Setelah Nadya berpisah dengan Kiren dan Yusuf. Nadya melanjutkan perjalanannya menuju mall terbesar yang ada di kota M. Ia sudah ada di lantai dua mall tersebut. Tiba-tiba dering hand phone miliknya berdering. Yang mengangkat tanpa melihat 3 orang yang ada di hadapannya karena hp yang ia cari belum ia dapatkan dari dalam tasnya.
Brukkk
Tubuh Nadya jatuh ke lantai setelah tertabrak laki-lki yang bertubuh tinggi, tampan, perawakan tegap dan rahang yang terlihat tegap.
"Awww!" Nadya mengaduh karena tubuhnya yang mungil terjatuh oleh pria yang kini berdiri di dekat kakinya.
"Kalau punya mata itu dipake!" Ucap pria itu ketika melihat Nadia yang ada di lantai dengan mengelus tangannya dan wajahnya tak terlihat karena Nadia menunduk sambil mengelus kakinya yang sakit.
Nadia hendak bangkit namun kakinya masih sakit. Ia memaki pria yang sudah membuat kakinya sakit karena terkena sepatu milik pria tersebut. Ia hendak memaki pria tersebut namun pria itu sudah jauh meninggalkannya. Nadia menatap dua laki-laki yang tadi melangkah bersama pria angkuh itu dan kedua laki-laki itu hendak membantu Nadia berdiri. Namun tangannya terhenti ketika pria angkuh itu meneriaki mereka.
"Maaf nona, kami tidak bisa membantu anda.! Kedua laki-laki itu pergi meninggalkan Nadia sambil menangkup kan kedua tangannya di hadapan Nadia dan berlalu mengejar sang majikan.
"Aawww... Nadia berusaha hendak duduk. Namun kakinya merasakan sakit hingga akhirnya ia mendudukkan dirinya kembali ke lantai. Matanya melihat sesuatu yang jatuh di lantai sebuah cincin berinisial C dengan hiasan berlian yang begitu berkilau.
Nadia mengangkat cincin itu dengan tangannya dan melihat seksama, ia pastikan itu adalah berlian asli dengan mas putih yang cukup indah. Ia bisa menebak betapa mahalnya cincin tersebut. Dengan sekuat tenaga ia bangkit kembali dan berniat hendak mengembalikan cincin tersebut kepada pemiliknya. Namun setelah dengan bersusah payah ia sampai ke parkiran mall tersebut, ia tidak bisa mengejar pria angkuh dengan dua lelaki yang Nadia anggap pasti dua laki-laki itu pengawal atau kaki tangan dari pria angkuh tersebut.
*
*
Jalan di kota M sudah sangat macet di pukul 4 sore hari. Motor metik Nadia berhenti di tengah-tengah jalan yang macet tersebut. Banyak kendaraan memberikan klakson ketika Nadia mendorong motornya dengan kakinya yang sedikit masih terasa sakit. Keringat di dahinya semakin banyak, wajah lelahnya terlihat begitu jelas dengan sesekali ia mengusap keringatnya dengan tangan baju miliknya. Matanya terus melihat ke arah kiri dan kanan berharap ada pom bensin mini yang dapat ia singgahi. Kakinya sudah tak sanggup lagi untuk mendorong motor metiknya hingga akhirnya ia menepikan di bibir jalan raya dan ia duduk di dekat motor.
Sebuah mobil menepi di dekatnya dan pintu mobil pun terbuka. Mata Nadia melihat Yusuf yang sudah di dekatnya. Nadia mendongak ke wajah Yusuf dengan kagetnya. Dipikirnya polisi yang akan menangkapnya karena parkir di bibir jalan raya.
"Nadia masuk ke sini, nak!" Suara wanita paruh baya meneriakinya dari dalam mobil dengan setengah kaca jendela ia buka.
Nadia melihat ke arah suara dan sudah hafal dengan suara ummi Mariam. Ummi Mariam melambaikan tangannya agar Nadia masuk dan duduk dengannya.
Nadya melihat Yusuf menelepon seseorang. Setelah Yusuf selesai menelpon orang tersebut Yusuf membukakan pintu penumpang dimana ummi Mariam sudah ada di dalam.
Beberapa menit orang suruhan Yusuf datang dan membawa motor Kia dengan mobil derek.
