Suamiku Berbeda
Pagi yang cerah di sebuah desa yang berada di bibir perkotaan. Seorang gadis berusia 21 tahun tinggal seorang diri setelah sang ibu yang ia cintai meninggalkan dirinya untuk selama-lamanya 2 tahun yang lalu. Dia adalah Nadya Syakura gadis yang berparas cantik, berkulit putih dan memiliki kepribadian yang lembut dan ulet.
Mendiang sang ayah merupakan seorang arsitektur yang ternama di kota M, yang memiliki adik sang pengusaha property dan restoran di kota H yang berbeda. Sedangkan sang ibu adalah pemilik toko kue di desa tersebut yang ia buat setelah kematian sang suami. Nadya melanjutkan usaha ibunya untuk keberlangsungan hidup sehari-hari dan ia tetap melanjutkan kuliahnya dengan hasil penjualan di toko kue tersebut dan pekerjaan sampingnya sebagi arsitek penerus sang ayah. Ada beberapa perusahaan yang memakai jasanya namun ia tidak pernah mau menunjukan namanya ketika perusahaan melakukan kerjasama ia hanya meninggalkan jejak sebuah gambar kecil bergambarkan lebah menghisap bunga.
Walaupun Nadya memiliki om yang kaya raya namun ia tidak ingin bergantung kepada sang om. Seperti hari ini om Brama Hartanto datang berkunjung ke rumah Nadya bersama dengan sang anak yang usianya terpaut dua tahun lebih tua dari Nadya. Ia adalah Syakila Hartanto gadis cantik yang baik terhadap Nadya yang sudah menganggap
Nadya seperti adiknya sendiri.
Mini cuper mewah terparkir di halaman rumah Nadya. Syakila dan om Brama turun dari mobil, sebelum Syakila menuju pintu rumah Nadya ia berjalan menuju bagasi mobil untuk mengambil sesuatu yang ia beli untuk sang sepupu. Dua tentengan di bawanya.
Ucapan salam terdengar dari arah kamar, Nadya yang sedang memoles wajahnya dengan bedak. Nadya menjawab salam dari dalam, ia sudah hafal dengan suara Syakia hingga ia mempercepat pergerakannya merias diri dengan riasan tipis dan natural. Ia tersenyum setelah selesai dengan urusannya di depan cermin.
Langkah kaki Nadya setengah berlari ketika mendengar suara Syakila. Kunci pintu pun dibukanya. Dilihatnya Syakila dengan penampilan modis nya. Setelan kemeja biru dengan bawahan celana bahan dan kerudung berwarna senada dengan kemeja yang ia lilitkan ke leher. Nadya memeluknya dengan erat sambil menyungingkan senyuman di balik punggung, lalu ia melepaskan pelukannya dari Syakila dan mencium punggung tangan om Brama.
”Masuk kak, om! Ucap Nadya sambil menggandeng tangan Syakila. Nadya buatkan minum dulu ya om. Mau yang dingin apa yang panas, om?” ucap Nadya yang hendak pergi ke arah dapur.
Om Brama menghentikan langkah kaki Nadya dengan memegang tangan Nadia dari belakang. “Tidak usah repot-repot, nak! Kak Syakila sudah membeli minuman waktu hendak kesini. Nadya duduklah di sini .”Om Brama menpuk-nepuk sofa yang ia duduki agar Nadya duduk bersamanya..
Nadya duduk bersama om Brama dengan menatap kearah Syakila yang ada di sebrang meja. Nadya tersenyum ketika Syakila memberikan minuman kesukaan Nadya. “Terima kasih, kak! Nadya menerima minuman coklat hangat kesukaannya dengan senyum yang tersungging di kedua bibirnya.
Perlahan om Brama menarik tangan Nadya. “Nadya bagaimana dengan tawaran om bulan lalu? Om tidak tega melihat kamu tinggal di sini sendirian, lihat badanmu semakin kurus. Om tau kamu pasti kelelahan!” ucap om Brama yang menatap wajah Nadya dimana ada lingkar hitam di bagain bawah matanya.
