9. Kesepakatan

"Tok. Tok."

Ketukan dari balik pintu membuat Aluna yang tengah berbaring membelakangi pintu sontak berbalik.

Terlihat seorang perawat perempuan yang sedang berjalan kecil menghampirinya.

"Permisi Bu,, sekarang waktunya saya memberikan obat ke dalam cairan infus ibu!" Sahut perawat dan Aluna hanya mengangguk.

Perawat itu terlihat menyuntikkan cairan bening ke dalam infusan Aluna, yang berisi obat pereda mual dan muntah.

"Obatnya sudah saya masukkan, tolong ibu istirahat yah!" Sahut perawat mengulas senyum.

"Terima kasih!" Balas Aluna serak.

Perawat itu pun berbalik keluar ruangan dan kembali Aluna hanya tinggal seorang diri di dalam kamar.

"Tes.! Tes.! "Tes.!"

Aluna sedikit mendongak menatap botol cairan yang tergantung di atasnya. Di dalam ruangan bernuansa putih yang sangat sunyi, dia memandangi gelembung jernih dari cairan yang perlahan menetes mengalir ke dalam tubuhnya.

Tidak pernah terbayangkan dibenaknya dirinya akan berasa diposisi seperti yang sekarang. Dalam keadaan sakit, terbaring lemah hanya seorang diri rasanya sangat kesepian.

Sejak kecil ia selalu bermimpi untuk segera tumbuh menjadi orang dewasa, agar dapat melakukan banyak hal sesuai keinginannya. Seperti memiliki pekerjaan, uang yang banyak, mobil, jalan - jalan kemana pun juga memiliki banyak teman.

Tapi ternyata pikiran anak - anak sangatlah polos. Ia tidak pernah berpikir saat dewasa orang akan melalui hari dan hidup yang melelahkan. Ada banyak lika - liku yang harus dilalui di setiap fase, beberapa permasalahan yang kompleks bermunculan seiring bertambahnya usia.

Menjadi orang dewasa bukan hanya perkara usia yang semakin bertambah, tapi mental, emosi dan pikiran juga harus tumbuh beriringan. Dalam hal ini, Aluna merasa diusianya yang tergolong dewasa ia mungkin tidak cukup bijak dala menanggapi masalah hidupnya semasa berumah tangga.

Aluna berpikir, semakin dirinya di dewasakan usia maka semakin besar pula ego juga emosi dalam dirinya. Dia terlalu mementingkan emosi daripada logikanya. Akalnya tertutup hingga membawanya ke dalam masalah hidup yang lebih berat.

Hati dan pikirannya lelah. Aluna kemudian memejamkan mata, bukan untuk mendapatkan mimpi indah melainkan ingatannya 2 bulan lalu kembali terlintas.

'

'

'

_ DUA BULAN LALU_

"Apa kamu sudah tidak mencintai suamimu ini?" Tanya Arlan dingin.

"Aku mencintaimu mas, bahkan sangat mencintaimu!" Balas Aluna bergetar menatap sendu Arlan.

"BOHONG!" Bentak Arlan.

"BRAAKK!!!!" Arlan memukul keras meja makan hingga beberapa piring dan gelas bergetar bahkan sedikit bergeser dari posisinya.

Aluna menatap wajah masam dari Arlan yang terlihat menggelap tatapan matanya tajam hingga mampu menusuk ke hatinya. Untuk yang kesekian kalinya kedua sudut mata Aluna meneteskan buliran jernih.

"Tapi mas, ibu sangat menginginkan cucu! Semua orang juga bahkan selalu bertanya kepadaku kapan aku bisa hamil dan melahirkan seorang anak!" Balas Aluna setengah menangis.

Arlan beranjak dari duduknya, hatinya memancarkan amarah yang membara hingga merasakan didihan di kepalanya yang hampir melelehkan otaknya.

Entah pikiran apa yang ada di kepala istrinya sampai berani memintanya menikah lagi. Kalau dirinya laki - laki hidung belakang mungkin akan dengan senang hati menerima. Tapi,, dirinya bahkan seorang suami yang berwibawa, penuh tanggung jawab dan sangat setia.

Arlan tidak sanggup lagi berada diruang yang seketika terasa sempit membuatnya hampir sesak. Arlan mengangkat kakinya bersiap meninggalkan meja makan dan...

"Aku mohon mas! Hiks. Hiks. Hiks."

Arlan mengurungkan niat saat kakinya terasa berat dan tertahan. Perlahan menunduk dan benar saja, saat itu Aluna bahkan rela berlutut di kaki suaminya hanya demi memohon agar permintaan mertuanya terkabulkan.