"Mau dibawa kemana motor Nadia, kak Yusuf ?" Dengan panik Nadia melihat ke arah depan dimana mobil derek sudah membawa motornya.
"Nanti di bawa ke rumahmu, Nadia." Ummi Mariam membantu menjawab. Tangannya meraih tangan Nadia. "Ngapain kamu sampe dorong-dorong motor mu sampe jauh gitu dan ummi liat kakimu juga kelihatan sakit. Kamu jauh dari motor apa kenapa, nak?" Ummi Mariam melihat jelas wajah Nadia yang kelelahan lalu Yusuf memberikan sebotol air mineral yang ada di samping kirinya.
"Minumlah ini, agar lelah mu cepat hilang! " Ucap Yusuf lalu fokus kembali menyetir.
"Nanti jangan pulang ke rumah dulu ya, nak. Ummi obati kaki kamu dulu, biar kamu enak jalannya." Ummi Mariam melihat ke arah kaki Nadia.
"Gak... gak usah, ummi. Nadia bisa kok nanti beli obat pereda nyeri di apotik. Jadi gak usah sampe ngerepotin umi dan kak Yusuf juga." Kedua tangan Nadia melambai dan bibirnya memberikan senyum degan rasa canggung.
"Ummi gak akan merasa repot dengan calon menantu ummi ini. Malah ummi seneng."
Yusuf yang sendang menyetir tersenyum kecil dengan hatinya yang penuh kebahagiaan ketika ummi Mariam memanggil Nadia dengan sebutan menantu.
Tidak dengan Nadia yang jantungnya berpacu dengan cepat ketika ummi Mariam mengatakan itu di dekat dirinya dan juga Yusuf. Ia mengalihkan pandangan ke arah jendela sebelah kanan untuk tidak memperlihatkan wajah merahnya di hadapan ummi Mariam.
Ummi Mariam menyadari Nadia yang malu dengan dirinya. Tangannya menyentuh dagu Nadia. Yusuf melihat dari kaca spion di depannya, bibirnya melukis senyum indah ketika melihat wajah malu Nadia melihat ke arah ummi Mariam.
"Ummi sangat setuju bila anak ummi Yusuf menikah dengan wanita sebaik kamu, Nadia. Ummi sangat mengagumi kemandirian dan tekad yang gigih dalam kehidupan ini. Ummi Mariam melihat ke arah wajah Nadia yang terdiam. "Ummi akan sangat bersyukur Yusuf memiliki istri sepertimu, Abi Arffan pun setuju bila Yusuf menikah dengan mu, nak."
Yusuf diam-diam mendengarkan percakapan ummi nya dengan Nadia. Ia mengulas senyum dan melambatkan kendaraannya.
Hati Nadia bercampur aduk, ada rasa sebahagia dan ada rasa tak enak hati kepada keluarga ummi Mariam. Walau bagaimanapun keluarga Abi Arffan adalah orang yang terpandang di kota M. Apa kata orang-orang bila anak satu-satunya menikah dengan seorang anak yatim piatu si penjual kue.
"Tapi ummi, Nadia merasa tak pantas bila Nadia menjadi menantu ummi dan Abi Arffan yang orang di kota ini tahu siapa keluarga ummi. Sedangkan Nadia hanya anak yatim piatu yang sederhana." Jawab Nadia yang membuat hati yusuf tersentuh mendengar kemalangan Nadia selama ini.
"Justru itu adalah kelebihan yang nak Nadia punya. Akan ada keberkahan dalam keluarga ummi bila kami menjadikan nak Nadia menantu kami, sayang." Ummi Mariam memeluk tubuh mungil Nadia dengan pelukan hangat di sertai air mata. "Ummi selalu memikirkan tentangmu yang begitu kuat menghadapi semua masalahmu sendiri.
Seperti apa yang ummi Mariam lihat. ia melihat Nadia dengan susah payah mendorong motornya dengan kakinya yang sedikit pincang. Ia menangis di dalam mobil melihat Nadia sepeti itu. Ia bisa membayangkan apabila Nadia menjadi menantunya mungkin Nadia tidak akan merasakan hidup yang sulit yang ia tanggung sendirian selama ini.
