Suamiku Berbeda

Suamiku Berbeda

Bab. 1

Pagi yang cerah di sebuah desa yang berada di bibir perkotaan. Seorang gadis berusia 21 tahun tinggal seorang diri setelah sang ibu yang ia cintai meninggalkan dirinya untuk selama-lamanya 2 tahun yang lalu. Dia adalah   Nadya Syakura gadis yang berparas cantik, berkulit putih dan memiliki kepribadian yang lembut dan ulet.

Mendiang sang ayah merupakan seorang arsitektur yang ternama di kota M, yang memiliki adik sang pengusaha property dan  restoran di kota H yang berbeda. Sedangkan sang ibu adalah pemilik toko kue di desa tersebut yang ia buat setelah kematian sang suami. Nadya melanjutkan usaha ibunya untuk keberlangsungan hidup sehari-hari dan ia tetap melanjutkan kuliahnya dengan hasil penjualan di toko kue tersebut dan pekerjaan sampingnya sebagi arsitek penerus sang ayah. Ada beberapa perusahaan yang memakai jasanya namun ia tidak pernah mau menunjukan  namanya ketika perusahaan melakukan kerjasama ia hanya meninggalkan jejak sebuah gambar kecil bergambarkan lebah menghisap bunga.

Walaupun Nadya memiliki om yang kaya raya namun ia tidak ingin bergantung kepada sang om. Seperti hari ini om Brama Hartanto datang berkunjung ke rumah Nadya bersama dengan sang anak yang usianya terpaut dua tahun lebih tua dari Nadya. Ia adalah Syakila Hartanto gadis cantik yang baik terhadap Nadya yang sudah menganggap

Nadya seperti adiknya sendiri.

Mini cuper mewah terparkir di halaman rumah Nadya. Syakila dan om Brama turun dari mobil, sebelum Syakila menuju pintu rumah Nadya ia berjalan menuju bagasi mobil untuk mengambil sesuatu yang ia beli untuk sang  sepupu. Dua tentengan di bawanya.

Ucapan salam terdengar dari arah kamar, Nadya yang sedang memoles wajahnya dengan bedak. Nadya menjawab salam dari dalam, ia sudah hafal dengan suara Syakia hingga ia mempercepat pergerakannya merias diri dengan riasan tipis dan natural. Ia tersenyum setelah selesai dengan urusannya di depan cermin.

Langkah kaki Nadya setengah berlari ketika mendengar suara Syakila. Kunci pintu pun dibukanya. Dilihatnya Syakila dengan penampilan  modis nya. Setelan kemeja biru dengan bawahan celana bahan dan kerudung berwarna senada dengan kemeja yang ia lilitkan ke leher. Nadya memeluknya dengan erat sambil menyungingkan senyuman di balik punggung, lalu ia melepaskan pelukannya dari Syakila dan mencium punggung tangan om Brama.

”Masuk kak, om! Ucap Nadya sambil menggandeng  tangan Syakila. Nadya buatkan minum dulu ya om. Mau yang dingin apa yang panas, om?” ucap Nadya yang hendak pergi ke arah dapur.

Om Brama menghentikan langkah kaki Nadya dengan memegang tangan Nadia dari belakang. “Tidak usah repot-repot, nak! Kak Syakila sudah membeli minuman waktu hendak kesini. Nadya duduklah di sini .”Om Brama menpuk-nepuk sofa yang ia duduki agar Nadya duduk bersamanya..

Nadya duduk bersama om Brama dengan menatap kearah Syakila yang ada di sebrang meja. Nadya tersenyum ketika Syakila memberikan minuman kesukaan Nadya. “Terima kasih, kak! Nadya menerima minuman coklat hangat kesukaannya dengan senyum yang tersungging di kedua bibirnya.

Perlahan om Brama menarik tangan Nadya. “Nadya bagaimana dengan tawaran om bulan lalu? Om tidak tega melihat kamu tinggal di sini sendirian, lihat badanmu semakin kurus. Om tau kamu pasti kelelahan!” ucap om Brama yang menatap wajah Nadya dimana ada lingkar hitam di bagain bawah matanya.

