Di Sabtu pagi di kediaman keluarga besar Daulay Syakh. "Pokoknya setelah kalian berdua menikah kamu harus membeli rumah untuk kamu dan Nadia!" Pak Daulay yang sedang mengenakan jas berwarna hitam. Nirmala membantu memakaikan dengan wajah yang seolah tak setuju dengan perkataan suaminya barusan.
"Raju bisa ajak dia ke Apartemen, untuk rumah bisa di bicarakan nanti, pih!" Raju berbicara tak semangat pasalnya hari ini akan tetap ia lewati walaupun ini adalah hal yang tak ia sukai.
Sejak ke gagalnya dengan Calista, papihnya Raju membuat kesepakatan dengan Raju. Bila selama dua tahun ia belum juga bisa mendapatkan wanita untuk ia nikahi, maka papihnya akan memenuhi perjanjian dirinya dengan almarhum Herman Hertanto. Perjodohan itu akhirnya hari ini akan terlaksana.
"Ga... Argasia!" Teriak mamih nya yang belum melihat Argasia turun kebawah. "Kemana sih ini anak, dari tadi di panggilin gak mau turun turun!" Gerutu Nirmala kepada anak laki lakinya.
"Gak usah teriak teriak, mami! paling juga si Aga lagi mandi. Udah sabar aja tunggu dia rapih dulu!" Daulay menasehati istrinya. Namun Nirmala bukannya mendengarkan perkataan sang suami ia malah naik ke atas untuk memanggil Argasia.
Tok... tok...
"Aga, kamu masih tidur ya?" Teriaknya yang membuat lamunan Argasia buyar setelah mendengar suara maminya yang begitu nyaring.
Argasia sedang menghayal dirinya sebagai pengantin pria yang menggantikan posisi sang kakak. Dimana Argasia tahu bahwa Raju sangat tidak suka dengan perjodohan ini. Ia berharap perjodohan ini bisa ia yang menggantikannya. Sudah lama sebenarnya ia ingin dekat dengan Nadia yang kebetulan satu kampus dengannya. Argasia yang kuliah S2 di kampus dimana Nadia kuliah. Argasia hanya pernah beberapa kali melihat Nadia di perpustakaan dua tahun yang lalu. Dia pernah mencari informasi tentang Nadia kepada salah satu teman kampusnya. Namun sedikit sekali yang mengetahui tentang Nadia yang tidak terlalu menonjol dalam pergaulan dan acara kampus.
"Momi, bikin Aga kaget aja. Anak momi yang tampan ini sudah siap momi!" Argasia yang sedikit manja kepada mominya, merangkul sang mami dari belakang. Mereka berdua berjalan menuruni tangga.
"Widihhh, abang gue ganteng maksimal nih. Cuma ada sedikit yang kurang." Argasia memutar mutarkan tubuh Raju. Membuat Raju hanya terdiam tak berkutik dengan mata yang sedikit yang melebar.
"Apanya yang kurang, Ga?" Tanya papi nya sambil melihat kepada Raju dari atas sampai bawah di rasa semuanya sudah sempurna.
"Ada pih, yang kurang. Kurang bahagia sepertinya. Hahahahaha! " Argasia tertawa lebar hingga mendapat jitakkan dari papih nya. "Awww, sakit pih. Tenang bang, kalau bang Raju gak mau menikahi Nadia, gak apa apa, Aga siap kok menjadi pengantin pria pengganti." Celoteh nya sambil mengedip ngedip kan mata.
Sebelum Argasia berbicara panjang lebar dan tidak habis kata. Nirmala langsung menggandeng tangan Aga untuk langsung menuju pintu luar sebelum papi nya memberikan pukulan yang lebih dari yang tadi ia rasakan.
"Agaaa! Kamu belom ngerasain sepatu papah melayang ya?" Teriak Daulay yang selalu dibuat jengkel atas kelakuan ataupun perkataan putra keduanya.
*
*
*
Aula kediaman keluarga Brama sudah dihiasi dengan berbagai macam bunga bunga segar serta hidangan untuk menyebut keluarga besar tuan Daulay Syakh. Acara yang sederhana yang di dekorasi dengan sederhana pula. Nadia tidak ingin membuat repot keluarga Brama. Semua orang sudah berada di ruang aula milik Brama yang biasa ia gunakan untuk acara acara tertentu. Aula itu sengaja ia pisahkan dengan rumah agar setiap ada acara tidak terlalu mengganggu seisi rumah.
