Tiba tiba ponsel Nadia berdering dilihatnya nama yang tidak ia harapkan untuk menerima panggilan tersebut. Nadia mencoba untuk mengabaikan panggilan tersebut namun lagi lagi ponsel itu berdering beberapa kali. Dan akhirnya Nadia menarik nafas panjang dan dengan suara yang sedikit parau ia menerima panggilan tersebut.
"Wa'alaikum salam warohmatullahi wa barokatuh. Ya kak Yusuf." Nadia mencoba untuk menetralkan suaranya namun suara isak an dari hidungnya membuat Yusuf bertanya.
"Gak, Nadia cuma lagi kangen sama ayah ibu jadu, ya gini deh kak! " Nadia mencoba menutupi
"Baik kak, insyaa Allah nanti Nadia akan coba. Terima kasih banyak atas infonya." Nadia mengakhiri panggilan tersebut setelah Yusuf memberikan info agar Nadia mencoba untuk bekerja sama dengan sebuah restoran yang Yusuf rekomendasi kan untuk memasok kue milik Nadia.
*
*
*
Di jam yang sama namun di tempat yang berbeda. Raju dan Gunawan masuk ke sebuah hiburan malam dimana tempat itu adalah tempat para pengusaha yang menghabiskan malamnya dengan minuman keras dan berdansa. Raju memesan tempat sedikit pribadi ia masuk ke dalam bersama Gunawan dan di dalam sudah ada beberapa teman Raju bersama wanita bayaran yang akan menemani mereka.
Raju langsung meminum satu gelas anggur termahal di tempat tersebut. Salah satu wanita berpakain sekai mendekati Raju dan mencoba merayu Raju dengan langsung duduk di pangkuan Raju. Wanita itu bukan di sambut mesra oleh Raju tapi malah ia dorong hingga terjatuh ke bawah membuat 2 wanita yang ada di dalam ketakutan.
"Semua wanita di dunia ini sama hanya bisa merayu, mengambil apa yang ku punya dan lalu mencampakkan ku. Aaahhhh, pergi kalian dari sini. Gue gak mau liat muka muka elo semua!" Raju membuang semua yang ada di atas meja hanya satu gelas anggur sudah membuatnya mambuk. Karena sebenarnya Raju bukanlah tipe pemabuk handal. Karena baru dua tahun belakangan ini ia mencoba berteman dengan bir atau anggur untuk menghilangkan rasa sakit hati pada dirinya yang pernah gagal dalam percintaan.
Gunawan memapah Raju untuk keluar dari ruangan tersebut karena Gunawan hanya ikut untuk menemani nya saja tapi tak pernah ia meminum, minuman haram tersebut sekali pun. "Udah ayoo kita pulang, Raj. Gue udah bilang tempat ini gak cocok buat elo. Maslaah hati harusnya elo coba buat konsultasi sama dokter." Gunawan berbicara sepanjang jalan u tuk. menasehati sahabatnya sedari kecil. Gunawan menjatuhkan Raju ketika masuk ke dalam mobil.
"Gue benci semua wanita di dunia ini dan gue juga gak mau dijodohin sama siapa pun. Gue gak akan nikah sama siapapun termasuk cewe pilihan palah gue sendiri." Olehnya yang membuat Gunawan bertanya tanya.
"Jadi papah lo. mau jodohin elo? emang ada cewe yang mau sama lo, Raj?" Gunawan tertawa sambil fokus mengemudi.
"Gue ini kaya, tampan. Mana ada cewe yang nolak dijodohin sama gue kalau bukan karena cewe itu matre, bodoh!" Lagi lagi Gunawan dapat pukulan dari tangan Raju yang kali ini tidak terlalu bertenaga karena ia dalam keadaan mabuk.
"Gak semuanya cewe kaya gitu, Raj. Gue yakin cewe pilihan bokap elo itu pasti cewe baik baik, makanya papah elo mau jodohin dia sama elo. Karena bokap lo tau gimana keadaan elo saat ini." Gunawan bak peramal. yang menerawang pasiennya yang sedang berkonsultasi
"Ahhh, banyak bacot lo. Sama aja kaya bokap gue." Raju terus mengumpat kepada Gunawan saat Gunawan memberikan masukan agar ia. mencoba untuk berobat ke dokter Sikolog untuk penangan emosional yang ada dalam dirinya.
