24 jam telah berlalu, Aluna yang terlihat masih tertidur dalam keadaan tertelungkup seorang diri.
"Emghh!" Aluna perlahan membuka kedua matanya saat merasakan hangatnya sinar matahari yang mulai menembus kaca jendela melalui celah gorden kamar.
Aluna memutar pandangannya meneliti sekitar. Badannya terasa remuk, lalu merasakan hawa dingin yang menusuk dari keramik tempatnya berbaring.
Sontak membuatnya terlonjak. Rupanya semalaman dia telah tertidur di lantai tanpa beralaskan sehelai kain pun.
Perlahan bangun dari pembaringannya.
"Ah!" Ringisnya saat duduk di lantai sambil memegang kepalanya yang terasa berat dan sakit akibat terlalu lama menangis.
Wajahnya yang masih terlihat pucat dan matanya.. Sorot matanya yang gelap serta sembab membuatnya terlihat seperti manusia yang tidak memiliki aliran darah.
'
'
'
"Tok. Tok."
Suara ketukan di balik pintu membuyarkan pandang laki-laki yang berperawakan tegap dan kekar dalam balutan jas hitam.
Laki-laki itu tidak lain adalah Arlan, mantan suami dari Aluna. Arlan yang terlonjak dengan cepat memasukkan bingkai foto yang sedari tadi dia pandangi ke dalam laci meja kerjanya.
Laci itu dia kunci rapat - rapat, kemudian memasukkan kuncinya di dalam saku jas yang dia kenakan saat itu.
"Masuk!" Serunya dengan nada berat dan serak.
"Ceklek!"
Arlan menatap wanita berpenampilan seksi yang berdiri di depannya saat mendengar pintu terbuka.
"Nindia?" Sahutnya melihat mantan sekertaris yang kini berstatus sebagai istri barunya.
Nindia mengulas senyum berlenggak menghampiri Arlan.
"Kok kamu keliatan tegang gitu liat aku?" Tanya Nindia menatap wajah Arlan yang sedikit menegang.
"Ah!" menggeleng kecil "Nggak papa! Kamu ngapain ke sini?" lanjutnya sambil menunggingkan senyum kecil menutupi ketegangannya.
"Aku bawain bekal." Balasnya menunjukkan bingkisan di tangan kirinya. "Anak kita pengen makan siang bareng papanya!" Sambung Nindia sambil mengelus perutnya yang masih rata.
Usia kehamilannya memasuki 5 Minggu, dan masih rawan. Saat ini, Nindia menjadi menantu kesayangan keluarga Raden Wijaya. Hanya dalam waktu kurang dari 2 bulan saja dia telah resmi merebut tahta saudaranya yang selama 5 tahun dimiliki oleh Aluna.
Meski pernikahan mereka sempat ditentang oleh Arlan. Tapi, pada akhirnya demi mendapatkan penerus perusahaan milik keluarganya dia terpaksa menerima pernikahan itu.
Sebenarnya Arlan juga dari awal tidak pernah berniat menceraikan Aluna. Wanita yang dia cintai sampai detik ini. Meski telah resmi bercerai namun, perasaannya kepada Aluna masih sama.
Hanya saja, takdir yang telah digariskan untuk mereka tidak seperti dengan impiannya. Bahkan sampai sehari sebelum Arlan menikahi Nindia, dia tetap menolak untuk bercerai dengan Aluna.
Namun, Aluna bersih keras meminta cerai dari Arlan. Wanita mana yang rela dimadu dan tinggal seatap. Terlebih wanita itu saudaranya sendiri.
Bukankah bertahan akan membuatnya semakin merasakan sakit yang berkepanjangan? Aluna berpikir lebih baik mengakhiri sekali dari pada harus menjalani duri yang tidak ada ada ujungnya.
Arlan menuntun Nindia ke sofa lalu duduk berdampingan. Nindia mulai membuka bingkisannya mengeluarkan satu persatu makanan yang dia bawah.