Aluna terisak sambil memeluk kaki kanan suaminya. Itu artinya dia sangat berharap persetujuan darinya. Arlan, memandang wanita yang telah dia jadikan istri selama 5 tahun.

Kedua matanya memerah bahkan hatinya seperti tertusuk memandangi Aluna yang tertunduk menangis. Arlan mengepalkan kedua telapak tangannya sampai kukunya memutihkan juga otot - ototnya mengeras.

"Baik! Baik!" Sahut Arlan dingin.

'

'

'

Aluna terlonjak sontak mendongak melihat Arlan lalu perlahan berdiri. "hiks. hiks." Aluna mengusap air matanya. "Mas. Mas beneran setuju?" Tanyanya sambil memegang tangan Arlan.

Arlan kembali menatap Aluna kini tatapannya lebih menyala, wajahnya menegang bahkan rahangnya mengeras. "Iya aku setuju tapi dengan satu syarat!" Balasnya serak dan dingin.

"A,, apa mas?" Tanyanya terbata - bata menatap dalam suaminya.

Arlan mengatupkan gigi dalam wajah masamnya "Aku ingin,,, kamu mendesain cincin kawin untukku!" Jawab Arlan dingin namun lantang.

"BUM!"

Aluna terlonjak sontak membulatkan mata. Tenggorokannya tercekat, seluruh tubuhnya terasa dingin dalam sekejap kedua pipinya kembali basah.

"G,,lluk!" Aluna menelan salivanya dengan berat sebelum menjawab.

Rasanya seperti ada benda berat yang menghantam dadanya hingga membuatnya sulit bernapas legah. Tapi, tidak ada pilihan lain jika ingin pernikahan itu berlanjut maka dia harus menyetujui.

"hiks.!" Kembali Aluna mengusap wajahnya mencoba mengeringkan air mata lalu mengatupkan gigi dengan tatapan dalam. "Baik mas!" Jawaban yang cukup singkat dengan nada bergetar dari mulutnya membuat Arlan ikut terlonjak.

Arlan membulatkan mata, tubuhnya ikut bergetar bahkan dadanya sakit seperti tertusuk puluhan kali. Perlahan meneliti wajah di depannya.

Apa mungkin dia masih istri yang mencintainya? atau mungkinkah dia sedang bercanda dengannya?,,,,, Tidak! Dia masih orang dengan wajah yang sama tapi kenapa dia begitu mudah menerima persyaratan darinya??

Rasa sakit Arlan semakin dalam kala menemukan kebenaran dari ucapan Aluna. Dia tidak salah dengar dan benar, orang yang berdiri di depannya masih istri sahnya juga dia terlihat sama sekali tidak bercanda.

Wajah Arlan memucat dengan tatapan sendu menatap kedua netra Aluna yang berkaca - kaca. Padahal dirinya sengaja mengajukan persyaratan yang dianggap cukup berat berharap Aluna menolak. Sudah meneliti dengan baik dan diapun yakin kalau ini benar - benar keinginan Aluna bersama mertuanya yang harus ia turuti.

Arlan berbalik meninggalkan Aluna dengan langkah lebar. Kedua matanya memerah nyaris menitihkan buliran jernih tapi masih ia tahan agar tidak terlihat lemah sebagai laki - laki!

Sementara Aluna, dalam keadaan bergetar air matanya kian bercucuran memandangi punggung laki - laki yang dia panggil suami perlahan menghilang dari pandangannya.

"Hiks.! Hiks.! Hiks.!" Aluna memejamkan mata tertunduk terisak sambil mencengkram kuat pada kera bajunya. "Hiks.! Hiks.! Hiks.!"

Sakit tak berdarah mungkin itulah pribahasa yang tepat untuknya dan Arlan saat ini. Keharmonisan yang berusaha dia jaga selama 5 tahun goyah dalam sekejap. Mempertahankan memang sulit daripada memulai, kira - kira begitu lah yang terbesit dalam benaknya.

'

'

'

"Ting Tong! Ting Tong!"

Suara bel berbunyi dengan cepat Aluna yang awalnya duduk tertegun di ruang tengah terlonjak, kemudian dengan cepat berlari membuka pintu dan,,,

"M,, ma,,s?" Sahutnya terbata membulatkan mata. "Akh!" Terkejut lalu dengan cepat menopang tubuh Arlan yang sempoyongan dan hampir terjatuh di depan pintu.

Malam itu, Arlan kembali tengah malam dalam keadaan mabuk. Aluna perlahan memapah suaminya masuk kedalam kamar mereka.

