Setelah semua orang satu persatu pulang meninggalkan aula. Sesuai kesepakatan hari ini juga Nadia akan di boyong ke Apartemen milik Raju. Sebelum Nadia pergi Syakila dan Marhen menemui Nadia si kamarnya. Syakila menangis salam pelukan Nadia. Baru beberapa bulan Nadia tinggal di rumah ini tapi hari ini ia harus pergi meninggalkan mereka semua. Marhen ikut sedih ketika ia mengingat kebersamaan nya ketika Nadia SD.
"Pokoknya kalau dia bikin kamu sedih, aku gak akan tinggal diam. Dan bikin tu orang kapok kalau dia berani nyakitin kamu, Nad. Kamu harus janji sama aku, kamu harus sering berkabar ya!" Syakila memeluk erat Nadia yang juga ikut menangis
"Insyaa Allah, kak. Kita kan masih bisa janjian kalau mau ketemuan. Iya, kan?" Ucap Nadia menghapus air mata yang membasahi kedua pipi Syakila.
"Curang masa abang gak di ajak? pokoknya kalau kamu kangen kamu minta abang sama Syakila dateng ke tempat kamu juga kita akan langsung dateng kok." Nadia memeluk Marhen dengan rasa haru.
"Baik kakak dan abangku. Insyaa Allah doakan saja semoga Nadia bahagia. Titip om dan tante ya. Jangan nakal nakal ya kakak dan abangku yang ganteng." Nadia mencoba membuat senyum di wajahnya walau hatinya merasa sedih dan ragu meninggalkan rumah ini.
Mereka bertiga berpelukkan layaknya sang kakak tak rela melepaskan adik kandungnya pergi meninggalkan mereka. Keluarga Daulay menunggu Nadia di ruang tamu. Marhen membawa kan koper bawaan Nadia yang akan ia bawa bersama keluarga Daulay. Syakila tak melepaskan rangkulan tangannya.
Setelah sampai di ruang tamu, Nadia berpamitan kepada om Brama dan tante Retno. Saat Nadia berpamitan dengan omnya Syakila merangkul sang mamah dengan wajah sedih. "Om Nadia pamit ya, Nadia sangat bersyukur memiliki om dan tante yang begitu baik. Nadia diperlakukan layaknya seperti anak sendiri. Do'ain Nadia selalu ya om tante!" Nadia memeluk erat sang om dengan tangis di kedua matanya. Brama mengelus pucuk kepala Nadia yang sudah berganti baju gamis pemberian Yusuf.
"Sayang, tetap sering sering main ke sini ya kalau kamu gak sibuk, kita masak bareng lagi. Tante akan selalu kangen sama kamu, sayang?" Kini giliran Retno yang memeluk Nadia.
Nadia memeluk semuanya satu persatu ketika Argasia sudah memasukan koper milik Nadia ke bagasi mobil Raju. "Semoga kamu bahagia, Nadia. Raju om titip keponakan om. Jangan sakiti dia." Pinta om Brama ketika Raju hendak melangkah bersama Nadia meninggalkan kediaman keluarga Brama.
"Nadia, tunggu. Ini hadiah pernikahan dari aku untuk mu. Semoga ini bisa bermanfaat untuk mu." Syakila membelilan laptop baru untuk Nadia. Karena Syakila tahu laptop Nadia sudah kurang baik ketika di gunakan ada beberapa tombol yang sudah hilang.
"Terimakasih banyak, kak?" Nadia lagi lagi memeluk Syakila dengan tangisan.
Argasia sudah membukakan pintu mobil untuk Nadia. "Silahkan masuk kakak iparku. Aku siap mengantarkan pengantin baru kemana pun!" Argasia melihat Nadia tersenyum kepadanya membuat hatinya berbunga bunga.
