"Aku berkata serius!" Suara Aluna bergetar.
"Kemarin kamu memaksaku menikah dan sekarang meminta bercerai? Jangan ngaur!" Arlan memanas mendengar perkataan yang tidak masuk akal dari Aluna.
Arlan melangkahkan kakinya meninggalkan Aluna dengan masam dan,,,
"kamu ceraikan aku atau tidak, aku akan tetap meninggalkan rumah ini!" Ucap Aluna semakin menjadi membuat Arlan menghentikan langkahnya lalu berbalik menatap Aluna.
"Berani kamu mengancam ku?" Suara Arlan lebih keras perlahan mendekati Aluna.
"Katakan kenapa aku harus menceraikan mu?" Lanjutnya mencengkram kuat bahu Aluna sehingga membuatnya merasa kesakitan.
Aluna bergetar merasakan bahunya yang mulai sakit, tapi dia tidak goyah justru menegakkan kepala menghadapi Arlan yang menatapnya dengan tajam.
"Aku sudah muak berada di lingkaran kehidupan rumah tangga ini!" Ucapnya dingin membuat Arlan membulatkan mata.
"Apa maksudmu? Apa kamu tidak mencintai ku lagi?" balas Arlan mengeratkan cengkeramannya.
"Kalau iya kenapa?" Balas Aluna menantang.
"Akh!" Aluna sedikit meringis dan terkejut saat Arlan melepaskan cengkeramannya dengan keras sehingga Aluna terhuyung sedikit memundurkan langkahnya.
Wajah Arlan masam, tubuhnya bergetar dan mengalihkan pandangannya dari wajah Aluna. Hatinya bergejolak hingga rasanya hampir meledakkan dadanya.
Aluna kembali berdiri tegap sambil memegang bahu kanannya yang terasa nyeri. Matanya mulai memerah mengatupkan gigi.
"Aku sudah muak berada dibawa tekanan mama yang selalu memojokkan ku, selalu membandingkan ku dengan menantu - menantu temannya, aku muak dengan perkata - perkataan orang yang selalu menanyakan masalah anak dengan ku!!" Ucap Aluna dengan sengaja memanas - manasi Arlan.
"Tapi ini bukan kesepakatan kita!" Balas Arlan dingin mengepalkan kedua tangannya tanpa melirik Aluna.
"Yah, memang benar! Tapi aku sengaja baru mengatakan sekarang agar kamu setuju menikah!" Balas Aluna semakin membuat Arlan merasa sakit.
"Kalau aku menolak menikah sekarang?" Tanya Arlan masih tidak melirik Aluna.
"Tidak ada gunanya!"
"Kenapa?" Tanyanya melirik Aluna.
"Kamu tidak bisa mengingkari janji kepada mama! A,,ku juga sudah tidak mencintaimu lagi!" Aluna kembali mengucapkan kata yang menyayat hati. Arlan sontak mencengkram wajah Aluna.
"Akh!"
Aluna kembali meringis merasakan kedua pipinya berdenyut saat Arlan menekan kuat kedua pipinya.
"Lihat mataku! Dan katakan kalau kamu tidak mencintaiku!" Ucap Arlan penuh penekanan memicingkan mata meneliti wajah Aluna yang memerah.
Tubuh Aluna semakin bergetar merasakan deru napas Arlan yang dingin menghembus, wajahnya masam memerah menatap dirinya.
"DUG! DUG! DUG!"
Kedua kelopak mata Aluna bergetar merasakan pedihnya menahan air mata, tenggorokannya tercekat dengan susah paya menelan saliva lalu mengepalkan kedua tangannya mengumpulkan keberanian.
"Aku. tidak. mencintaimu lagi!" Balasnya penuh penekanan namun dalam hati seperti tertusuk duri yang menembus dadanya.
Arlan bergetar kedua matanya memicing menatap tajam netra Aluna mencoba mencari kebenaran, yang terlihat sama tajamnya bahkan menggelap. Arlan melihat ada emosi, amarah dan kesedihan yang bercampur dalam netra gelapnya membuatnya sulit menebak isi hati Aluna yang sebenarnya.
Tapi melihat keberaniannya mengakui secara langsung dan tatapan tajamnya, membuat Arlan menarik kesimpulan kalau Aluna sedang tidak main - main dengan perkataannya.
