Tahun pertama, kedua hingga ketiga telah mereka lalui dengan harmonis. Hingga memasuki tahun keempat, berbagai pertanyaan mulai bermunculan dari orang - orang terdekat hingga rekan - rekan kerja yang terus mempertanyakan perihal kapan mereka akan memiliki momongan.
Bahkan teman-teman sosialita mertua Aluna sili bergantian melayangkan pertanyaan - pertanyaan itu. Membuat mertuanya yang awalnya biasa saja perlahan mulai mendesaknya.
Tentu saja yang paling merasa tidak enak adalah Aluna. Meski suaminya sendiri tidak mempermasalahkan, tapi Aluna tidak bisa terus membungkam mulut - mulut kejam orang di sekelilingnya, ditambah dengan keluhan mertuanya yang mulai membanding - bandingkan dirinya dengan menantu - menantu temannya.
Meski mertuanya tidak pernah mengatakan secara langsung di depannya. Tapi, Aluna kerap mendengarkan ibu mertuanya yang mendesak Arlan.
Hal itu telah berlangsung selama beberapa tahun hingga mencapai puncak permasalahan di tahun kelima yang akhirnya merenggut segala kebahagiaannya.
'
'
'
"Ma. Aku dan Aluna masih mudah! Jadi tidak masalah jika kami belum memiliki anak sampai sekarang!" Sahut Arlan yang sedang berbicara dengan mamanya di ruang kerja pribadinya.
"Arlan! Usia kalian hampir 30 tahun dan akan terus bertambah setiap tahun. Lagian, pernikahan kalian sudah 5 tahun!" Balas mamanya sedikit tegas.
"Lalu apa masalahnya ma? Aku dan Aluna saling mencintai, memiliki anak atau tidak itu tidak ada pengaruhnya bagi kami!" Kembali Arlan menjawab mamanya dengan nada sedikit kesal.
"ARLAN!" Bentak mamanya sambil menatap tajam kepadanya dan Arlan hanya terdiam menatap balik mamanya.
Wajah Arlan mulai menegang. Ini bukan pertama kalinya mereka membicarakan hal tersebut sampai membuatnya merasa muak!
"INGAT ARLAN! PT. PERKASA WIJAYA BUTUH PENERUS!" Lanjut mamanya membentak. "APA KAMU MAU PERUSAHAAN YANG DIRINTIS OLEH KAKEK KAMU KEHILANGAN PENERUS?? DAN INGAT. BEBERAPA KERABAT BERUSAHA MENJATUHKAN KITA DAN SALING BERSAING MEMPEREBUTKAN POSISIMU SEKARANG!! Kembali melanjutkan perkataannya sambil menunjuk wajah Arlan.
"KALI INI. MAMA HARAP KAMU BISA MENERIMA SARAN MAMA UNTUK MENIKAH DENGAN WANITA YANG SUDAH MAMA PILIH UNTUKMU!! Gertak mamanya lalu dengan cepat berbalik meninggalkan ruangan itu.
Arlan mengepalkan kedua tangannya dengan masam menatap tajam punggung mamanya yang berlalu meninggalkan ruangan. Kepalanya seperti merasakan didihan yang meluap sampai hampir meledak.
Diam-diam Aluna mendengar perdebatan ibu dan anak itu untuk kesekian kalinya. Namu, kali ini terdengar lebih mengerikan sampai rasanya seperti sedang memakan bom waktu yang semakin hampir meledakkan dirinya. Seluruh tubuhnya terasa lemas, tenggorokannya tercekat.
Kedua sudut matanya berlinang dan terasa pedih. Aluna mencengkram kuat pada kera bajunya dalam keadaan bergetar berusaha untuk tidak menumpahkan buliran air matanya yang semakin tidak terbendung.
'
'
'
"HAAAAAA!!" Teriak Arlan "BRAKKK!!" Yang kemudian disusul dengan suara pecahan yang melengking saat dia menyapu bersih semua benda yang ada di meja kerjanya.
Sontak mengejutkan Aluna yang masih berdiri di balik dinding tanpa sepengetahuan Arlan dan mamanya.