Sebenarnya makanan yang tertata di atas meja itu terlihat enak dan menggugah selera. Tapi, Arlan menatapnya dengan sendu. Bagaimana tidak. Semua jenis makanan yang disediakan Nindia merupakan favorit Arlan.
Hal itu kembali mengingatkannya kepada Aluna. Selama 5 tahun menikah Aluna gemar memasak makanan favorit Arlan.
"Aku suapi yah!" Sahut Nindia membuyarkan pandang Arlan.
Arlan kembali menunggingkan senyum kecil kemudian perlahan membuka mulutnya menerima suapan pertama dari Nindia.
Arlan mengunyah makanannya dalam suasana hati yang bergejolak. Ada rasa sedih bercampur kesal pada dirinya sendiri.
Sorot matanya kembali sendu menatap Nindia yang terlihat sedikit menunduk mengaduk makanannya. Ingatannya tentang Aluna kembali terlintas.
Sebelumnya Aluna lah yang selalu menemani dan menyuapinya makan. Namun kini, wanita yang ada di depannya bukan Aluna lagi membuat hatinya ter-cubit.
Andai saja dia bisa lebih meyakinkan Aluna untuk tetap bersamanya dan bisa lebih tegas mengambil keputusan dari rencana perjodohannya dengan Nindia. Mungkin saja keadaan tidak akan serumit yang sekarang.
'
'
'
Di lantai empat, dalam ruangan yang dikelilingi jendela kaca. Aluna duduk termenung memandangi gedung yang menjulang tinggi. Terlihat kokoh dan perkasa sehingga mampu menekan gedung - gedung di sekitar termasuk tempatnya bekerja yang hanya berlantai 5.
Gedung yang terletak sekitar 500 meter dari kantornya, yang tak lain merupakan PT. PERKASA WIJAYA. Perusahaan konstruksi nomor satu di dalam negeri milik keluarga Raden Wijaya, yang saat ini dipimpin oleh CEO muda bernama Arlan Raden Wijaya mantan suaminya yang sampai saat ini masih ia cintai.
Wajahnya yang lesu, tapi karena dihiasi dengan make-up serta lipstik yang lebih terang sedikit memudarkan rautnya yang terlihat malang.
Beberapa kertas berserakan di atas meja dengan goresan desain cincin yang hanya terlihat separuh dengan kata lain kertas-kertas itu berisi gambar yang tidak jadi.
Sejak pagi Aluna tidak dapat berkonsentrasi, bahkan otaknya yang selalu encer dalam menciptakan gambar desain - desain indah, bahkan kini terasa buntu merasakan denyutan yang tiba-tiba muncul di kepalanya.
Matanya kembali memerah merasakan gejolak dalam hatinya. Tenggorokannya kembali tercekat serta bibinya bergetar.
Bahkan tanpa sadar, kedua tangannya mencengkram kuat pada ujung bajunya sampai kukunya memutih. Ada keretakan yang perlahan muncul hingga membentuk sebuah celah dalam hatinya.
Hampir dua bulan berlalu, tapi rasa sakitnya tak kunjung memudar bahkan semakin hari semakin besar terlebih saat setelah mendapatkan kabar kehamilannya.
Impiannya menjadi seorang ibu selama 5 tahun akan terkabul. Bahagia? Yah kalau saja dia tidak bercerai terlebih dahulu tentu saja rasanya akan sangat bahagia.
Lalu, untuk apa dirinya hamil sekarang? Toh statusnya sebagai istri Arlan hanya tinggal kenangan. Bukannya tidak ingin bersyukur tapi, bagaimana dirinya akan berbahagia? sementara bagian dari hidupnya telah hilang.
Pikiran - pikiran itu terus bergulir dalam benaknya hingga membuat dadanya terasa sesak. Sampai saat ini Aluna masih merasa seperti berada dalam mimpi yang panjang.
Apa ini benar-benar takdir dari Allah untuknya? Kalau memang ia, bisakah Allah kembali memberi takdir yang lebih indah untuknya dimasa depan?