Nadya tertunduk, hatinya bimbang untuk mengatakan bahwa dirinya ingin tetap disini untuk meneruskan usaha ibunya yang sudah lumayan ramai dan memiliki cabang di dekat pasar tradisional. Nadya menatap Syakila yang memberikan senyum kepadanya. “Terimakasih atas perhatian om kepada Nadya. Tapi om, kuliah Nadya tinggal sedikit lagi. Nadya sedang menyelesaikan skripsi di tahun ini. Insya allah dua bulan lagi Nadya akan di wisuda.”

“Ya sudah, pah. Tunggu Nadia menyelesaikan wisudanya! Syakila yakin Nadia pasti akan menepati janjinya untuk ikut tinggal dengan kita, Ya kan, Nad?” Syakila angkat bicara dan mendekat pada Nadia.

Om Brama berfikir sejak, apa yang menjadi pertimbangan Nadya ada benarnya. “Baiklah, tapi om tidak akan mendengar alasan lain lagi ketika kamu sudah selesai dengan kelulusan mu.” Om Brama mengelus kepala Nadia yang tertutup jilbab.

“Tanggal berapa kamu diwisuda, Nad? Kami pasti akan datang dan papah akan menggantikan ayahmu sebagai walinya.”

Mata Nadia mulai berkaca-kaca ketika membayangkan ketika ia wisuda tanpa kedua orangtuanya. Hari itu adalah hari yang selalu ditunggu sang ibu, melihat anak gadisnya memakai toga dan mendapatkan gelar sarjana hukum.

Syakila memeluk Nadia, ia tidak bisa membayangkan seandainya posisi ia seperti Nadya

sekarang. Syakila selalu kagum dengan Nadya yang mempunyai pendirian yang kuat dan  tekad yang kuat dalam meraih cita-citanya. Seperti  ia tahu bahwa Nadya menolak mengenai pembiayaan kuliahnya yang akan dibayarkan oleh papahnya. Sedangkan dirinya hanyalah wanita yang manja yang masih bergantung kepada kedua orangtuanya.

Satu jam berlalu, Saykila dan om Brama pamit pulang. Om Brama menyodorkan kartu ATM untuk Nadya namun lagi-lagi Nadya menolaknya. Secara paksa Syakila menyelipkan kartu ATM tersebut ke dalam tas Nadya. Yang kebetulan Nadya pun akan ke luar untuk pergi ke toko kue yang ada di dekat pusat perbelanjaan di kota tersebut.

****

Ditengah perjalanan motor metic Nadya terhenti ketika ia berpapasan dengan seorang laki-laki yang mengunakan koko berwarna abu-abu.

Laki-laki itu memberikan salam kepada Nadya dan menepikan motornya. “Nadya hendak pergi ke toko kah?” tanyanya dengan senyum yang menunjukan lesung pipit yang indah.

Nadya menjawab salam lelaki tersebut. Dengan anggukan Nadya menjawab. “Ada hal apakah sampai-sampai kak Yusuf menanyakan Nadya hendak ke toko” Nadya membuka helem nya.

”Kakak ingin membeli kue kering kesukaan ummi kakak, tapi kakak lupa kue kering apa yang biasa ummi beli di toko Nadya.

“Ya sudah nanti Nadya lihat dulu persediaannya masih ada apa tidak, bila ada nanti Nadya chat kak Yusuf, ya kak!!” Nadya sudah menyalakan motor metiknya dan hendak melanjutkan perjalannya setelah keduanya saling mengucapkan salam.

***

Pria itu adalah Yusuf Arffan seorang anak dari pemilik pondok pesantren yang ada di desa tersebut. Usia Yusuf genap 25 tahun bulan kemarin. Selain seorang ustadz  Yussuf juga seorang pengusaha muda di kota M dan beberapa wilayah di indonesia. Ayah Yusuf bernama Muhamad Arffan yang merupakan pendiri pondok pesantren ternama di kota tersebut. Nama ibunya adalah Mariyam.

