59. Jebakan
60 60. Balasan Jebakan
61 61. Suara Hati
62 62. H-1 Perayaan Perusahaan
63 63. Kejahatan Terbongkar
64 64. Liburan
65 65. Kebahagiaan yang Perlahan
66 66. Nathan & Nala
67 67. Kehidupan Setelah 3 Tahun
68 68. Pesan Terakhir (END)
69 PENGUMUMAN
Episodes

Updated 69 Episodes

1
1. Kehamilan tak terduga
2
2. 5 Tahun Lalu
3
3. Rencana Pernikahan
4
4. Kecewa dalam Sedih
5
5. Kenyataan yang Pahit
6
6. Kamu Hamil?
7
7. Merindukan Sosok yang Hilang
8
8. Rawat Inap
9
9. Kesepakatan
10
10. Tidak Ada Kecupan Hangat
11
11. Calon Madu
12
12. Desain Cincin Pernikahan Suami
13
13. Rencana Licik
14
14. Mari Bercerai
15
15. Talak
16
16. Lembaran Baru
17
17. Orang Dalam
18
18. Konferensi Pers
19
19. Pura - Pura Baik
20
20. Pertemuan yang Menyiksa
21
21. Rutinitas Dunia Kerja
22
22. Makan Malam
23
23. Jarak tak Selamanya Memisahkan
24
24. Penolakan untuk Nindia
25
25. Sosok Ayah
26
26. Dunia kerja Arlan
27
27. Siasat Rama
28
28. Pertengkaran Arlan Nindia
29
29. Rindu Jangan di Tahan!
30
30. Kelas Bumil
31
31. Aluna Hamil!!
32
32. Belum Sanggup Melepaskan
33
33. Gosip
34
34. Kecelakaan
35
35. Arlan Aluna Hamil!
36
36. Tamparan untuk Nindia
37
37. Tidak Butuh Pengakuan
38
38. Kelicikan dibalas Kelicikan
39
39. Bermain - Main
40
40. Terapi Syok
41
41. Hutang Maaf
42
42. Menyusup
43
43. Berita tak Terduga
44
44. Tidak Sesuai Standar
45
45. Klarifikasi
46
46. Rahasia Nindia Rama
47
47. Rasa Bersalah
48
48. Bayaran Penyesalan
49
49. Markas Bawah Tanah
50
50. 02 : 00
51
51. Khawatir
52
52. Di Hentikan Sementara
53
53. CEO
54
54. Perngobanan
55
55. Bergabung di Perusahaan
56
56. Ancaman
57
57. Mencekam
58
58. Taktik
59
59. Jebakan
60
60. Balasan Jebakan
61
61. Suara Hati
62
62. H-1 Perayaan Perusahaan
63
63. Kejahatan Terbongkar
64
64. Liburan
65
65. Kebahagiaan yang Perlahan
66
66. Nathan & Nala
67
67. Kehidupan Setelah 3 Tahun
68
68. Pesan Terakhir (END)
69
PENGUMUMAN

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!