Raju hanya menatapnya dengan matanya yang tajam. Setelah semuanya masuk Aga menyalahkan mesin mobil. Nadia membuka kaca jendela melihat Om dan tante serta Syakila berdiri di teras melihat kepergiannya. Satu tangan ia lambaikan sebagai tanda perpisahan. Retno dan Brama tersenyum walau hatinya terasa sedih melihat keponakannya pergi meninggalkan rumahnya. Nadia tidak melihat Marhen disana. Tapi setelah wajahnyaa mendongak ke atas Nadia melihat sebuah tulisan yang ditulis oleh Marhen. "ABANG AKAN SELALU MENYAYANGIMU SAMPAI KAPAN PUN. SELAMAT BERBAHAGIA ADIKKU" Nadia melihat wajah Marhen di balik poster yang Marhen buat. ia memberikan senyum terbaik untuk abangnya.
"Nadia pun akan selalu menyayangi bang Marhen sampai kapanpun. Jangan lupa temui Kiren karena Nadia tahu Kiren masih mengharapkan abang." kata kata itu Nadia kirim lewat pesan singkat dengan emoji hati yang berbunga bunga.
*
*
*
Di dalam perjalanan tidak ada suara yang terdengar di dalam. Nadia duduk di kursi penumpang sedangkan Raju duduk di sebelah kiri Argasia. Raju sibuk dengan ponselnya. Sedangkan Nadia matanya sibuk melihat ke arah jendela Ia merasa canggung dengan dua laki laki yang belum lama ia kenal.
Aga mencoba untuk mengisi perjalanan dengan mencoba mengajak ngobrol sang kakak ipar. "Kakak ipar, sejak kapan tinggal di rumah Marhen?" Tanya Argasia sambil fokus menyerit.
Nadia terhenti dengan aktifitas nya memandang setiap pemandangan yang ia lewati. "Kurang lebih tiga bulan, itu pun aku masih suka bolak balik ke kota M!" Jawab Nadia sambil meraih ponsel yang berdering. Ia lihat nama Yusuf kembali. Nadia tidak mengangkatnya.
"Oooh gitu, jadi kakak ipar tempat asalnya di kota M. Aku juga punya teman di kota itu. Ponselnya bunyi terus tuh. Angkat aja, siap tahu penting." Aga melirik ke arah Raju yang sibuk dengan ponselnya. "Bang, kasian tuh istrinya di cuekin. Di bilang suruh duduk sama kakak ipar malah milih duduk disini." Argasia melihat ketidak sukaan sang kakak kepada Nadia.
"Bukan urusan lo. Udah fokus aja nyetir." Ucap Raju ketus.
"Dasar laki laki sombong" Bathin Nadia.
Di dalam perjalanan menuju Apartemen Argasia selalu mengajak ngobrol Nadia. Nadia merasa terhibur dengan ucapan ucapan Argasia. Selain orangnya asyik di ajak bicara Argasia juga membuat Nadia tertawa karena mendengar ceritanya selama berteman dengan Marhen.
Satu jam perjalanan akhirnya mereka sampai di sebuah apartemen mewah. Argasia hanya mengantar mereka berdua sampai apartemen. Lalu pergi untuk pulang ke rumah melaporkan kepada papi nya bawa ia telah membawa abangnya dan kakak iparnya ke Apartemen.
Raju jalan terlebih dahulu Nadia mengekor di belakangnya. Saat Nadia hendak menaiki tangga untuk ke Apartemen tersebut ia sedikit kesulitan mengangkat kopernya yang berat. Hingga salah satu security di depan gedung membantunya mengangkat koper biru miliknya. "Terima kasih, pak!" Ucap Nadia.
"Mau ke lantai berapa, bu?" Tanya sang security berseragam serba hitam.
"Saya belum tahu pak, saya ikut suami saya beliau sudah duluan di depan." Jawab Nadia yang sudah kehilangan Raju. "Ehhh kemana tuh orang, ngilang udah kaya jin aja!" Ucapnya saat ia sudah dekat lift. Matanya berkeliling mencari sosok laki laki betunuh tegap dan tinggi yang memakai jas berwarna hitam.