"Bruk!"

Karena tubuh Arlan cukup besar dan dalam keadaan mabuk Aluna cukup kewalahan hingga tidak sengaja menghempaskan suaminya diatas kasur dalam keadaan terlentang.

Aluna memandangi suaminya yang akhir - akhir ini sering mabuk, CEO yang berbadan kekar, tegap berparas tampan yang selalu menawan dalam balutan stelan jas yang rapi juga memancarkan aroma parfum yang melting.

Dalam semalam berubah total. Aluna meneliti suaminya yang berbaring dalam keadaan mabuk, kemeja yang lusuh, wajah memerah terpejam bahkan bau alkohol menghiasi seisi kamar.

Aluna menahan agar matanya tidak kembali menangis. Dengan cepat dia mengambil waslap dan baju ganti untuk suaminya. Perlahan Aluna membuka kancing kemeja Arlan hingga melepaskannya.

Kini Arlan dalam keadaan telanjang dada, hanya celana kain yang tersisa. Perlahan Aluna mulai menyeka wajah suaminya, dengan tatapan lekat terbesit rasa bersalah dalam hatinya.

Kalau saja ia bisa hamil dan melahirkan anak untuknya maka rumah tangga mereka masih harmonis, Arlan tidak akan mabuk - mabukan. Kedua sudut matanya kembali memerah dengan bibir bergetar menahan agar tidak menangis.

Kemudian perlahan Aluna menurunkan tangannya menyeka bagian leher dan dada Arlan. Setelah dirasa cukup Aluna perlahan melonggarkan sabuk suaminya berniat menggantikan pakaiannya.

"Akh!"

Aluna terkejut saat tangan Arlan tiba - tiba menggenggamnya. Perlahan menoleh menatap Arlan yang juga tengah menatapnya. Tubuhnya bergetar melihat sorot matanya yang tajam dan gelap.

Entah apa yang ada dalam pikirannya saat itu, yang pasti Aluna melihat ada pancaran emosi yang bercampur tatapan kesedihan dalam sorot matanya.

Dibawah pengaruh alkohol, Arlan menarik tubuh Aluna hingga terhempas terlentang di kasur. Sikap Arlan sedikit liar, dengan cepat ia sudah berada di atas dan menindih tubuh Aluna.

Aluna cukup gugup melihat sikapnya tapi ia tidak berdaya juga tidak ingin melawan karena itu adalah suaminya, orang yang paling ia cintai.

Arlan memicingkan mata menatap wajah lembut yang menegang di bawahnya.

"CUP!" kecupan yang tiba - tiba dan sedikit kasar mendarat di bibirnya.

Aluna semakin bergetar namun tidak menolak, Arlan mengecupnya bagian wajahnya dengan beringas, menuruni leher hingga pundak membuat Aluna merinding.

Tak butuh waktu lama seluruh pakaian Aluna sudah dilepaskan oleh Arlan dengan kasar. Mata memerah seakan ingin menerkam. Arlan menjelajah habis tubuh Aluna yang tidak mengenakan sehelai kain pun.

Gerakan demi gerakan yang semakin kasar dan memanas terus Arlan luncurkan. Hingga badan Aluna terkulai lemas. Ada kenikmatan yang bercampur kesedihan dirasakan.

Arlan terus berpacu dengan kasar diatas Aluna. Sementara Aluna, ia mencengkram kuat pada kain kasur yang sudah lusuh. Hingga Arlan mencapai ******* Aluna menitihkan air mata.

Ada rasa sedih dalam dadanya. Ia sangat tahu perlakuan Arlan yang menyentuhnya dengan kasar terdapat rasa emosi juga kekesalan hingga ia meluapkan dengan membabi buta.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Nilaaa🍒

Nilaaa🍒

Dewasa itu melelahkan🥲

2023-08-17

0

Arunika Ebi

Arunika Ebi

Hai, Kak. Semangat up nya. Jangan lupa mampir di karya saya "Jebakan Satu Malam."