Nadia yang sudah lama tidak merasakan pelukan seorang ibu kini ia bisa merasakannya walaupun itu bukan dari ibu kandungnya.
Ummi Mariam mengelus lembut pucuk kepala Nadia yang tertutup jilbab. Dengan cepatnya Nadia tertidur di pelukan ummi Mariam. Yusuf melirik sekilas di kaca. Ummi Mariam tersenyum melihat anak laki-lakinya tersenyum di balik kaca spion.
"Kasihan pasti dia sangat lelah setelah mendorong motornya dengan begitu jauh. Belum lagi panas dari udara kendaraan yang sempat macet tadi." Ucap ummi Mariam melihat Yusuf dengan senyum yang terus mengembang di wajahnya.
"Ya ummi, tadi sempat Yusuf bertemu Nadia waktu Yusuf hendak bertemu dengan teman Yusuf di kampus tempat Nadia kuliah. Yusuf menawari Nadia dan temannya untuk pulang bersama dengan Yusuf tapi mereka punya urusan di tempat berbeda jadi kita berpisah di kampus." Jelas Yusuf yang mobilnya sudah masuk ke gerbang rumah orangtuanya yang tak jauh dari pondok milik ustadz Arffan.
Yusuf membukakan pintu mobil untuk ummi nya dan melihat Nadia masih pulas dalam tidurnya hingga ummi Mariam sedikit kesulitan untuk menarik tangan kanannya yang Nadia tiduri.
Yusuf tersenyum melihat wajah Nadia kelihatan manja kepada ummi nya. Biar nanti Yusuf minta tolong mbok Jumi dan mba Atik untuk membawa Nadia kedalam saja ya, ummi?"
"Gak apa-apa nanti tunggu Nadia sampe bangun aja, nak?" Ketika ummi Mariam hendak meraih tangan Nadia tiba-tiba Yusuf bersin dan membuat Nadya menggeliat dan membuka matanya. Ummi Mariam dengan cepat memukul tangan Yusuf ketika melihat Nadia menatap wajahnya.
"Ummi kenapa gak bangunin Nadia kalau sudah sampe rumah." Dengan malunya Nadia melihat Yusuf yang ada di depan pintu mobil dekan ummi Mariam.
Ummi Mariam tersenyum dan menjelaskan alasannya mengapa tidak membangunkannya yang terlihat lelah. hingga Nadia merasa malu karena telah membuat ummi Mariam tangannya sampai kesemutan akibat ulahnya.
*
*
*
Dengan dipapah oleh ummi Mariam Nadia masuk ke rumah ustadz Arffan. Baru kali ini Nadia masuk ke dalam rumah ummi Mariam. Biasanya ia hanya berada di teras depan ketika mengantarkan kue pesanan ummi Mariam.
Salam dari ketiganya terdengar dari dalam hingga membuat ustadz Arffan yang sedang membaca buku samar-samar mendengar suara Nadia. Buku ia letakan ketika melihat Nadia berjalan dengan dipapah oleh ummi Mariam.
"Loh kenapa Nadia ummi, jatuh dari motor apa kanapa?" Tanya ustadz Arffan ketika ummi Mariam sudah membantu Nadia untuk duduk di kursi ruang tamu.
"Tadi kata Nadia waktu di mall ada orang yang gak sengaja ketabrak sama dia. Tapi Alhamdulillah gak kenapa kayanya kaki nya aja sedikit terkilir."
Yusuf dengan cepat memberikan hp nya ketika ia sudah menelepon seseorang yang ummi nya perintahkan ketika ia sampai tadi.
"Ditunggu ya Mbah di rumah ana? Ummi Mariam menyudahi panggilannya dengan seorang ahli pijat di tempat tersebut.
*
*
*
Pukul 5 sore.
Setelah Nadia si selesai di urut Ummi Mariam mengajak Nadia untuk makan bersama dengan keluarganya. Dimana sudah ada Yusuf dan ummi Mariam dan juga ustadz Arffan.
Ummi Mariam sudah melayani ustadz Arffan dan kini ia meletakan lauk pauk ke piring Nadya. Nadia duduk dengan rasa canggung karena hal ini pertama kali dalam hidupnya makan bersama dengan keluarga besar ustadz Arffan.
"Ummi curang ahh, masa cuma Yusuf yang gak diambil lauknya!" protes Yusuf yang biasanya ummi nya itu selalu melakukan hal demikian kepadanya.