Aluna menutup kedua kupingnya saat mendengar amukan suaminya. Semakin membuat hatinya tertusuk dan terasa pedih. Air mata yang susah paya dia tahan kini telah bercucuran membasahi pipinya.
Perlahan menjatuhkan badannya berjongkok di lantai. Aluna menangis tanpa suara sambil terus menutup kedua kupingnya serta membenamkan wajahnya di kedua lututnya.
Sedangkan Arlan sendiri duduk termenung bersandar di sudut meja. Tatapannya sendu, kedua matanya memerah. Meski tidak meneteskan air seperti Aluna. Tapi percayalah! Jauh dari lubuk hatinya, rasa sakit yang dia rasakan sangat besar hingga tidak mampu lagi untuk meneteskan air mata.
_2 MINGGU KEMUDIAN_
Saing itu, Aluna menemui mertuanya disebuah restoran yang tak jauh dari tempat kerjanya.
Keduanya telah berada di dalam ruangan private yang sengaja dipesan oleh mertuanya untuk mereka berdua.
"Arlan tau kamu di sini?" Tanya mertua Aluna ringan sambil menyeruput isi gelasnya.
"Tidak ma!" Balasnya sambil menggeleng kecil.
Aluna cukup canggung berada dalam situasi itu. Ada rasa khawatir yang menyelimuti juga rasa tidak enak hati menghadapi mertuanya.
"Mama sengaja memanggilmu untuk membicarakan sesuatu hal penting!" Kembali mertuanya membalas membuat Aluna sedikit gugup hingga kedua tangannya menggenggam gelas miliknya dalam keadaan sedikit bergetar.
"Luna. Ibu berencana menikahkan Arlan dengan wanita lain!" Lanjutnya langsung pada inti sambil menatap Aluna.
"BUM!"
Aluna terlonjak membulatkan mata mendengar ucapannya, seketika tubuhnya terasa lemas. Tenggorokannya tercekat dengan susah paya menelan salivanya. Meski sebelumnya dia sudah bisa menebak arah pembicaraan mereka dari awal, tapi tetap saja rasanya sakit mendengarnya langsung.
"Tapi kamu tenang aja! Mama tidak meminta kalian bercerai, mama hanya ingin kamu memberikan persetujuan!!" Sambung mertuanya yang terdengar enteng.
"DUG! DUG! DUG!"
Aluna semakin terlonjak. Hatinya kian remuk mendengar perkataan terakhir dari mertuanya yang sama sekali tidak memikirkan perasaannya. Aluna tidak menyangka orang yang selama 5 tahun dia panggil mama bisa dengan mudah merencanakan pernikahan untuk suaminya bahkan membiarkan dirinya dimadu.
Sakit! Rasanya sangat sakit jika membayangkan semu itu sampai membuat seluruh tubuhnya lemas dan bergetar.
Dengan mata memerah terasa pedih, juga bibirnya bergetar. Bahkan kedua tangannya mencengkram kuat pada gelas yang dia pegang dari tadi. Aluna menatap dalam mertuanya meneliti wajah paru baya di depannya. Berharap apa yang dia katakan itu hanyalah sebuah candaan semata.
Tapi... Yang dia temukan hanya kenyataan yang pahit. Aluna menemukan wajah di depannya terlihat tidak sedang bercanda, dan.. terlihat sama sekali tidak ada rasa iba untuk dirinya membuat hatinya kian remuk semakin dalam.
Sekuat tenaga Aluna menahan agar matanya tidak menjatuhkan setetes pun buliran air mata di depan mertuanya. Meski hatinya hancur berkeping, Aluna tidak ingin terlihat lemah di depannya.
Aluna menegakkan pandangannya menatap dalam kedua matanya mertuanya, lalu mengatupkan gigi. "Baik kalau itu keinginan mama!" Balas Aluna bergetar.
"Terima kasih! Mama harap secepatnya kamu bujuk Arlan!" Balas mertuanya menunggingkan senyum kecil sambil merapikan tasnya, kemudian beranjak meninggalkan Aluna seorang diri.