"Masyaa Allah cantiknya keponakan tante ini!" Ucap Retno ketika melihat Nadia sudah rapih di make up oleh teman dari Sabat tante Retno.
Syakila mendekat melihat mata Nadia yang sedikit sembab. Namun masih terlihat oleh Syakila walau sudah tertutup make up. Syakila tahu bahwa Nadia pasti habis menangis.
Saat Nadia akan menuju aula tiba tiba ponselnya berdering, nama Yusuf. Seketika tangan Nadia bergetar hatinya terasa sakit, nafasnya seketika sesak. Ia tidak tahu harus bicara apa ketika ia menerima telpon dari seseorang yang sudah sangat ia harapkan dapat menjadi halal baginya. Nadia nampak ragu untuk menerima telpon dari Yusuf.
Tiba tiba Syakila meraih ponsel Nadia. "Kamu mau terima telpon ini, apa mau kamu matikan ponselnya, Nad?"
Nadia diam tak bergeming ia hanyut dalam lamunan. Seketika Syakila menaruh ponsel itu di tas miliknya. "Nanti saja terima telponnya. Kalau memang penting pasti orangnya aja nelpon kamu lagi, iya gak?" Nadia menggandeng tangan Nadia.
Nadia hanya menoleh sebentar, pasrah dengan apa yang di lakukan kakak sepupunya.
"Widihhh, udah kaya bidadari turun dari awan kinton aja kamu, Nadia!" Ucap Marhen yang sedang menyiapkan kamera CSR miliknya demi mengabadikan moment sang adik sepupu.
"Awas, awas... bidadari mau lewat nih!" Syakila menyingkirkan tangan Marhen yang hendak menggandeng Nadia.
Saat itu pula keluarga besar Daulay Syakh tiba. Daulay tidak mengundang banyak sanak saudaranya hanya bebrapa orang saja sebagi saksi pernikahan sirih mereka. Karena banyak berkas yang belum selesai di urus oleh Raju dan juga Nadia.
Keluarga Brama menyambut kedatangan besannya. Semua bercengkrama sambil menunggu amil dari daerah tempat Brama. Yang kebetulan amil daerah tersebut sudah sangat dekat dengan keuarga Brama yang merupakan amil sekaligus ustadz dimana Brama dan keluarganya sering mengadakan kajian ta'lim keluarganya
Raju tak menghiraukan suasana di sana. Karena baginya ini adalah hal yang membuatnya mengingat tentang dirinya bersama Calista. Memory itu berputar tak kala ia melihat dekorasi pelaminan yang sangat sederhana. "Gue benci dengan hal ini!" Tubuhnya terasa dingin keringat biji jagung bermunculan di keningnya.
Argasia melihat perubahan wajah dari kakak trinya. "Bang, lo gak kenapa kenapa kan?" Argasia mulai panik karena ia melihat wajah Raju seperti satu tahun yang kalau, yang harus hidup dalam pil penenang untuk mengatasi kegelisahan dan rasa amarah yang ada di dalam hatinya.
"Ga, gue ngerasa gue butuh pil itu lagi buat ngatasin ini?" Raju mulai memegangi kepalanya yang sedikit pusing.
Brama dan Daulay tidak menyadari karena mereka sednah asik mengobrol bersama dengan teman lama mereka.
"Lo masih nyimpen obat itu gak? Ahhh... dah tau lu suka kaya gini kenapa gak lo bawa, bang?" Argasia mengomel karena panik ia takut Raju akan membuat onar di acaranya sendiri. Walau pun ia mengharapkan itu agar bisa menjadi pengganti dari kakak nya namun ia berfikir waras karena ia tidak mau melihat papi nya merasa malu ketahuan salah satu anaknya mengalami depresi.
Argasia mencari cari aplikasi online untuk membeli obat yang biasa ada di apotik. Dan syukur saja tidak sampai setengah jam ojek online tersebut datang.
Semua orang sudah berkumpul di tempat akan di adakannya ijab khobul. Namun Daulay, Brama dan bapak amil tidak melihat keberadaan Raju. Daulay sempat berprasangka buruk bahwa Raju akan kabur meninggalkan acara tersebut.
