7. Merindukan Sosok yang Hilang

"Non sudah pulang?" Sahut Bi Inem menyambutnya di depan pintu.

Aluna mengulas senyum "Iya bi!" Balasnya sambil berjalan menuju kamarnya yang terletak di lantai 2.

Aluna Melepaskan pakaian juga heels. Kedua kakinya terasa kram membuatnya duduk di sofa dalam keadaan hanya mengenakan tank top serta celana yang selutut.

Perlahan bersandar di sofa menatap langit - langit kamarnya. Rasanya sangat aneh selama sebulan lebih setiap hari pulang kerja tidak ada seseorang yang menyambutnya.

Setiap hari hanya menghabiskan waktu seorang diri di dalam kamar, tidak ada pelukan hangat di setiap malamnya.

Kesepian? Sudah pasti. Hari - harinya yang penuh warna dalam sekejap berubah menjadi gelap tak berbintang.

'

'

'

_APARTEMEN_

"Apa yang kamu lakukan di sini?" Tanya Arlan dengan serak sontak mengejutkan Nindia yang tengah berdiri di balkon.

Nindia berbalik menatap Arlan yang sudah berdiri di dekatnya. Tangannya dilipat ke belakang seakan menyembunyikan ponselnya.

Arlan sedikit mengerutkan dahi melirik tangan Nindia. Terlihat aneh sampai mengundang rasa penasarannya.

"Aku sedang mencari angin!" Balasnya mengulas senyum sambil menggandeng tangan suaminya.

Arlan tidak memikirkan terlalu jauh akan sikap Nindia dan membuang rasa curiganya.

"Angin malam tidak baik untuk ibu dan bayi. Ayo masuk! ibu sudah menyiapkan makan malam! Seru Arlan.

'

'

'

"Wah makanannya banyak sekali Bu?" Tanya Nindi sambil menarik kursi lalu duduk begitu juga dengan Arlan yang duduk di sampingnya.

"Ibu sengaja masak makanan yang bergizi untuk memenuhi kebutuhan bayimu!" Sahut ibunya mengulas senyum.

Beberapa olahan makanan dari sayur dan ikan segar telah disiapkan khusus untuknya.

"Mas, aku mau sayur dan ikannya!" Sahut Nindia bermanja kepada suaminya.

Tanpa berpikir panjang Arlan pun memenuhi permintaannya. Dia mulai menyajikan nasi sayur dan lauk pauk sesuai permintaan istrinya.

Arlan selalu siap menjaga dan memenuhi permintaan Nindia demi keselamatan calon penerus Perkasa Wijaya sesuai dengan amanah mamanya.

"Mas suapi yah!" Lanjutnya saat Arlan menyodorkan piring kepadanya.

"Nindia, Arlan juga mau makan nak!" Sahut Ibunya yang juga duduk bersama mereka di depan meja makan.

Nindia memasang wajah cemberut sedikit menunduk mengelus perutnya.

"Nggak papa Bu!" Sahut Arlan serak sontak membuat Nindia menegakkan kepala menata suaminya dengan binar.

Arlan dengan sabar mulai menyuapi Nindia. Tapi, baru 2 sendok perut mulai terasa tidak enak. Tiba - tiba rasa mual menyelimuti membuat nafsu makannya menurun.

"Hoek!" Nindia menutup mulutnya sedikit menjauh dari piring yang dipegang oleh Arlan.

"Kamu kenapa?" Tanya Arlan sedikit bingung dan Nindia hanya menggeleng masih menutup mulutnya.

"Mungkin Nindia merasa mual mencium bau makanan!" Sahut ibunya menatap mereka.

Arlan mengerutkan dahi menatap balik ibu mertuanya. Lalu, meletakkan piring di atas meja.

"Ngidam. Mungkin Nindia ngidam dan itu wajar untuk usia kehamilan muda." Jelas ibu Nindia.

Arlan menatap Nindia dengan wajah sedikit khawatir. "Apa ini akan berbahaya?" Kembali menatap ibu mertuanya.

"Tidak. Kamu hanya perlu menjaganya dengan baik sampai melewati masa ngidam!" Mengulas senyum.

"Apa ibu juga pernah mengalami?" Kembali Arlan bertanya.

"Tentu. Waktu ibu hamil Nindia ibu mengalami ngidam selama berbulan-bulan!" Kembali ibunya menjelaskan membuat Arlan membulatkan mata sementara Nindia hanya menyimak.