Yusuf dan Nadya memiliki  perasaan yang sama, kedua orang tua Yusuf menyukai Nadya karena Nadya memiliki kepribadian yang  jarang  dimiliki wanita lain. Sosok wanita yang kuat dalam menghadapi setiap ujian hidupnya, Nadya dikenal anak yang  gigih, seperti yang ustadz Arffan tahu bahwa Nadya mempunyai om yang kaya raya namun ia tidak perah mendengar Nadya memanfaatkan om nya untuk biaya hidup Nadya. Itulah yang membuat ummi Mariam sangat menyukai Nadya, ia selalu baik kepada semua orang.Ayah Nadya berteman baik dengan ustadz Arffan.

Nadya juga memiliki teman baik bernama Kiren Matsumi. Mereka berdua berteman sejak keduanya duduk di bangku sekolah menengah pertama (SMP) sampai mereka kuliah di universitas yang sama namun di fakultas yang berbeda.

Malam pukul 10 Nadya bergelut dengan pekerjaan tambahannya sebagai arsitektur yang menangani sebuah sketsa untuk sebuah hotel mewah yang berada di daerah luar kota. Pekerjaan itu ia dapat dari teman kuliahnya. Ia tidak pernah

memperkenankan temannya itu menyertakan namanya dalam sketsa ia hanya memberi simbol pada sketsa yang ia buat. Matanya mulai lelah setelah sketsa terakhir ia selesaikan. Rasa kantuk sudah menyambutnya, sesekali ia menguap sambil meletakan alat-alat yang telah membantunya malam ini.

Suara pesan singkat masuk ke hp nya. Di lihatnya Syakila yang memberi tahu bahwa dua pekan lagi ia akan melangsungkan pertunangan dengan Adrian pengusaha muda di bidang perhotelan. Nadya mengucapkan selamat dan doa untuk Syakila. Syakila mengamini dan memintanya untuk datang sehari sebelum acara pertunangan itu di selenggarakan. Pesan singkat itu ditutup oleh Nadya dengan icon dua wanita berpelukan.

“Alhadmulilllah, akhirnya pekerjaanku selesai sudah. Besok harus datang ke kampus untuk menyerahkan ini kepada Anyelir. Terimaksih ya Allah Engkau selalu mempermudah urusan hamba Mu ini!” Nadya mematikan lampu di ruang kerjanya dan merenggangkan otot-otot tangan nya.

****

Dikediaman Yusuf.

Ummi Mariam sedang menikmati kue kering yang ada di hadapannya di temani Yusuf yang sedang asyik mengobrol dengan abinya.

"Yusuf bagaimana niat mu akan mengkhitbah Nadya? Tanya ummi Mariam yang memasukan sekeping demi sekeping kue lidah kucing buatan Nadya ke mulutnya dan diikuti pula oleh ustad Arffan.

“Hemmm… Yusuf belum tahu ummi, takut Nadya menolak khitbah Yusuf. Lagi pula Yusuf belum

tahu alamat rumah pamannya Nadya, ummi.”   Ucap Yusuf yang ingin menyicipi kue kering yang menjadi kesukaan sang ibu.

“Enakkan, kuenya!” Tanya ummi Mariam yang tahu kalau Yusuf tidak begitu menyukai kue kering.

“Ya ummi, ini enak pake banget, biasnya Yusuf kurang suka sama kue-kue kaya gini, tapi ini beda ya, mi!”

“Beda rasa kuenya, apa beda sama yang bikinnya?” ledek ustadz Arffan sambil berlalu menuju ke luar rumah.

Yusuf hanya tersenyum sambil menatap kepergiaan sang Abi dari hadapannya.

****

Pagi dikediaman pak Brama. Syakila sedang menerima telepon dari mamahnya yang sedang menemani anak sulungnya bernama Marhen Hartanto. Anak pertama keluarga Hartanto yang sedang menyelesaikan perjalanan bisnisnya di temani sang mamah tercinta. Ibunya bernama Retno Hartanto.

"Mamah pokoknya Minggu ini haru segera pulang bersama bang Marhen, Syakila gak mau tau." Syakila menjawab telepon dengan wajah yang penuh rasa kesal ketika mengetahui sang ibu akan pulang 3 hari sebelum acara lamarannya dengan Adrian berlangsung.