Selalu ada harapan kecil di setiap kesulitan manusia termasuk Aluna. Tapi, menyadari kenyataan di depan mata. Jelas-jelas Arlan sudah menikah, lalu takdir dan harapan seperti apa lagi yang pantas untuk dia minta?
Sesulit itu keadaannya saat ini. Semakin memikirkan semakin membuat kepalanya berdenyut hingga rasa mual muncul menyelimuti.
Dengan cepat Aluna beranjak dari duduknya, lalu berlari keluar ruangan sambil menutup mulutnya menuju toilet yang berada di sebelah ruangannya.
'
'
'
"HOEEEKK! HOEEEKK! HOEEEKK!"
Aluna memuntahkan isi perutnya seorang diri sampai perutnya terasa perih dan tenggorokannya pahit.
Aluna berkumur lalu membasuh mukanya. Buliran keringat menghiasi dahi hingga pelipisnya. Beberapa Minggu ini dia sering mengalami mual dan muntah.
Tapi, kali ini rasanya semakin parah. Biasanya hanya lebih sering mual dan muntah yang masih tergolong ringan, tapi saat ini dia bahkan memuntahkan semua isi perutnya.
Rasanya sangat tidak enak. Tenggorokannya kembali tercekat dan.. badannya terasa lemas seketika.
Meski terasa lelah, Aluna tetap berusaha menyeka wajahnya yang semakin dipenuhi keringat yang menetes hingga ke lehernya.
"Hhhfftt!" menghela napas.
'
'
'
"Eh, denger-denger Aluna resmi bercerai yah dengan pak Arlan?" Sahut salah satu karyawan wanita di balik ruangan toilet sebelah, membuat Aluna yang tadinya hendak menarik gagang pintu ingin keluar kembali memundurkan langkahnya.
"Iya, kasian yah padahal mereka cocok dan udah nikah selama 5 tahun!" balas salah satu karyawan lain.
"Yah mau gimana lagi, dia yang nggak bisa ngasih keturunan buat suaminya! Kalau aku jadi laki-laki sih... pasti akan berpikiran yang sama!"
"BUM!"
Perkataan dari karyawan yang tidak terlihat wajahnya itu, penuh tekanan hingga menusuk bagaikan duri menembus dadanya. Cibiran - cibiran dari orang - orang disekitarnya yang dia khawatirkan perlahan mulai bermunculan.
Aluna berdiri mematung di balik pintu, tubuhnya bergetar dan mulai mengeluarkan keringat dingin.
Aluna membekap mulutnya sendiri menahan agar suaranya tidak keluar. Sudut matanya berlinang terasa perih hingga tidak mampu lagi membendung buliran jerni, dan lagi - lagi kembali membasahi wajahnya.
Meski perkataan karyawan itu tidak sepenuhnya salah, tapi tetap saja menyakiti hatinya. Hal yang lebih menyakitkan lagi, saat ini rasanya ingin berteriak dan pamer tentang kehamilannya yang sekarang untuk membalikkan omongan mereka. Tapi, apa gunanya?? Sekarang dia sudah resmi menjanda dan sudah tidak dibutuhkan lagi dikeluarkan Raden Wijaya.
Akhirnya Aluna memilih diam menangis dalam Tampa suara menelan cibiran - cibiran itu bersama dengan kepahitan yang dialami.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️
kak othor ... mahaaap ...
mungkin bisa dikasih pembeda, mana cerita yg berupa flash back .. mana yg kekinian ... biar ndak binyun baca nyaa ...
😍😍😍😍
2023-08-21
2
⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️
tunjukkan pada dunia, Al .... trutama ke ibu nya Arlan ...
kamu wanita setrong .... 💪💪
dan bikin si mama menyesal krn ternyata kamu itu memang menantu terbaik dibanding sodara kamu itu Al ...
2023-08-21
0
Anih Suryani
bangkit aluna buktikan kmu kuat dn bisa bahgia lihatkn kpda mereka kmu jd orang sukses
2023-08-19
0