Arlan perlahan melepaskan cengkraman nya dari wajah Aluna. Perlahan memundurkan langkah, matanya memerah dan tubuhnya lemas. Ada rasa sakit yang mendalam juga amarah yang mendidihkan kepalanya.
"Baik kalau itu keinginanmu! Mulai saat ini kamu aku talak 2!" Ucap Arlan serak dan dingin sampai rahangnya mengeras.
"BUM!"
Akhirnya, tanpa berpikir panjang dalam amarah dia melayangkan talak 2 untuk Aluna saat itu juga. Tentu saja dirinya tidak merasa yakin atas ucapan Aluna. Tapi melihat dari keberaniannya membuat dirinya bimbang sehingga dia berpikir talak 2 paling tepat untuknya.
"Inikan yang kamu mau?" Tanya Arlan menunggingkan senyum mengejek. Lalu melangkah dan kali ini dia benar - benar meninggalkan Aluna.
Aluna menjatuhkan badannya di atas lantai balkon. Dibawa sinarnya sang rembulan yang memancarkan cahaya indah menerangi tubuh kecilnya dalam tangisan.
"Hiks. Hiks. Hiks." Aluna duduk tak berdaya di lantai berderai air mata. "HIKS! HIKS! HIKS! AAAAAAA HIKS! HIKS! HIKS!" Aluna terus menggeram sambil menepuk dadanya yang terasa sakit hingga membuatnya sesak.
'
'
'
Tepat 1 minggu, pernikahan Arlan dan Nindia pun telah dilaksanakan di kediaman keluarga Wijaya. Pernikahan cukup sederhana, tamu undangan hanya keluarga terdekat saja dan tidak satupun media yang datang meliput.
Meski sederhana namun, hari itu menjadi hari paling membahagiakan bagi Nindia. Dia terus mengembangkan senyuman menikmati momen itu. Sama sekali tidak ada rasa bersalah karena telah menikahi suami kakaknya.
"SAYA TERIMA NIKAH DAN KAWINNYA NINDIA SAGITA PUTRI BINTI SAGAR WIRATAMA DENGAN MAS KAWIN TERSEBUT TUNAI!"
"Bagaimana seksi sah?"
"SAH!"
"SAH!"
Hari itu dengan ijab kabul yang di ucapkan oleh Arlan untuk Nindia dengan lantang dan disaksikan oleh keluarga, menjadikan mereka resmi menjadi pasangan suami istri yang sah.
Diam - diam Aluna mengintip kebahagian itu dari balik dinding jendela kaca. Terdengar jelas di telinganya suara lantang Arlan mengucap kan kata sakral itu.
Rasanya sakit, sakit sekali melihat orang yang paling ia cintai telah menjadi milik adiknya sendiri. Tubuhnya terasa lemas memandangi kedua mempelai yang saling bertukar cincin.
Kedua sudut matanya berair terasa pedih hingga mengalir membasahi pipinya. 5 Tahun lalu kata sakral itu untuknya dan tergantikan talak lalu kembali Arlan mengucapkan ijab kabul, tapi itu untuk adiknya.
"IJAB KABUL UNTUKMU ADALAH TALAK UNTUKKU!"
Tidak ada kata yang paling tepat selain itu untuk masalah hidup yang dijalaninya. Dirinya kini sudah menjadi orang luar dan tidak memiliki hak atas Arlan.
Wajahnya pucat, mata sembab yang tak hentinya mengalirkan air mata. Aluna menatap dari kejauhan wajah Arlan yang terakhir kalinya, lalu menatap tuan Raden Wijaya yang terlihat memakai tongkat. Dua sosok laki - laki yang ia cintai dengan terpaksa harus dia lepaskan.
Aluna sudah membuat keputusan. Ia tak sanggup menjalani hidup yang penuh duri sehingga memilih belati untuk memutus rasa sakitnya. Ia berharap dimasa depan kebahagiaan untuknya segera menghampiri.
Aluna mengangkat tangannya melihat cincin permata yang indah masih melingkar di jarinya. Hatinya semakin tertusuk, entah Arlan masih menyimpan cincinnya atau sudah membuangnya.
"Tes!"