Ia membanting hp nya ke atas kasur dengan gusar. Berfikir siapa yang akan mengurus semua ini tanpa ibunya. Suara langkah kaki terdengar masuk ke kamar yang pintunya sedikit terbuka. Ketukan dari sepatu terdengar begitu jelas di dekatnya. Mata Syakila menatap kedatangan sang ayah. Dengan cepat ia memeluk pinggang sang ayah dengan wajah sedikit sedih.

"Kamu tenang saja papah sudah menyuruh Vino untuk mengurus semua pertunangan mu dengan Adrian. Kamu jangan khawatir, sayang!" Brama mengelus rambut sang putri dengan lembut. Lalu duduk di sampingnya sambil memegang tangan sang putri dengan lembut.

"Terimakasih, pah!" Ucapnya dengan menatap kedua tangan ayah dan anak itu bertautan.

"Papah tidak pernah bisa membayangkan hidup Nadya yang ia urus sendiri tanpa kedua orangtuanya!" Brama merasa sedih dengan keponakannya itu.

Syakila menatap wajah sang ayah dengan cermat dan melihat gores kesedihan dari mata sang ayah. " Papah jangan khawatir lagi dalam waktu dekat Nadya akan tinggal dengan kita, ia pasti akan bahagia tinggal disini, pah!" Syakila membelai wajah sang ayah lalu memeluknya.

"Kamu benar. Kamu harus bisa belajar banyak kepada Nadya." Brama menyentuh hidung Syakila dengan lembut dan mengecup keningnya. "Papah harus berangkat ke kantor karena ada rapat! jangan lupa kamu juga harus bekerja ya, sayang!" Brama mengelus dan pergi dari kamar Syakila.

***

Di rumah Nadya.

Nadya menatap jam dinding yang ada di ruang tengah menunjukan pukul 9 pagi. Ia ada janji jam 10 dengan Anyeir di kantin kampus. Dengan cepat ia meraih kunci motornya yang berada di gantungan dekat pas-pas bunga kecil di dingding.

Dengan setelan rok bermotif bunga kecil berwarna pink dipadukan dengan tunik berwarna senada dengan bunga dan kerudung berwarna crame sesuai warna dasar rok yang ia kenakan. Nadya menyalakan mesin motor.

Satu jam motor metik yang ia parkiran di fakultas arsitektur. Ia letakan helem di stang motor miliknya dan ia ambil tas gendol berwana hitam dan ia letakan di depan dadanya. Sepatu sket warna cream melangkah ke tangga yang akan membawanya ke lantai 2 dimana kantin yang mereka berdua sepakati berada dilantai tersebut.

Wanita berambut pirang sebahu melambaikan tangannya ketika melihat ke keberadaan Nadya. Nadya membalas hal serupa dan mendekat. Nadya mendekat dan satu kursi ia tarik dan duduk bersebrangan dengan Anyelir.

Satu cangkir coklat panas pesanan Nadya sudah tersedia di meja dengan sepiring kentang krispi menemani mereka. Nadya menyodorkan satu bundel berkas kepada Anyelir. Anyelir melihat sekilas lalu memasukannya ke dalam tas miliknya.

"Pembayaran akan gue kirim setelah orangnya setuju dengan sketsa yang elo bikin ya, Nadya!" Anyelir menyesap jus jeruk ke mulutnya setelah menatap Nadya dengan senyum manis yang terukir di sudut bibir Nadya.

"Siap. Santai aja Anye, lagian kaya baru kenal aku aja. Abis ini kamu mau langsung ke perusahan itu, apa ada urusan lain dulu?"

"Gue langsung ngasihin ini dulu ke itu orang. Abis itu baru mau jemput nyokap gue yang baru mudik. Anyelir menghabiskan minumnya dan bergegas akan pergi.

"Baiklah kalau begitu. Inget ya Anye, kalau ada hal yang gak sesuai tolong kabarin aku, dan jangan bocorin nama aku kesiapa pun ya!" Nadya menerima salam dari anyelir dan menatap kepergian temannya itu dari hadapannya."

Nadya duduk kembali sambil meraih hp yang ada di dalam tasnya. Ia membuka dan mengecek pesan yang ada di hp nya. Tidak ada pesan penting dan Nadya hendak memasukan benda tersebut ke dalam tas.