'
'
'
Selama beberapa saat Aluna terdiam. Bahkan dia enggan melirik mertuanya yang beranjak meninggalkannya. Seluruh tubuhnya kian bergetar, perlahan buliran keringat dingin bermunculan di dahi hingga pelipisnya.
Rasanya seperti berada dalam ruangan kosong dengan pencahayaan juga sirkulasi udara yang minim membuat dadanya terasa berat dan sesak.
Aluna tertunduk menatap gelas ditangannya, melihat pantulan bayangan wajahnya, kedua sudut matanya perlahan berlinang hingga pandangannya kabur dan bayangannya dalam pantulan gelas juga ikut memudar.
"Tes!" Tak butuh waktu lama tetesan air mata yang sekuat tenaga dia tahan akhirnya membasahi pipinya hingga menetes bercampur pada isi gelas yang dia pandangi.
Aluna menangis dengan bibir bergetar tanpa suara merasakan duri-duri yang menggerogoti hatinya. Meski tidak diminta bercerai, tapi apa gunanya ber status istri jika jelas-jelas dia akan dimadu.
Gila! Mungkin dia akan menjadi wanita gila jika mengatakan rela untuk dimadu. Dengan berat hati Aluna menyetujui permintaan mertuanya, karena dia tidak ingin menjadi menantu durhaka. Arlan sudah cukup membuktikan cintanya, jadi mungkin saja inilah satu-satunya cara untuk memberikan kebahagiaan yang tidak bisa diberikan secara langsung.
'
'
'
Setelah melalui hari-hari yang berat penuh tekanan serta berbagai pertimbangan yang matang. Akhirnya Aluna mulai memberanikan diri untuk mendiskusikan masalahnya dengan Arlan secara terbuka.
Malam itu, dibawa cahaya bulan yang berbentuk sempurna menerangi kedua pasangan suami-istri itu yang sedang menikmati pelukan hangat satu sama lain di balkon kamar mereka.
Aluna mengeratkan pelukannya kepada Arlan sampai membuat Arlan sedikit mengerutkan dahi. Tidak biasanya Aluna memeluknya dengan se-erat itu, terkecuali kalau Arlan akan melakukan dinas luar atau baru saja pulang dari dinas yang memakan waktu selama beberapa hari.
Maka Aluna akan terus memeluk dengan erat sebagai ungkapan melepaskan rasa rindunya. Tapi kali ini sedikit berbeda. Arlan tidak sedang pulang dari dinas luar kota bahkan tidak memiliki jadwal dinas luar dekat-dekat ini.
Arlan tidak berlarut memikirkan perkara pelukan itu. Dia bahkan menyambut pelukan istrinya dengan senang hati sambil memberi beberapa kecupan hangat.
'
'
'
"Mas!" Lirih Aluna masih memeluk erat suaminya.
"Em!" Balas Arlan yang juga masih memeluk erat Aluna.
"Aku mau ngomong sesuatu sama kamu!" Sambung Aluna sambil melonggarkan sedikit pelukannya. Lalu mendongak menatap lekat suaminya.
Arlan sedikit menunduk menyambut tatapan itu. Perlahan tangan kanan Arlan menyentuh dan membelai lembut wajah Aluna, sementara satu tangan lagi menggenggam tangan Aluna.
"Katakan!" Sahut Arlan yang terdengar serak.
"Mas. Sebaiknya terima saja tawaran dari mama!" Lirih Aluna sontak membuat Arlan mengerutkan dahi.
"Tawaran?" Tanyanya sedikit heran.
"Iya. Tawaran menikah dengan pilihan mama!" Sambung Aluna mulai bergetar sontak membuat Arlan membulatkan mata.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️
mama mertua lucknut... 😡
2023-08-21
0
Anih Suryani
bangkit lah aluna kmu kan wanita kalir,, jgn lemah cuman gara percerai an,, buktikan sma mertua dn mantan suami kmu kmu bisa sukses dn bahagia,,,
2023-08-19
0
Nilaaa🍒
Mbok ya sabar sebentar lagi, Bu
Ntar nyesel hmm🙃
2023-08-14
1