"Hehehe,, Kamu tenang saja rasa ngidam setiap ibu hamil berbeda, mungkin saja Nindia ngidam tidak selama ibu!" Sahut mertuanya dan Arlan pun mengangguk.

'

'

'

"Tok. Tok. "

Suara ketukan dari balik pintu mengusik Aluna yang berbaring di atas kasur dalam balutan piyama berwarna biru. Perlahan bangun dan duduk di pinggir kasur.

"Ini bibi antarkan makan malam non!" Sahut bi Inem dari balik pintu.

"Masuk bi!" Serunya berat.

"Ceklek!"

Aluna menatap pintu yang terbuka. Nampak bi Inem membawa nampan masuk menghampirinya.

"Non sekarang waktunya makan malam!" Sahut bi Inem sambil meletakkan nampan di atas meja.

Aluna beranjak lalu duduk di sofa. Dalam keadaan diam Aluna menatap piring di atas meja, meski masakan bi Inem adalah makanan favoritnya.

Tapi, napsu makannya seakan menghilang begitu saja menatap makanan di depan matanya. Perutnya terasa peri tapi tenggorokannya terasa tidak nyaman. Tidak keinginan untuk menyentuh makan itu.

"Bi bawa saja makanannya!" Sahutnya tiba - tiba setelah beberapa saat memandangi makanannya.

"Tapi non, ibu hamil harus banyak makan! Nanti bayinya kurang gizi!" Balas bi Inem duduk di sampingnya, lalu mengelus kepala Aluna.

Bi Inem menatap wanita hamil di depannya kembali mengingat saat dirinya menemani Aluna kecil makan dimasa lalu.

Gadis kecil yang lincah, berkulit putih, rambut panjang di kepang yang selalu menatap binar juga tersenyum kepadanya setiap kali memakan masakannya.

Kini gadis itu telah tumbuh menjadi wanita dewasa yang berparas cantik. Tapi tidak dengan keceriaannya.

"Perut Aluna peri bi, tapi Aluna nggak ada napsu makan. Setiap Aluna mulai menyentuh atau mencium bau makanan, Aluna merasa mual dan pasti mutah!" Lirih Aluna menatap sendu bi Inem.

Dengan mata memerah bin Inem menatap wajah pucat dan lesu di depannya. Gadis kecil yang penuh keceriaan itu tidak lagi terlihat. Hanya wajah malang yang menghiasi.

"Di coba aja dulu! Bibi suapi yah!" Sahut bi Inem.

"Tapi nanti muntah lagi!" Lirihnya memelas.

Aluna tau betul seperti apa rasa sakitnya ketika dia memuntahkan seluruh isi perut setiap kali mencoba untuk makan.

Dulu setiap dirinya merasa tidak enak badan Arlan selalu memanjakannya. Tapi kini, walau tengah mengandung anaknya tapi dirinya hanya mampu menanggung bebannya seorang diri bersama dengan sisa kenangannya bersama mantan suami yang masih sangat ia cintai.

Aluna tidak pernah berpikir kalau hidupnya akan menjadi seburuk yang sekarang. Selama beberapa tahun berusaha untuk bersabar setiap kali mendengar mertuanya meminta cucu, mengubur dalam - dalam omongan orang disekitarnya.

Sampai di saat dirinya sudah tidak bisa berpikir lebih jerni dan berada di ujung tanduk. Dengan terpaksa menyetujui keinginan mertuanya agar sang suami menikah lagi.

Tapi, setelah berpikir lagi Aluna merasa lebih baik mengakhiri pernikahannya daripada harus berbagi suami dengan wanita lain. Mungkin dengan saling melepaskan dirinya akan perlahan menemukan kebahagiaan lain.

Nyatanya, semua diluar dugaan. Yang terburuk dari sikap cerobohnya ialah dia baru mengetahui status kehamilannya setelah bercerai.

Bodoh. Yah dirinya bisa dibilang bodoh karena sikap egoisnya secara tidak langsung membawanya ke dalam lembah hitam yang terus menyeretnya jatuh lebih dalam.

Keangkuhannya sendirilah yang menyebabkan dirinya kehilangan sosok suami yang sangat mencintainya. Kalau bisa menyalahkan, maka dirinyalah yang paling pantas disalahkan karena telah memberikan suaminya kepada wanita lain.