Namun panggilan seseorang menghentikan tangannya. Nadya melihat ke arah suara di lihatnya Kiren yang berjalan ke arahnya.

"Ngapain kamu ada disini, Nadya? bukannya kamu tinggal nunggu wisuda aja ya? Tanya Kiren yang menatap ada satu gelas yang sudah tak bertuan di sebrang kursi milik Nadya.

Nadya mengetahui pertanyaan dari mimik wajah Kiren. "Aku abis ketemu Anyelir makanya aku ada di sini?" Mata Nadya menatap wajah Kiren yang kini sudah ada di sebelah kiri kursi yang ia duduki.

"Oooh pantes, kamu ada di fakultas ini? Kiren mengeluarkan satu buku novel yang sudah selesai ia baca ke Nadya. "Ini novelnya aku udah selesai bacanya, ceritanya bagus ya. Aku suka Ama alur ceritanya gak ngebosenin di bacanya."

Nadya meraih Nobel tersebut dan memasukannya ke dalam tas. "Pokoknya kalau kamu mau pinjem lagi besok-besok harus kena denda ya kalau telat balikin?" Ledek Nadya yang menyindir Kiren karena sudah telat seminggu sahabatnya itu mengembalikan novel miliknya karena ia sendiri belum baca.

"Hahaha, kamu bisa aja. Ya sudah sebagai gantinya aku ajakin kamu nonton deh hari ini, gimana? kebetulan ada filem bagus!" Mata Kiren menatap orang yang sedang berjalan ke arah mereka berdua dengan mengisyaratkan bibir monyong ke pada Nadya.

Nadya tidak menggubris sikutan dari tangan sahabatnya. Sehingga suara salam pun terdengar di telinganya. Nadya tidak asing dengan suara lelaki tersebut. Matanya menatap Yusuf yang sudah ada di hadapan meja Nadya.

"Wa'aikum salam."

Ucap Nadya dan Kiren bersamaan.

Kiren hendak bangkit dari kursinya ketika Yusuf kini sudah duduk di hadapan mereka berdua. Dengan cepat Nadya meraih tangan Kiren untuk duduk kembali kekursinya. Agar tidak meninggalkan ia berdua saja dengan Yusuf.

"Kak Yusuf ada keperluan apa datang ke sini? Kiren memberanikan diri bertanya karena ia tahu kalau Yusuf bukan jebolan dari universitas yang ia dan Nadya kuliah sekarang.

Yusuf menggaruk kepalanya yang tidak gatal dan menemukan pandanganya dengan senyum yang menunjukan lesung Pipit yang dalam. "Kebetulan dekan di fakultas ini teman kak Yusuf dan saya ada janji dengannya hari ini. Tapi setelah saya sampai sini dapat kabar bahwa teman kak Yusuf tidak bisa kesini karena ada urusan mendadak yang harus ia urus." Yusuf menjelaskan sekilas melihat wajah Nadya.

"Oooh gitu, teman kak Yusuf itu pak Aresen bukan? dosen arsitektur yang terkenal kiler gitu. Kiren menjelaskan sambil mengangkat kedua bahunya.

Nadya terdiam tanpa suara karena baru kali ini ia bisa duduk begitu dekat dengan laki-laki yang sudah hampir satu tahun ini mencuri hatinya.

"Kebetulan kakak melihat Nadya dan Kiren di kantin jadi kakak kesini. Tadi sempet sih liat Nadya dengan temanya yang sebelum Kiren datang." Yusuf melihat wajah Nadya dan Nadya tersenyum.

Ketiganya berbincang-bincang sampai akhirnya mereka memutuskan untuk pulang dan melanjutkan urusan mereka masing-masing.