"Awas saja kamu Raju, kalau kamu mengecewakan papi hari ini. Papi akan mencoret kamu dari nama keluarga besar Daulay Syakh." Ucap Daulay dalam hatinya.
"Mempelai laki lakinya mana ini?" Tanya sang amil yang akan menikahkan Raju dengan Nadia.
Semua mata mencari cari wajah Raju. Dan beberapa menit kemudian Raju datang bersama Argasia setelah ia merasa tenang.
"Kamu kemana dulu sih. Orang akadnya mau di mulai?" Omel Daulay melihat kehadiran dua anak laki lakinya.
"Bang, Raju nyari nyari toilet, pi!" Jawab Aga menuntun Raju di hadapan kursi sang penghulu. Di sebuah kanan ada Brama om dari Nadia. Di sebelah kiri ada Daulay. Nadia masih Syakila sembunyikan di ruang ganti.
Raju mencoba menyesuaikan keadaan dirinya. Walau bagaimana pun ia masih teringat rasa trauma yang ia alami hal ini lah yang membuat dia tak ingin menikah. Daulay melihat ke arah sang putra. "Nadia tak seperti dia, Raj. Papi yakin kamu bisa bahagia dengan Nadia." Daulay sejenak menghampiri sang putra pertama untuk memenangkan pikirannya. Ucapannya sebatas ia dan Raju yang mendengar.
Acara pun di mulai, sebelumnya ada ustadz setempat yang membaca akan doa dan sedikit tausyiah sebelum akad di mulai membahas tentang sebuah pernikahan dalam islam. Dimana sang ustadz memberi tahu kan kewajiban serta hak sebagi suami istri.
Selanjutnya sang penghulu memulai akad dengan suara yang lantang bapak penghulu melihat wajah Raju yang sedikit lucat. "Tenang anak muda, ucapkan Bismillah di dalam hati dan tarik nafas secara perlahan dan buang pula secara perlahan, agar tidak terlalu tegang, ya?" Bapak penghulu menggenggam erat tangan Raju dengan kuat.
Raju mencoba mengikuti arahan sang bapak penghulu barusan. Entah mengapa ia merasa kelu ketika hendak mengucapkan Bismillah. Raju merasa ia telah lama sekali tidak mengucapkan qalamullah ia merasa menjadi seorang yang paling kotor saat ini ketika ia berusaha keras mengucapkan nama Allah di bibirnya. Ia mengingat semenjak kejadian dua tahun lalu ia tidak pernah lagi mengerjakan sholat walaupun ia bukan Muslim yang taat, namun sebelum kejadian itu ia selalu tidak pernah meninggalkan sholatnya. Namun ketika ia menghadapi masalah seberat dua tahun lalu ia seperti marah kepada Tuhannya hingga ia meninggalkan apa yang pernah ia kerjakan.
Raju mencerna apa yang di ucapkan sang penghulu, doa dan kata kata sang bapak penghulu begitu jelas ia dengar seolah hanya ia dan sang penghulu yang berada dalam aula tersebut. Sang penghulu memulai dan menuntun Brama untuk menikahkan snag keponakan satu satunya.
"Rajukhan Daulay Syakh bin Daulay Syakh saya nikahkan engkau dengan keponakan saya bernama Nadia Sakura binti Herman Hertanto dengan emas kawin berupa emas mulia dan perhiasan seberat 50 gram di bayar tunai." Ucap Brama dengan kuat dan lantang.
Dengan hentakan dari Brama, Raju mengucapkan ijab dan khobul dengan suara yang sedikit ber gemetar. "Saya terima nikahnya dan kawin nya Nadia Sakura binti Herman Hertanto dengan mas kawin tersebut, dibayar tunai." Ucap Raju yang sempat ragu dirinya tidak bisa mengikrarkan ijab dan khobul secara lancar.
"Bagi mana para saksi, SAH?" ucap penghulu dan saksi saksi yang berada di sana.
"SAH... SAH" Jawab para sanak saudara dari keluarga besar Daulay dan Bramam.
Penghulu pun meminta untuk menghadirkan sang mempelai wanita. Syakila menggandeng tangan Nadia untuk berjalan menuju tempat duduk akad. Mata Argasia menatap dengan penuh takjub ketika Nadia melewati nya.