Nadya tertunduk, hatinya bimbang untuk mengatakan bahwa dirinya ingin tetap disini untuk meneruskan usaha ibunya yang sudah lumayan ramai dan memiliki cabang di dekat pasar tradisional. Nadya menatap Syakila yang memberikan senyum kepadanya. “Terimakasih atas perhatian om kepada Nadya. Tapi om, kuliah Nadya tinggal sedikit lagi. Nadya sedang menyelesaikan skripsi di tahun ini. Insya allah dua bulan lagi Nadya akan di wisuda.”
“Ya sudah, pah. Tunggu Nadia menyelesaikan wisudanya! Syakila yakin Nadia pasti akan menepati janjinya untuk ikut tinggal dengan kita, Ya kan, Nad?” Syakila angkat bicara dan mendekat pada Nadia.
Om Brama berfikir sejak, apa yang menjadi pertimbangan Nadya ada benarnya. “Baiklah, tapi om tidak akan mendengar alasan lain lagi ketika kamu sudah selesai dengan kelulusan mu.” Om Brama mengelus kepala Nadia yang tertutup jilbab.
“Tanggal berapa kamu diwisuda, Nad? Kami pasti akan datang dan papah akan menggantikan ayahmu sebagai walinya.”
Mata Nadia mulai berkaca-kaca ketika membayangkan ketika ia wisuda tanpa kedua orangtuanya. Hari itu adalah hari yang selalu ditunggu sang ibu, melihat anak gadisnya memakai toga dan mendapatkan gelar sarjana hukum.
Syakila memeluk Nadia, ia tidak bisa membayangkan seandainya posisi ia seperti Nadya
sekarang. Syakila selalu kagum dengan Nadya yang mempunyai pendirian yang kuat dan tekad yang kuat dalam meraih cita-citanya. Seperti ia tahu bahwa Nadya menolak mengenai pembiayaan kuliahnya yang akan dibayarkan oleh papahnya. Sedangkan dirinya hanyalah wanita yang manja yang masih bergantung kepada kedua orangtuanya.
Satu jam berlalu, Saykila dan om Brama pamit pulang. Om Brama menyodorkan kartu ATM untuk Nadya namun lagi-lagi Nadya menolaknya. Secara paksa Syakila menyelipkan kartu ATM tersebut ke dalam tas Nadya. Yang kebetulan Nadya pun akan ke luar untuk pergi ke toko kue yang ada di dekat pusat perbelanjaan di kota tersebut.
****
Ditengah perjalanan motor metic Nadya terhenti ketika ia berpapasan dengan seorang laki-laki yang mengunakan koko berwarna abu-abu.
Laki-laki itu memberikan salam kepada Nadya dan menepikan motornya. “Nadya hendak pergi ke toko kah?” tanyanya dengan senyum yang menunjukan lesung pipit yang indah.
Nadya menjawab salam lelaki tersebut. Dengan anggukan Nadya menjawab. “Ada hal apakah sampai-sampai kak Yusuf menanyakan Nadya hendak ke toko” Nadya membuka helem nya.
”Kakak ingin membeli kue kering kesukaan ummi kakak, tapi kakak lupa kue kering apa yang biasa ummi beli di toko Nadya.
“Ya sudah nanti Nadya lihat dulu persediaannya masih ada apa tidak, bila ada nanti Nadya chat kak Yusuf, ya kak!!” Nadya sudah menyalakan motor metiknya dan hendak melanjutkan perjalannya setelah keduanya saling mengucapkan salam.
***
Pria itu adalah Yusuf Arffan seorang anak dari pemilik pondok pesantren yang ada di desa tersebut. Usia Yusuf genap 25 tahun bulan kemarin. Selain seorang ustadz Yussuf juga seorang pengusaha muda di kota M dan beberapa wilayah di indonesia. Ayah Yusuf bernama Muhamad Arffan yang merupakan pendiri pondok pesantren ternama di kota tersebut. Nama ibunya adalah Mariyam.