Terpopuler

Comments

Bilqies

Bilqies

hai Thor aku udah mampir niih, mampir juga di karya ku yaa ☺️🙏
1 🌹 + 1🐠 untukmu Thor

2024-06-05

0

Bilqies

Bilqies

ngotot banget siih nih orang..
seenaknya aja maksa Nadya tinggal dengan nya

2024-06-05

0

Bilqies

Bilqies

ada udang di balik batu

2024-06-05

0

lihat semua
Episodes
1 Bab. 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab. 4
5 Bab. 5
6 Bab. 6
7 Bab. 7
8 Bab. 08
9 9. CEO Saklek
10 09. Miss Bee
11 11. Tempat Kenangan
12 12. Si Otak Dollar
13 13. Belum Berstatus Suami-istri
14 14. Teman Lama Bertemu Kembali
15 15. Paper Bag Berwarna Jingga
16 16. Makan Malam
17 17. Kesedihan dalam Curhatan
18 18. Jambu Biji Merah
19 19. Pil Penenang
20 20. "Ini apartemen apa rumah makan yang habis dijajah orang?"
21 21. Wanita Seribu Tangan
22 22. Password Baru
23 23. Salah Pegang
24 24. Tersesak Udang Saus Padang
25 25. Ke Rumah Mertua
26 26. Kiranti Obat Sedih
27 27. Berganti Peran
28 28. Dalam Kebimbangan
29 29. Ada Rasa
30 30. Perkara Roti Sobek
31 31. Belajar Mengaji
32 32. Sebagai Permintaan Maaf
33 33. Belanja Bersama
34 34. Mencium Tangan
35 35. Hancur dan Pupus
36 36. Gadis Kecil Itu.
37 37. Akhirnya Ku Menemukanmu
38 38. Ratu Gosip
39 39. Permintaan Maaf
40 40. Kangen Masakkan Kamu
41 41. Malu
42 42. Cincin Pilihan Yusuf
43 43. Terkejut
44 44. Pasar Malam
45 45. Aku belum Siap, Mas!"
46 46. Perkara CCTV
47 47. Jam Tangan Couple
48 48. Bajigur dan Kue Pisang
49 49. Switer Yang Bikin Panas semakin Memanas
50 50. Lebah Keciku
51 51. Menyatukan Perasaan
52 52. Arman Sahabat Masa SMA
53 53. Dilema
54 54. Cewe Petakilan
55 55. Sarung Mukena
56 56. Pilihan Raju
57 57. Frustasi Tingkat Tinggi
58 58. Kisahku Seperti Kue Nastar
59 59. Tidur Sore
60 60. Aku Lebih Suka Sup Goulash
61 61. Kontrak Kerja Sama
62 62. Jus Pakai Garam?
63 63. Nasi Bungkus Padang
64 64. Luka Yang Tergores Kembali
65 65. Nun Sukun dan Tanwin
66 66. Hujan Deras
67 67. Taqdir Allah Lebih Indah
68 68. Wanita Bergamis Hitam
69 69. Di Luar Dugaan
70 70. Kekhawatiran
71 71. Pagi Yang Penuh Semangat
72 72. Cinta Lama Yang Berkembang
73 73. Hari Sabtu Yang Ditunggu
74 74. Acara Lamaran Fatimah
75 75. Bioskop Atau Bareng Suami?
76 76. Kamar Mandi
77 77. Aku Benci Perselingkuhan
78 78. Gak Konsen
79 79. Silaturahim Bibir
80 80. Kebahagiaan Seorang Sahabat
81 81. Seandainya
82 82. Kejutan
83 83. Siapa laki laki itu?
84 84. Ruang Oprasi
85 85. "Coba Lihat Aja?"
86 86. Neng Nadia
87 87. Kamu Suka?
88 88. PERGI!
89 89. Di bawah Payung Hitam
90 90. Masih seperti yang dulu
91 91. "Maaf, ummi!?"
92 92. Kurang!"
93 93. Dokternya kamu, ya aku?"
94 94. Jodoh Masa Kecilku
95 95. Alhamdulillah...
96 96. Dimana kamu, Sayang?
97 97. Adonan
98 98. Gak Usah Basa basi
99 99. Aku Gendutan ya?"
100 100. Takut
101 101. Kekecewaan
102 102. Alat Tes Kehamilan
103 103. Pilu
104 104. Tom And Jerry
105 105. Terima Kasih!
106 106. Awas Kamu ya?
107 107. Rahasia
108 108. "Aku Monica! "
109 109. Pilih Apa?
110 110. Tasyakuran
111 111. Si Robet
Episodes