"Gak lama lagi juga Nadia yang akan menggantikan tugas ummi mu, Suf?" Ucap Ustadz Arffan yang membuat Nadia yang sudah memasukan air minum ke mulutnya.
"Aamiin" ucap Yusuf dalam hatinya.
Uhuk... uhuk ...
Nadia terbatuk mendengar perkataan ustadz Arffan barusan .
Ummi Mariam dengan cepat menepuk-nepuk punggung Nadia dengan pelan. Yusuf hanya melihat sekilas ke wajah Nadia yang memerah dan sedikit malu ketika melihat ke arahnya.
"Yaa Allah, kenapa hal demikian bisa keluar dari mulut ustadz Arffan yang bikin aku tambah malu dengan kak Yusuf dan semuanya." Bathin Nadia.
Ummi Mariam menyuruh agar semua tak bersuara ketika makan. Dan suasana pun menjadi sepi hanya terdengar suara dentingan sendok yang mengetuk piring diantara mereka.
20 menit mereka telah selesai makan. Nadia berpamitan ketika melihat hari mulai gelap. Ummi Mariam meminta Yusuf untuk mengantarkan Nadia pulang, di temani Sarif yang menemani mereka agar tidak menimbulkan berita miring. Karena Ummi Mariam sering mendengar berita yang kadang mengabarkan hal yang tidak baik tentang Nadia yang sering keluar dari mulut tetangga Nadia.
Nadia mencari benda pipih yang tadi hendak ia cari ketika sebelum kejadian tabrakan itu terjadi. Karena siapa tahu itu telepon penting untuknya. Ia lihat ponselnya yang hitam semua, walau ia sudah beberapa kali menekan tombol power pada ponselnya. Yusuf memperhatikan dan membuat ia ingin bertanya apa yang sedang Nadia lalukan dengan memukul-mukul benda pipih miliknya itu.
"Kenapa ponsel nya? Rusak, apa kehabisan baterai?" Yusuf melihat ke arah kursi penumpang dimana Sarif sang supir pribadi abinya yang menyetir.
"Gak tau kak. Sepertinya rusak akibat jatuh tadi waktu di mall." Nadia masih penasaran dengan benda yang sudah menemani ia selam 4 tahun belakangan ini.
"Ya sudah kita mampir aja ke gerai hand phone dulu. Hp kamu minta diganti itu, dek!"
Nadia sontak kaget dengan panggilan Dek dari mulut Yusuf. Hingga ia mengejutkan pukulan pada benda pipih nya dan melihat ke arah Yusuf yang tak sada dengan apa yang ia ucapkan tadi.
Mobil yang di kendari Sarif berhenti di sebuah outlet hand phone yang ada di mall yang tadi Nadia kunjungi siang hari.
Yusuf memilihkan satu hand phone keluaran terbaru kepada Nadia dan memberikan hand phone Nadia yang rusak kepada pelayan toko agar memindahkan file-file penting Nadia ke ponsel baru.
Nadia sempat menolak pemberian Yusuf yang membelikannya hand phone mahal yang Nadia sendiri hanya sempat berangan-angan ingin memilikinya namun selam 3 tahun belakangan ia belum bisa membelinya.
Pelayan tersebut memberikan ponsel baru yang sudah diisi file-file penting miliknya. Terkahir ponsel yang sudah rusak ia akan simpan sebagai kenang-kenangan karena ia membelinya dengan susah payah dari hasil keuntungan penjualan kue dan tabungannya.
Nadia berjanji akan menyicil setiap bulan kepada Yusuf untuk membayar hand phone yang ia belikan malam ini. Karena ia tidak mau mengambil manfaat kepada Yusuf. Yusuf menyerah dengan segala alasan Nadia yang ingin menyicil pembayaran hand phone yang Yusuf berikan, padahal ia memberikannya dengan tulus.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 136 Episodes
Comments
Bang Ipul
kayaknya seru ceritanya
2024-06-11
0
Bilqies
sampai sini dulu Thor bacanya
lanjut besok lagi...
aku udah follback Thor jangan lupa follback yaa
2024-06-06
0
Bilqies
semoga yaa Nadia berjodoh dengan yusuf
2024-06-06
0