"Gila nih cewe makin tambah cantik pake banget. Kalah bidadari sama kecantik kannya. Andaikan waktu itu gue punya keberanian buat ngedektin dia. Mungkin gue yang akan duduk di sana bukan abang gue!" Bathin Aga matanya tak berkedip melihat kecantikan Nadia.
Marhen yang melihat temannya yang menatap sang adik sepupu tanpa berkedip Marhen sengaja menjadi Argasia dengan menciptakan sedikit air ke wajahnya. Yang kebetulan mereka berdua duduk berdekatan. Argasia terberanjak kaget. Marhen hanya tersenyum menahan tawa melihat temanya terbangun dengan kaget. "Sial lo, Hen!" Omelnya hingga ada beberapa orang melihat ke arah keributan.
"Lagian mata belang lo gak kedip sama sekali ngeliatin sepupu gue lewat. Inget lo udah punya Pretty!" Marhen tertawa geli.
Dan saat mereka berdua sedang meributkan maslah mereka. Nadia kini sudah duduk di dekat Raju, sang penghulu pun membacakan doa setelah ijab qobul. Setelah selesai beberapa menit kemudian Raju dan Nadia menandatangani surat surat. Bapak penghulu meminta agar Nadia mencium tangan Raju. Sedikit gugup dan ragu Nadia teruntuk malu. "Sekarang Raju telah sah menjadi suamimu, Nad. Kalian sudah menjadi halal." Ucap Brama. "Cium tangan suamimu, ditangan itulah engkau akan mendapat keberkahan ketika engkau mentaatinya!" Brama mengelus punggung Nadia
Nadia masih tertunduk malu ketika mencium tangan Raju. Ia menciumnya dengan rasa hormat. Dan ketika itu beberapa photographer memotret moment tersebut. "Usap pucuk kepala strimu, Raj!" Perintah Daulay yang melihat anak laki lakinya yang hanya diam saja. Hingga semuanya yang mendengar tersenyum.
"Sekarang giliran suaminya yang mencium. kening istri. Bukan hanya mengelus. Kan usah halal jadi gak usah malu malu!" Celetuk bapak penghulu.
Perasaan Nadia makin tak karuan ketika mendengar ucapan bapak penghulu. Karena hal ini baru pertama kali baginya. Ia merasa takut dan malu kepada semua orang di ruangan itu. Jantungnya berdetak tak karuan, tangannya dingin dan senyum nya sedikit memudar. "Laki laki sombong ini sekarang sudah menjadi suamiku. Dan sekarang dia akan mencium ku di depan banyak orang. Yaa Allah, rasa kesalku saja belum hilang dengan orang ini?" Nadia membathin.
Raju terdiam tanpa melihat wajah Nadia ketika Nadia mencium tangannya, ia merasakan tangan dingin Nadia. dan ketika bibir Nadia menyentuh punggung tangannya darahnya seolah naik ke bagian kepalanya. Ada rasa anehnya yang ia rasakan di hatinya. Dan saat semua orang bersorak ramai ramai untuk dirinya mencium kening Nadia. Wanita yang tak pernah ia lihat wajahnya semenjak pertama kali bertemu.
"Cium... cium... cium...!" ucap mereka serempak sambil menepuk kan kedua tangan mereka.
Dengan sedikit ragu, Raju mengangkat wajahnya dan ia melihat ke arah wanita yang sudah papinya pilihkan untuk dia. Nadia masih merunduk. Sampai akhirnya Daulay meminta Nadia untuk menatap wajah Raju. Saat itu pula Raju melihat wajah Nadia yang begitu cantik dengan kerudung berwarna putih gading dimana diatas kepalanya ada mahkota kecil yang membuat Nadia semakin terlihat manis. Hiasan make up yang natural senyum tipis yang ia paksakan membuat hati Raju sedikit hangat dan mata indah Nadia membuatnya damai. Raju memajukan kedu bibirnya hingga menyentuh kening Nadia. Nadia merasakan ketika bibir Raju mendarat di keningnya. Rasanya ia belum bisa melupakan kekesalan nya pada laki laki yang kini ada di hadapannya. Jadi Nadia tidak merasakan apapun di hatinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 136 Episodes
Comments