"Berisik lo, udah kaya emak emak dapet arisan. Udah bawa gue ke apartemen aja. Gue gak mau pulang ke rumah, karena bokap gue pasti akan ngebahas perjodohan sama cewe matre itu." Raju memejamkan matanya karena rasa pusing di kepalanya.
Serangan jam perjalanan yang membawa Gunawan dan Raju sampai ke apartemen mewah milik Raju dimana Raju sering membawa teman temannya untuk berkumpul saat liburan atau tempat nongkrong dikala ia suntuk pulang ke rumah orangtuanya.
Gunawan menekan tombol demi tombol Yang ada di pintu masuk saat dirinya sudah ke luar dari lift. Password apartemen tersebut hanya Gunawan dan beberapa temannya yang diberi tahu oleh Raju begitu juga dengan adiknya Raju bernama Bobby.
"Ahhh nyusain gue terus kerjaan lo, Raj." Oceh Gunawan yang membawa Raju yang mabuk ke dalam apartemennya. Gunawan menjatuhkan Raju ke sofa ruang tamu, karena dirinya sudah tak kuat lagi untuk memapah Raju yang berbadan tinggi dan berisi, karena Raju dalam keadaan tertidur. Gunawan sempat meminta security yang ada di apartemen untuk membatu dirinya saat akan masuk ke dalam.
Gunawan tidur di dalam kamar. Dimana si dalam apartemen tersebut ada 2 kamar berukuran besar dan satu lagi kamar berukuran sedang, masing masing kamar terdapat kamar mandi dan didalam dua kamar yang berukuran besar terdapat ruang ganti.
Jam menunjukan pukul 3 pagi. Raju terbangun dan kepalanya sedikit pusing ketika ia mulai membuka kedua matanya. "Ahhh, sial kepala gue pusing banget." Raju mencoba untuk berdiri bangkit dari sofa untuk pindah ke dalam kamar. Matanya berkelana mencari sahabat semata wayang yang amat setia kepadanya meski sering di cabai maki olehnya bila ia sedang kesal. "Kemana tu manusia Otak Dollar (Panggilan Gunawan dari Raju karena setiap apa yang Raju perintahkan pasti akan berujung dengan nilai uang) maka dari itu Raju menjulukinya si Otak Dollar.
Tidak ambil pusing dimana keberadaan Gunawan akhirnya Raju masuk ke dalam kamar pertama dimana itu adalah kamar ternyaman bagi Raju. Dia sudah memindahkan beberapa baju baju miliknya ke dalam kamar tersebut saat ia berada di sana ia tidak repot repot untuk pulang mengambil baju kerja miliknya ke rumah. Raju membersih kan diri ke kamar mandi lima belas menit lamanya. Dengan kaos plis dan celana di tas dengkul ia ke luar kamar sambil mencari makanan yang ada di dalam kulkas yang mungkin bisa ia panaskan di micro wep.
*
*
*
Nadia sedang memaksakan sholat Tahajud dengan begitu khusuk setiap sujud terakhir ia hanya memohon kepada Allah agar bisa membukakan jalan terbaik untuk perjodohan ini. Tak lupa ia memohon ampun untuk dirinya dan kedua orangtuanya kepasa sang Pemilik kehidupan.
"Yaa Allah yang Maha Roman dan Rohim. Engkau-lah pemilik segala sesuatu yang terbaik untuk hamba-Mu. Engkau Maha Pengatur takdir untuk diri ini. Maka hamba Mohon Yaa Allah, berikanlah taqdir terbaik untuk jodoh hamba. Pilihkan jodoh yang menurut Mu baik untuk kehidupan hamba dan yang menjadikan hamba taat kepada-Mu. Yaa Robb engkaulah pemilik hati ini maka tautkan lah hati ini kepada yang codong kepada ketaqwaan kepada-Mu. Hamba mohon ampunan atas segala dosa dosa hamba dalam ke cemasan atau kekhawatiran diri ini pada kehidupan yang hamba jalani. Maka ampunilah dosaku dan dosa kedua orang tuaku dan sayangilah keduanya seperti mereka menyayangiku di waktu kecil. Yaa Allah perbaikilah akhiratku karena ke sanalah tempat kembali ku." Aamiin Yaa Mujibbasaillin." Nadia bersujud syukur setelah ia berdoa kepada Tuhan Sang Pemilik Kehidupan ini.