Dulu dia sangat takut ketika membayangkan bagaimana sulitnya akan menjalani duri rumah tangga dalam keadaan dimadu. Naasnya, justru hidup yang sekarang dia jalani penuh dengan tusukan yang semakin hari semakin dalam hingga hampir membuatnya kehabisan napas.

Sejak bercerai, udara yang dia hirup seakan semakin berkurang dan setiap ruang yang dia tempati terasa sempit menghimpit tubuh kecilnya.

'

'

'

PT. PERKASA WIJAYA...

Arlan baru saja menggelar rapat. Dengan langkah lebar dia berjalan meninggalkan ruang rapat menuju ruang pribadinya.

Tubuh tegap dan kekar, wajah tampan namun datar memancarkan aura dingin mampu menekan seisi ruangan. Setiap mata yang memandang langsung menunduk tidak berani menatap lebih lama.

"Kris, selain rapat apa agenda hari ini?" Tanya Arlan serak yang masih terus berjalan.

"Setengah jam lagi kita ada janji dengan klien!" Sahut Kris asisten yang berjalan mengikutinya di belakang.

"Oh ya, dimana?" Kembali bertanya.

"Di seafood resto" balas Kris sontak membuat Arlan menghentikan langkahnya.

Kris ikut menghentikan langkah. "Apa ada masalah pak?" Tanya Kris menatap Arlan yang tertegun.

"Tidak. Sebaiknya kita langsung ke sana saja!" Ajak Arlan dan Kris pun mengangguk.

Arlan yang tadinya hendak masuk ruang kerjanya mengurungkan niat setelah mendengar penjelasan Kris.

_SEAFOOD RESTO_

Arlan dan Kris berada di depan seafood resto. Sebuah restoran yang menyajikan khusus makanan olahan berbahan utama seafood yang letaknya bersebrangan dengan gedung berlantai 5 tempat kerja Aluna.

Dalam hati Arlan berharap agar bisa melihat Aluna. Dulu Aluna sering makan di tempat itu bersama dengan teman kantornya, itu sebabnya dia menaruh harapan agar bisa bertemu di tempat itu.

Sejak bercerai, mereka tidak pernah bertemu lagi. Ada tumpukan rasa rindu di dadanya.

1 jam telah berlalu dan pertemuan Arlan bersama klien pun telah selesai. Dengan berat hati Arlan meninggalkan tempat itu.

Tanpa sepengetahuan Arlan, Aluna yang berdiri di ruang kerjanya menghadap ke jendela kaca. Dari gedung lantai 4 ia melihat laki - laki tampan dalam balutan jas hitam yang kekar masuk ke dalam mobilnya lalu meninggalkan tempat itu.

Meski jaraknya cukup tinggi tapi dia sangat hafal kalau dia adalah Arlan. Dan hatinya tidak pernah salah jika menyangkut dirinya.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Fawa Atwa

Fawa Atwa

Hai Kak aku mampir, smgtt terus dan jika berkenan mampir juga yuk ke karya novelku yang berjudul ''Perasa''/Hey/

2024-02-29

0

Ma Em

Ma Em

jangan jangan Nindia hamil bukan Anaknya Arland.

2023-12-30

1

Frida Fairull Azmii

Frida Fairull Azmii

Thor,mohon maaf bsa gak ya Arlan si wajah tampan bertubuh kekar nya gk d ulang" terus...
seperti nya untuk gambaran Arkan tampan dan tubuhnya kekar sdh cukup d awal sja..
trus biasa nya klo suara serak d gambarkan nya klo bangun tidur ya,mungkin pas ngomong SMA Kris nnyain jadwal BKN Arlan dgn Suara serak gmna klo dgn suara nya yg TEGAS,terima kasih🙏