Yusuf dan Nadya memiliki perasaan yang sama, kedua orang tua Yusuf menyukai Nadya karena Nadya memiliki kepribadian yang jarang dimiliki wanita lain. Sosok wanita yang kuat dalam menghadapi setiap ujian hidupnya, Nadya dikenal anak yang gigih, seperti yang ustadz Arffan tahu bahwa Nadya mempunyai om yang kaya raya namun ia tidak perah mendengar Nadya memanfaatkan om nya untuk biaya hidup Nadya. Itulah yang membuat ummi Mariam sangat menyukai Nadya, ia selalu baik kepada semua orang.Ayah Nadya berteman baik dengan ustadz Arffan.
Nadya juga memiliki teman baik bernama Kiren Matsumi. Mereka berdua berteman sejak keduanya duduk di bangku sekolah menengah pertama (SMP) sampai mereka kuliah di universitas yang sama namun di fakultas yang berbeda.
Malam pukul 10 Nadya bergelut dengan pekerjaan tambahannya sebagai arsitektur yang menangani sebuah sketsa untuk sebuah hotel mewah yang berada di daerah luar kota. Pekerjaan itu ia dapat dari teman kuliahnya. Ia tidak pernah
memperkenankan temannya itu menyertakan namanya dalam sketsa ia hanya memberi simbol pada sketsa yang ia buat. Matanya mulai lelah setelah sketsa terakhir ia selesaikan. Rasa kantuk sudah menyambutnya, sesekali ia menguap sambil meletakan alat-alat yang telah membantunya malam ini.
Suara pesan singkat masuk ke hp nya. Di lihatnya Syakila yang memberi tahu bahwa dua pekan lagi ia akan melangsungkan pertunangan dengan Adrian pengusaha muda di bidang perhotelan. Nadya mengucapkan selamat dan doa untuk Syakila. Syakila mengamini dan memintanya untuk datang sehari sebelum acara pertunangan itu di selenggarakan. Pesan singkat itu ditutup oleh Nadya dengan icon dua wanita berpelukan.
“Alhadmulilllah, akhirnya pekerjaanku selesai sudah. Besok harus datang ke kampus untuk menyerahkan ini kepada Anyelir. Terimaksih ya Allah Engkau selalu mempermudah urusan hamba Mu ini!” Nadya mematikan lampu di ruang kerjanya dan merenggangkan otot-otot tangan nya.
****
Dikediaman Yusuf.
Ummi Mariam sedang menikmati kue kering yang ada di hadapannya di temani Yusuf yang sedang asyik mengobrol dengan abinya.
"Yusuf bagaimana niat mu akan mengkhitbah Nadya? Tanya ummi Mariam yang memasukan sekeping demi sekeping kue lidah kucing buatan Nadya ke mulutnya dan diikuti pula oleh ustad Arffan.
“Hemmm… Yusuf belum tahu ummi, takut Nadya menolak khitbah Yusuf. Lagi pula Yusuf belum
tahu alamat rumah pamannya Nadya, ummi.” Ucap Yusuf yang ingin menyicipi kue kering yang menjadi kesukaan sang ibu.
“Enakkan, kuenya!” Tanya ummi Mariam yang tahu kalau Yusuf tidak begitu menyukai kue kering.
“Ya ummi, ini enak pake banget, biasnya Yusuf kurang suka sama kue-kue kaya gini, tapi ini beda ya, mi!”
“Beda rasa kuenya, apa beda sama yang bikinnya?” ledek ustadz Arffan sambil berlalu menuju ke luar rumah.
Yusuf hanya tersenyum sambil menatap kepergiaan sang Abi dari hadapannya.
****
Pagi dikediaman pak Brama. Syakila sedang menerima telepon dari mamahnya yang sedang menemani anak sulungnya bernama Marhen Hartanto. Anak pertama keluarga Hartanto yang sedang menyelesaikan perjalanan bisnisnya di temani sang mamah tercinta. Ibunya bernama Retno Hartanto.
"Mamah pokoknya Minggu ini haru segera pulang bersama bang Marhen, Syakila gak mau tau." Syakila menjawab telepon dengan wajah yang penuh rasa kesal ketika mengetahui sang ibu akan pulang 3 hari sebelum acara lamarannya dengan Adrian berlangsung.