Tak terasa jam sudah menunjuk kan pukul empat pagi. Nadia masih memiliki waktu yang banyak untuk ia isi dengan membaca Al Qur'an sambil menunggu azan sholat shubuh.
Beberapa menit telah berlalu Nadia yang sudah selesai dengan sholat shubuh nya merapihkan seisi kamar agar tertata rapih semua jendela rumah sengaja ia buka agar ada sirkulasi perputaran udara. Tiba tiba kepa Nadia terasa pusing karena ia baru tertidur puku 1 dan terbangun kembali pukul tiga pagi. Iya menyalakan murotal berharap agar ia tidak tertidur dulu pagi ini. Ia pergi ke luar untuk berlari lari kecil sambil menghilangkan rasa kantuk tak lupa ia mengantongi beberapa lembar yang uang berniat bila ada warung yang mengajarkan sarapan atau sayuran ia dapat membelinya.
Tak terasa ia berlari dengan begitu jauh dari arah rumahnya dan Nadia pun menemukan beberapa penjual sarapan yang ada di depan pintu gerbang sebuah perumahan. Di sana terdapat penjual bubur sum sum, penjual aneka gorengan, bubur ayam dan kue kue basah dan di sebrangnya ada penjual ketoprak yang baru saja datang dengan gerobak. Nadia menuju penjual bubur sum sum ia membeli satu bungkus bubur sua sum yang di sajikan dengan gelas besar berwarna bening dimana di bagian bawah ada bubur sum sum dengan toping candil serta cairan gula merah tak lupa si penjual mengguyur nya dengan santan kental berwarna putih. Nadia sangat rindu dengan makanan tersebut. Dan saat Nadia akan mengeluarkan uang untuk membayarnya tiba tiba seseorang mengulurkan tangan di mana ia memberikan uang lima puluh ribuan kepada sang penjual.
"Saya bayar sekalian dengan Nadia ya, bang." Tubuh Nadia berbalik dan di lihatnya Yusuf yang sedang berdiri persis di belakangnya sehingga bubur sum sum yang ada di tangannya hampir jatuh.
"Aaah!" Ucap Nadia sedikit terkaget. Sehingga cairan dari santan tersebut menumpahi switer biru yusuf. "Maaf. Maaf, Kak yusuf. Nadia tidak sengaja." Nadia membersihkan noda yang ada di baju Yusuf menggunakan ujung dari jilbabnya.
Jantung Yusuf berdegup kencang dikala tangan Nadia menyentuh dada Yusuf yang Tersiram santan dari bubur sum sum. Senyumnya mengembang dan tingkahnya serasa kikuk dibuatnya karena ia tak pernah sedekat ini dengan Nadia, apa lagi Nadia menyentuh tubuhnya walau tertutup oleh baju switer. "Gak apa apa, nad." Yusuf sedikit menghindar tak kala tahan Nadia hendak. menyentuk bajunya kembali. "Biar nanti kak bersihkan sendiri!"
Sang penjual hanya tersenyum melihat mereka berdua. "Mas, ini kembaliannya!" Ucap penjual tersebut kepada yusuf. Dan Yusuf mengambil kembalian tersebut dan memasukannya ke dalam kantong celana.
Nadia dan Yusuf berjalan bersama menyelusuri jalan. "Kamu sering kesini, nad?" Tanya Yusuf dengan membawa segelas bubur sum sum dan air mineral kemasan botol di tangan kanannya.