Setetes buliran jernih terjatuh membasahi permata indah itu. Meski di talak tapi Aluna tidak pernah berniat untuk membuang cincinnya. Cincin itu akan ia simpan sebagai tanda saksi perjalanan cintanya bersama Arlan.
Setelah beberapa saat, Aluna berbalik meninggalkan tempat itu. Setiap langkahnya seperti berpijak pada duri yang menusuk telapak kakinya hingga berdarah - darah.
Aluna terus berjalan gontai dengan malang sesekali menyeka wajahnya yang dibasahi air mata.
'
'
'
"Bagus,, bagus sekali hahahah!" Sahut laki - laki berkumis tipis dengan balutan baju tahanan. Yang tak lain adalah tuan Redan Wijaya saudara dari tuan Raden Wijaya. Keduanya merupakan anak dari tuan Wijaya pertama.
Tuan Redan terus tertawa sambil menatap puas pada layar ponsel saat melihat video ijab kabul Arlan dan Nindia.
"Bagaimana? Apa ayah puas melihatnya?" Tanya Rama Redan Wijaya.
"Em!" Mengangguk menunggingkan senyum licik. "Ingat, kamu jangan gegabah, jangan sampai Arlan curiga dengan rencana kita!" Lanjutnya mengingatkan sang anak.
"Ayah tenang saja, si bodoh itu pasti tidak akan menyadarinya! Balas Rama yang juga tersenyum licik.
"Hahahah!" Kompak.
Tahun ini merupakan tahun ke 3 dirinya mendekam dipenjara karena terlibat kasus penggelapan uang perusahaan milik keluarganya. Dan hari itu Rama sengaja mengunjunginya untuk memperlihatkan video itu.
Tuan Redan Wijaya memiliki ambisi yang besar sehingga bisa menghalalkan segala cara demi mencapai tujuannya. Berbeda dengan tuan Raden Wijaya yang selalu bijak dan mendahulukan kepentingan bersama. Itu sebabnya tuan Wijaya pertama menunjuknya sebagai penerus PT. PERKASA WIJAYA sebelum diberikan kepada Arlan.
Sedangkan tuan Redan, akibat keserakahannya dia kehilangan harta bendanya, termasuk rumah mewah, mobil yang disita dan beberapa aset berharga lainnya.
Itu sebabnya nyonya Meryam dan Rama Redan Wijaya saat ini tinggal di rumah pamannya. Selama sang ayah dipenjara, Rama terpaksa berpura - pura bodoh dan polos agar dirinya tidak dicurigai dan melakukan pencitraan sebagai anak baik sehingga dia tetap dipekerjakan di perusahaan keluarga.
'
'
'
Aluna terus berjalan gontai menyusuri jalan, sesekali menyeka wajahnya menghapus air mata. Terlihat sangat malang, panas trik matahari membuatnya merasa semakin lemas hingga sulit berkonsentrasi.
Sampai ia tidak menyadari sebuah kendaraan roda dua yang melaju kencang ke arahnya. Semakin lama semakin dekat dan,,,
"PIP, PIP, PIPPP!!!!"
"AAAA!" teriak Aluna mengangkat tangan menutupi wajahnya.
"Aluna,, Aluna kamu kenapa?" panggil Helen sambil menggoyangkan tubuh Aluna yang mengigau dalam tidurnya.
"AKH!" Terkejut.
Aluna membuka kedua matanya menatap langit - langit balkon kamar rawat inap. Wajahnya dipenuhi buliran keringat dingin, tenggorokannya tercekat perlahan menelan saliva sambil mengatur napasnya yang sedikit tersengal.
Ingatan 2 bulan lalu sangatlah mengerikan sehingga membuatnya ketakutan.
"Hey,, kamu baik - baik aja?" tanya Helen menatap khawatir dan Aluna hanya mengangguk.
Tepat 1 minggu dirinya di rawat di ruangan bernuansa putih itu. Dia sudah diperbolehkan untuk pulang.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
guntur 1609
pasti anaknya nindia. anaknya rama. mampus kau arlan
2023-09-19
1
blecky
nmax bkin pusing redan raden kan jdi binggung
2023-08-29
1
⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️
oooohh ... ini toh biang kerok nya ...
2023-08-21
0