2023-07-19

1

lihat semua
Episodes
1 1. Kehamilan tak terduga
2 2. 5 Tahun Lalu
3 3. Rencana Pernikahan
4 4. Kecewa dalam Sedih
5 5. Kenyataan yang Pahit
6 6. Kamu Hamil?
7 7. Merindukan Sosok yang Hilang
8 8. Rawat Inap
9 9. Kesepakatan
10 10. Tidak Ada Kecupan Hangat
11 11. Calon Madu
12 12. Desain Cincin Pernikahan Suami
13 13. Rencana Licik
14 14. Mari Bercerai
15 15. Talak
16 16. Lembaran Baru
17 17. Orang Dalam
18 18. Konferensi Pers
19 19. Pura - Pura Baik
20 20. Pertemuan yang Menyiksa
21 21. Rutinitas Dunia Kerja
22 22. Makan Malam
23 23. Jarak tak Selamanya Memisahkan
24 24. Penolakan untuk Nindia
25 25. Sosok Ayah
26 26. Dunia kerja Arlan
27 27. Siasat Rama
28 28. Pertengkaran Arlan Nindia
29 29. Rindu Jangan di Tahan!
30 30. Kelas Bumil
31 31. Aluna Hamil!!
32 32. Belum Sanggup Melepaskan
33 33. Gosip
34 34. Kecelakaan
35 35. Arlan Aluna Hamil!
36 36. Tamparan untuk Nindia
37 37. Tidak Butuh Pengakuan
38 38. Kelicikan dibalas Kelicikan
39 39. Bermain - Main
40 40. Terapi Syok
41 41. Hutang Maaf
42 42. Menyusup
43 43. Berita tak Terduga
44 44. Tidak Sesuai Standar
45 45. Klarifikasi
46 46. Rahasia Nindia Rama
47 47. Rasa Bersalah
48 48. Bayaran Penyesalan
49 49. Markas Bawah Tanah
50 50. 02 : 00
51 51. Khawatir
52 52. Di Hentikan Sementara
53 53. CEO
54 54. Perngobanan
55 55. Bergabung di Perusahaan
56 56. Ancaman
57 57. Mencekam
58 58. Taktik
59 59. Jebakan
60 60. Balasan Jebakan
61 61. Suara Hati
62 62. H-1 Perayaan Perusahaan
63 63. Kejahatan Terbongkar
64 64. Liburan
65 65. Kebahagiaan yang Perlahan
66 66. Nathan & Nala
67 67. Kehidupan Setelah 3 Tahun
68 68. Pesan Terakhir (END)
69 PENGUMUMAN
Episodes

Updated 69 Episodes

1
1. Kehamilan tak terduga
2
2. 5 Tahun Lalu
3
3. Rencana Pernikahan
4
4. Kecewa dalam Sedih
5
5. Kenyataan yang Pahit
6
6. Kamu Hamil?
7
7. Merindukan Sosok yang Hilang
8
8. Rawat Inap
9
9. Kesepakatan
10
10. Tidak Ada Kecupan Hangat
11
11. Calon Madu
12
12. Desain Cincin Pernikahan Suami
13
13. Rencana Licik
14
14. Mari Bercerai
15
15. Talak
16
16. Lembaran Baru
17
17. Orang Dalam
18
18. Konferensi Pers
19
19. Pura - Pura Baik
20
20. Pertemuan yang Menyiksa
21
21. Rutinitas Dunia Kerja
22
22. Makan Malam
23
23. Jarak tak Selamanya Memisahkan
24
24. Penolakan untuk Nindia
25
25. Sosok Ayah
26
26. Dunia kerja Arlan
27
27. Siasat Rama
28
28. Pertengkaran Arlan Nindia
29
29. Rindu Jangan di Tahan!
30
30. Kelas Bumil
31
31. Aluna Hamil!!
32
32. Belum Sanggup Melepaskan
33
33. Gosip
34
34. Kecelakaan
35
35. Arlan Aluna Hamil!
36
36. Tamparan untuk Nindia
37
37. Tidak Butuh Pengakuan
38
38. Kelicikan dibalas Kelicikan
39
39. Bermain - Main
40
40. Terapi Syok
41
41. Hutang Maaf
42
42. Menyusup
43
43. Berita tak Terduga
44
44. Tidak Sesuai Standar
45
45. Klarifikasi
46
46. Rahasia Nindia Rama
47
47. Rasa Bersalah
48
48. Bayaran Penyesalan
49
49. Markas Bawah Tanah
50
50. 02 : 00
51
51. Khawatir
52
52. Di Hentikan Sementara
53
53. CEO
54
54. Perngobanan
55
55. Bergabung di Perusahaan
56
56. Ancaman
57
57. Mencekam
58
58. Taktik
59
59. Jebakan
60
60. Balasan Jebakan
61
61. Suara Hati
62
62. H-1 Perayaan Perusahaan
63
63. Kejahatan Terbongkar
64
64. Liburan
65
65. Kebahagiaan yang Perlahan
66
66. Nathan & Nala
67
67. Kehidupan Setelah 3 Tahun
68
68. Pesan Terakhir (END)
69
PENGUMUMAN

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!