Nadia baru saja akan bertanya hal yang sama seperti Yusuf namun ia urungkan ketika Yusuf duluan yang bertanya hal tersebut. "Gak juga, kak. kebetulan Nadia lagi iseng iseng aja jalan pagi ke sini. Dan kangen juga sama bubur sum sum, kebetulan pas Nadia liat ada yang menjual bubur sum sum jadi Nadia beli dec." Yusuf dan Nadia duduk di kursi taman yang ada di perumahan tersebut banyak para warga yang duduk serta berjalan atau berlari lari kecil di taman tersebut .
"Kak suka beli bubur di sini, enak kok. Makanya sudah jadi langganan, kakak dan ummi kalau beki." Yusuf duduk sedikit. menjauh dari Nadia. Ia menyodorkan air botol mineral kepada Nadia. "Minum-lah, kebetulan kak Yusuf beli dua botol!"
Nadia menerimanya dengan senyum yang mengembang dari dua sudut bibirnya. "Barokallah, kak!" Ucap Nadia. Dan ketika itu Yusuf melihat lingkar hitam di mata Nadia serta terlihat mata Nadia yang sedikit sembab.
"Sepertinya Nadia kurang tidur, lingkar hitam di bagian bawah matanya terlihat begitu jelas. Apa dia lembur mengerjakan pesanan kue malam tadi?" Yusuf berbicara dalam hatinya tanpa mau bertanya kepada Nadia.
"Oooh Iya, kak. Kemarin kakak bilang ada restoran yang mau ngajakin Nadia kerja sama, iya?" Perkataan Nadia membuat Yusuf kaget karena ia sedang memikirkan Nadia saat itu.
"Ooh itu. Iya, ada teman kakak. Kebetulan ia beberapa bulan ini sudah membuka restoran baru dan di sana ia ingin ada menu yang lain yang ingin ia sajikan. Dan kakak mencoba menawarkan ide kakak untuk mengikutsertakan kue kering di restorannya. Kan kue kering buatan kamu enaknya pake banget. Pasti orang orang akan suka dengan mue buatan kamu?" Jelas Yusuf sambil melihat ada anak kecil yang berlari ingin mengejar balon yang terbang.
Yusuf berdiri tak kala balon tersebut mendekati dirinya. Satu tangkapan balon itu pun diraih oleh Yusuf. Anak kecil yang berusia kurang lebih tiga tahun hanya terdiam ketika melihat balon berwarna kuning miliknya ada di tangan Yusuf. Yusuf ya g melihat itu seketika berjongkok dan memanggil anak laki laki itu dan memberikan balon tersebut kepadanya. "Sini sholih, ini balon kamu. Di pegang yang erat ya, biar balon nya gak terbang lagi!" Ucap Yusuf sambil mengelus pucuk kepala anak laki laki yang berambut ikal.
Nadia tersenyum melihat anak laki laki tadi yang sempat bersedih dan seketika tersenyum ketika Yusuf memberikan balon tersebut.
"Timakasih om ganteng. Dadah kakak cantik!" Anak kecil itu berlari setelah mendapatkan balon miliknya.
Nadia tersenyum mendengar anak kecil itu memanggilnya kakak cantik. Karena ketika ia hendak menerima balon pemberian Yusuf mata anak kecil tersebut selalu tertuju pada Nadia karena Nadia melambaikan tangan dan senyum kepada anak laki laki berambut ikal tersebut.
"Lucu ya anak itu. Bisa bisanya dia manggil kamu kakak cantik, emang cantik sih" Ucap Yusuf dengan begitu saja hingga membuat wajah Nadia bersemu merah. "Insyaa allah nanti siang kak Yusuf mampir ke toko kue kamu buat kasih berkas yang mungkin dapat kamu pelajari mengenai restoran itu." Yusuf berbicara tanpa melihat ke arah Nadia yang sedikit canggung di buatnya.
"Baiklah, kak. Nadia izin pulang pamit duluan ya, kak!" Nadia menguap tak kala akan berpamitan dengan Yusuf dan tubuhnya terasa tak seimbang ketika ia akan berdiri. "Ahhh!" Pekiknya ketika Nadia terjatuh.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 137 Episodes
Comments