Ia membanting hp nya ke atas kasur dengan gusar. Berfikir siapa yang akan mengurus semua ini tanpa ibunya. Suara langkah kaki terdengar masuk ke kamar yang pintunya sedikit terbuka. Ketukan dari sepatu terdengar begitu jelas di dekatnya. Mata Syakila menatap kedatangan sang ayah. Dengan cepat ia memeluk pinggang sang ayah dengan wajah sedikit sedih.
"Kamu tenang saja papah sudah menyuruh Vino untuk mengurus semua pertunangan mu dengan Adrian. Kamu jangan khawatir, sayang!" Brama mengelus rambut sang putri dengan lembut. Lalu duduk di sampingnya sambil memegang tangan sang putri dengan lembut.
"Terimakasih, pah!" Ucapnya dengan menatap kedua tangan ayah dan anak itu bertautan.
"Papah tidak pernah bisa membayangkan hidup Nadya yang ia urus sendiri tanpa kedua orangtuanya!" Brama merasa sedih dengan keponakannya itu.
Syakila menatap wajah sang ayah dengan cermat dan melihat gores kesedihan dari mata sang ayah. " Papah jangan khawatir lagi dalam waktu dekat Nadya akan tinggal dengan kita, ia pasti akan bahagia tinggal disini, pah!" Syakila membelai wajah sang ayah lalu memeluknya.
"Kamu benar. Kamu harus bisa belajar banyak kepada Nadya." Brama menyentuh hidung Syakila dengan lembut dan mengecup keningnya. "Papah harus berangkat ke kantor karena ada rapat! jangan lupa kamu juga harus bekerja ya, sayang!" Brama mengelus dan pergi dari kamar Syakila.
***
Di rumah Nadya.
Nadya menatap jam dinding yang ada di ruang tengah menunjukan pukul 9 pagi. Ia ada janji jam 10 dengan Anyeir di kantin kampus. Dengan cepat ia meraih kunci motornya yang berada di gantungan dekat pas-pas bunga kecil di dingding.
Dengan setelan rok bermotif bunga kecil berwarna pink dipadukan dengan tunik berwarna senada dengan bunga dan kerudung berwarna crame sesuai warna dasar rok yang ia kenakan. Nadya menyalakan mesin motor.
Satu jam motor metik yang ia parkiran di fakultas arsitektur. Ia letakan helem di stang motor miliknya dan ia ambil tas gendol berwana hitam dan ia letakan di depan dadanya. Sepatu sket warna cream melangkah ke tangga yang akan membawanya ke lantai 2 dimana kantin yang mereka berdua sepakati berada dilantai tersebut.
Wanita berambut pirang sebahu melambaikan tangannya ketika melihat ke keberadaan Nadya. Nadya membalas hal serupa dan mendekat. Nadya mendekat dan satu kursi ia tarik dan duduk bersebrangan dengan Anyelir.
Satu cangkir coklat panas pesanan Nadya sudah tersedia di meja dengan sepiring kentang krispi menemani mereka. Nadya menyodorkan satu bundel berkas kepada Anyelir. Anyelir melihat sekilas lalu memasukannya ke dalam tas miliknya.
"Pembayaran akan gue kirim setelah orangnya setuju dengan sketsa yang elo bikin ya, Nadya!" Anyelir menyesap jus jeruk ke mulutnya setelah menatap Nadya dengan senyum manis yang terukir di sudut bibir Nadya.
"Siap. Santai aja Anye, lagian kaya baru kenal aku aja. Abis ini kamu mau langsung ke perusahan itu, apa ada urusan lain dulu?"
"Gue langsung ngasihin ini dulu ke itu orang. Abis itu baru mau jemput nyokap gue yang baru mudik. Anyelir menghabiskan minumnya dan bergegas akan pergi.
"Baiklah kalau begitu. Inget ya Anye, kalau ada hal yang gak sesuai tolong kabarin aku, dan jangan bocorin nama aku kesiapa pun ya!" Nadya menerima salam dari anyelir dan menatap kepergian temannya itu dari hadapannya."
Nadya duduk kembali sambil meraih hp yang ada di dalam tasnya. Ia membuka dan mengecek pesan yang ada di hp nya. Tidak ada pesan penting dan Nadya hendak memasukan benda tersebut ke dalam tas.