Updated 111 Episodes

1
Bab. 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab. 4
5
Bab. 5
6
Bab. 6
7
Bab. 7
8
Bab. 08
9
9. CEO Saklek
10
09. Miss Bee
11
11. Tempat Kenangan
12
12. Si Otak Dollar
13
13. Belum Berstatus Suami-istri
14
14. Teman Lama Bertemu Kembali
15
15. Paper Bag Berwarna Jingga
16
16. Makan Malam
17
17. Kesedihan dalam Curhatan
18
18. Jambu Biji Merah
19
19. Pil Penenang
20
20. "Ini apartemen apa rumah makan yang habis dijajah orang?"
21
21. Wanita Seribu Tangan
22
22. Password Baru
23
23. Salah Pegang
24
24. Tersesak Udang Saus Padang
25
25. Ke Rumah Mertua
26
26. Kiranti Obat Sedih
27
27. Berganti Peran
28
28. Dalam Kebimbangan
29
29. Ada Rasa
30
30. Perkara Roti Sobek
31
31. Belajar Mengaji
32
32. Sebagai Permintaan Maaf
33
33. Belanja Bersama
34
34. Mencium Tangan
35
35. Hancur dan Pupus
36
36. Gadis Kecil Itu.
37
37. Akhirnya Ku Menemukanmu
38
38. Ratu Gosip
39
39. Permintaan Maaf
40
40. Kangen Masakkan Kamu
41
41. Malu
42
42. Cincin Pilihan Yusuf
43
43. Terkejut
44
44. Pasar Malam
45
45. Aku belum Siap, Mas!"
46
46. Perkara CCTV
47
47. Jam Tangan Couple
48
48. Bajigur dan Kue Pisang
49
49. Switer Yang Bikin Panas semakin Memanas
50
50. Lebah Keciku
51
51. Menyatukan Perasaan
52
52. Arman Sahabat Masa SMA
53
53. Dilema
54
54. Cewe Petakilan
55
55. Sarung Mukena
56
56. Pilihan Raju
57
57. Frustasi Tingkat Tinggi
58
58. Kisahku Seperti Kue Nastar
59
59. Tidur Sore
60
60. Aku Lebih Suka Sup Goulash
61
61. Kontrak Kerja Sama
62
62. Jus Pakai Garam?
63
63. Nasi Bungkus Padang
64
64. Luka Yang Tergores Kembali
65
65. Nun Sukun dan Tanwin
66
66. Hujan Deras
67
67. Taqdir Allah Lebih Indah
68
68. Wanita Bergamis Hitam
69
69. Di Luar Dugaan
70
70. Kekhawatiran
71
71. Pagi Yang Penuh Semangat
72
72. Cinta Lama Yang Berkembang
73
73. Hari Sabtu Yang Ditunggu
74
74. Acara Lamaran Fatimah
75
75. Bioskop Atau Bareng Suami?
76
76. Kamar Mandi
77
77. Aku Benci Perselingkuhan
78
78. Gak Konsen
79
79. Silaturahim Bibir
80
80. Kebahagiaan Seorang Sahabat
81
81. Seandainya
82
82. Kejutan
83
83. Siapa laki laki itu?
84
84. Ruang Oprasi
85
85. "Coba Lihat Aja?"
86
86. Neng Nadia
87
87. Kamu Suka?
88
88. PERGI!
89
89. Di bawah Payung Hitam
90
90. Masih seperti yang dulu
91
91. "Maaf, ummi!?"
92
92. Kurang!"
93
93. Dokternya kamu, ya aku?"
94
94. Jodoh Masa Kecilku
95
95. Alhamdulillah...
96
96. Dimana kamu, Sayang?
97
97. Adonan
98
98. Gak Usah Basa basi
99
99. Aku Gendutan ya?"
100
100. Takut
101
101. Kekecewaan
102
102. Alat Tes Kehamilan
103
103. Pilu
104
104. Tom And Jerry
105
105. Terima Kasih!
106
106. Awas Kamu ya?
107
107. Rahasia
108
108. "Aku Monica! "
109
109. Pilih Apa?
110
110. Tasyakuran
111
111. Si Robet

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!