2023-09-07

1

lihat semua
Episodes
1 1. Kehamilan tak terduga
2 2. 5 Tahun Lalu
3 3. Rencana Pernikahan
4 4. Kecewa dalam Sedih
5 5. Kenyataan yang Pahit
6 6. Kamu Hamil?
7 7. Merindukan Sosok yang Hilang
8 8. Rawat Inap
9 9. Kesepakatan
10 10. Tidak Ada Kecupan Hangat
11 11. Calon Madu
12 12. Desain Cincin Pernikahan Suami
13 13. Rencana Licik
14 14. Mari Bercerai
15 15. Talak
16 16. Lembaran Baru
17 17. Orang Dalam
18 18. Konferensi Pers
19 19. Pura - Pura Baik
20 20. Pertemuan yang Menyiksa
21 21. Rutinitas Dunia Kerja
22 22. Makan Malam
23 23. Jarak tak Selamanya Memisahkan
24 24. Penolakan untuk Nindia
25 25. Sosok Ayah
26 26. Dunia kerja Arlan
27 27. Siasat Rama
28 28. Pertengkaran Arlan Nindia
29 29. Rindu Jangan di Tahan!
30 30. Kelas Bumil
31 31. Aluna Hamil!!
32 32. Belum Sanggup Melepaskan
33 33. Gosip
34 34. Kecelakaan
35 35. Arlan Aluna Hamil!
36 36. Tamparan untuk Nindia
37 37. Tidak Butuh Pengakuan
38 38. Kelicikan dibalas Kelicikan
39 39. Bermain - Main
40 40. Terapi Syok
41 41. Hutang Maaf
42 42. Menyusup
43 43. Berita tak Terduga
44 44. Tidak Sesuai Standar
45 45. Klarifikasi
46 46. Rahasia Nindia Rama
47 47. Rasa Bersalah
48 48. Bayaran Penyesalan
49 49. Markas Bawah Tanah
50 50. 02 : 00
51 51. Khawatir
52 52. Di Hentikan Sementara
53 53. CEO
54 54. Perngobanan
55 55. Bergabung di Perusahaan
56 56. Ancaman
57 57. Mencekam
58 58. Taktik
59 59. Jebakan
60 60. Balasan Jebakan
61 61. Suara Hati
62 62. H-1 Perayaan Perusahaan
63 63. Kejahatan Terbongkar
64 64. Liburan
65 65. Kebahagiaan yang Perlahan
66 66. Nathan & Nala
67 67. Kehidupan Setelah 3 Tahun
68 68. Pesan Terakhir (END)
69 PENGUMUMAN
Episodes

Updated 69 Episodes

1
1. Kehamilan tak terduga
2
2. 5 Tahun Lalu
3
3. Rencana Pernikahan
4
4. Kecewa dalam Sedih
5
5. Kenyataan yang Pahit
6
6. Kamu Hamil?
7
7. Merindukan Sosok yang Hilang
8
8. Rawat Inap
9
9. Kesepakatan
10
10. Tidak Ada Kecupan Hangat
11
11. Calon Madu
12
12. Desain Cincin Pernikahan Suami
13
13. Rencana Licik
14
14. Mari Bercerai
15
15. Talak
16
16. Lembaran Baru
17
17. Orang Dalam
18
18. Konferensi Pers
19
19. Pura - Pura Baik
20
20. Pertemuan yang Menyiksa
21
21. Rutinitas Dunia Kerja
22
22. Makan Malam
23
23. Jarak tak Selamanya Memisahkan
24
24. Penolakan untuk Nindia
25
25. Sosok Ayah
26
26. Dunia kerja Arlan
27
27. Siasat Rama
28
28. Pertengkaran Arlan Nindia
29
29. Rindu Jangan di Tahan!
30
30. Kelas Bumil
31
31. Aluna Hamil!!
32
32. Belum Sanggup Melepaskan
33
33. Gosip
34
34. Kecelakaan
35
35. Arlan Aluna Hamil!
36
36. Tamparan untuk Nindia
37
37. Tidak Butuh Pengakuan
38
38. Kelicikan dibalas Kelicikan
39
39. Bermain - Main
40
40. Terapi Syok
41
41. Hutang Maaf
42
42. Menyusup
43
43. Berita tak Terduga
44
44. Tidak Sesuai Standar
45
45. Klarifikasi
46
46. Rahasia Nindia Rama
47
47. Rasa Bersalah
48
48. Bayaran Penyesalan
49
49. Markas Bawah Tanah
50
50. 02 : 00
51
51. Khawatir
52
52. Di Hentikan Sementara
53
53. CEO
54
54. Perngobanan
55
55. Bergabung di Perusahaan
56
56. Ancaman
57
57. Mencekam
58
58. Taktik
59
59. Jebakan
60
60. Balasan Jebakan
61
61. Suara Hati
62
62. H-1 Perayaan Perusahaan
63
63. Kejahatan Terbongkar
64
64. Liburan
65
65. Kebahagiaan yang Perlahan
66
66. Nathan & Nala
67
67. Kehidupan Setelah 3 Tahun
68
68. Pesan Terakhir (END)
69
PENGUMUMAN

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!