Namun panggilan seseorang menghentikan tangannya. Nadya melihat ke arah suara di lihatnya Kiren yang berjalan ke arahnya.
"Ngapain kamu ada disini, Nadya? bukannya kamu tinggal nunggu wisuda aja ya? Tanya Kiren yang menatap ada satu gelas yang sudah tak bertuan di sebrang kursi milik Nadya.
Nadya mengetahui pertanyaan dari mimik wajah Kiren. "Aku abis ketemu Anyelir makanya aku ada di sini?" Mata Nadya menatap wajah Kiren yang kini sudah ada di sebelah kiri kursi yang ia duduki.
"Oooh pantes, kamu ada di fakultas ini? Kiren mengeluarkan satu buku novel yang sudah selesai ia baca ke Nadya. "Ini novelnya aku udah selesai bacanya, ceritanya bagus ya. Aku suka Ama alur ceritanya gak ngebosenin di bacanya."
Nadya meraih Nobel tersebut dan memasukannya ke dalam tas. "Pokoknya kalau kamu mau pinjem lagi besok-besok harus kena denda ya kalau telat balikin?" Ledek Nadya yang menyindir Kiren karena sudah telat seminggu sahabatnya itu mengembalikan novel miliknya karena ia sendiri belum baca.
"Hahaha, kamu bisa aja. Ya sudah sebagai gantinya aku ajakin kamu nonton deh hari ini, gimana? kebetulan ada filem bagus!" Mata Kiren menatap orang yang sedang berjalan ke arah mereka berdua dengan mengisyaratkan bibir monyong ke pada Nadya.
Nadya tidak menggubris sikutan dari tangan sahabatnya. Sehingga suara salam pun terdengar di telinganya. Nadya tidak asing dengan suara lelaki tersebut. Matanya menatap Yusuf yang sudah ada di hadapan meja Nadya.
"Wa'aikum salam."
Ucap Nadya dan Kiren bersamaan.
Kiren hendak bangkit dari kursinya ketika Yusuf kini sudah duduk di hadapan mereka berdua. Dengan cepat Nadya meraih tangan Kiren untuk duduk kembali kekursinya. Agar tidak meninggalkan ia berdua saja dengan Yusuf.
"Kak Yusuf ada keperluan apa datang ke sini? Kiren memberanikan diri bertanya karena ia tahu kalau Yusuf bukan jebolan dari universitas yang ia dan Nadya kuliah sekarang.
Yusuf menggaruk kepalanya yang tidak gatal dan menemukan pandanganya dengan senyum yang menunjukan lesung Pipit yang dalam. "Kebetulan dekan di fakultas ini teman kak Yusuf dan saya ada janji dengannya hari ini. Tapi setelah saya sampai sini dapat kabar bahwa teman kak Yusuf tidak bisa kesini karena ada urusan mendadak yang harus ia urus." Yusuf menjelaskan sekilas melihat wajah Nadya.
"Oooh gitu, teman kak Yusuf itu pak Aresen bukan? dosen arsitektur yang terkenal kiler gitu. Kiren menjelaskan sambil mengangkat kedua bahunya.
Nadya terdiam tanpa suara karena baru kali ini ia bisa duduk begitu dekat dengan laki-laki yang sudah hampir satu tahun ini mencuri hatinya.
"Kebetulan kakak melihat Nadya dan Kiren di kantin jadi kakak kesini. Tadi sempet sih liat Nadya dengan temanya yang sebelum Kiren datang." Yusuf melihat wajah Nadya dan Nadya tersenyum.
Ketiganya berbincang-bincang sampai akhirnya mereka memutuskan untuk pulang dan melanjutkan urusan mereka masing-masing.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments
Bilqies
hai Thor aku udah mampir niih, mampir juga di karya ku yaa ☺️🙏
1 🌹 + 1🐠 untukmu Thor
2024-06-05
0
Bilqies
ngotot banget siih nih orang..
seenaknya aja maksa Nadya tinggal dengan nya
2024-06-05
0
Bilqies
ada udang di balik batu
2024-06-05
0