Salah satu penjaga kebersihan di sana melihat wajah bingung Nadia. "Ada yang bisa saya bantu, bu?" salah satu cleaning service berseragam biru muda mendekati Nadia.
"Saya baru pertama kali ke sini dan suami saya sudah pergi duluan tadi. Jadi saya kehilangan jejaknya." Jawa Nadia malu.
"Di apartemen nomer berapa dan atas nama siapa, siapa tahu saya bisa membantu ibu?"
"Saya gak tau nomernya saya hanya hafal nama suami saya?" Nadia sekali lagi melihat lihat di sekeliling nya. Dan seketika Raju ada di hadapannya yang baru saja ke luar dari lift. Diwaktu yang sama seorang cleaning service itu hendak membawa koper Nadia. "Ehh, gak usah mas, suami saya sudah ada." Tunjuk Nadia ke arah Raju yang berjalan menujunya.
"Oooh si ibu ini istrinya pak Raju ya!" Pria tersebut mengenal Raju karena Raju sering memintanya untuk membersihkan apartemen miliknya tiga hari sekali. Pria bertubuh kurus itu menundukkan kepalanya saat Raju hendak mengambil Koper milik Nadia.
"Gak usah sok akrab sama orang ganteng baru anda kenal. Jalan usah kaya ciput lama banget." Ketuanya tanpa menoleh. Raju memasukan koper Nadia kedalam lift. Nadia berdiri di depan Raju dengan sedikit kesal.
"Siapa juga yang jalan kaya ciput, situ aja yang udah kaya jin cepet banget ngilang dan tiba tiba muncul lagi!" Nadia berbicara pada dirinya sendiri dengan nada sangat pelan. Ia kesal ketika dirinya disebut seperti ciput.
Beberapa menit kemudian pintu lift terbuka. Nadia masih menahan rasa kesal di hatinya. Raju yang keluar terlebih dahulu sambil mengangkat koper biru milik Nadia. Tak sengaja koper itu mengenai bagian kaki Nadia sehingga Nadia mengaduh kesakitan. "Awww, bisa pelan sedikit gak sih jalannya? gak tau alat ada orang di depan!" Gerutu Nadia yang kali ini ia berani meluapkan kemarahannya kepada Raju. Nadia ke luar dengan kaki yang sedikit pincang. kebetulan di dalam lift tersebut hanya Nadia dan Raju.
"Siapa suruh diem kaya patung. Udah tau pintu lift sudah terbuka. Kenapa gak langsung ke luar!" Sanggah Raju yang sudah menekan tombol pada pintu apartemen milik nya.
Nadia dengan kesal mengenalkan kedua tangannya ingin rasanya ia memukul laki laki sombong itu dengan kepalan tangannya. Nadia memukul angin di belakang punggung Raju dengan kesal. Dan saat kakinya melangkah ke dalam ia sangat terkejut dengan apa yang ia lihat di depan matanya. Awalnya mata Nadia melihat ke arah kanan dimana ada ruang tamu dengan banyak sampah di atas meja. Ada bungkusan burger dan beberapa gelas sisa kopi yang kemungkinan sudah lama. Belum lagi ia melihat bagian dapur ada dimana bagian pantry ada piring yang kotor dan gelas serta botol minuman yang membuat mata Nadia terbelalak.
"Ini apartemen apa rumah makan yang habis dijajah orang?" Celetuk Nadia. Sepertinya Raju tak mendengar ucapannya barusan. Jiwa ibu ibu rumah tangga nya keluar saat melihat apa yang ada di depan matanya. Nadia meremas remas kertas bekas bungkusan burger yang bekas Gunawan makan tiga hari lalu. Serta Nadia membawa dua gelas bekas kopi ke dapur. Nadia hampir muntah karena mencium bau basi bekas makanan yang ada di meja pantry. Ia merapihkan semuanya dengan rapi tanpa menghiraukan Raju yang sedang berbicara padanya.
"Koper lo, gue taro di sin...!" Raju menghentikan ucapannya saat melihat Nadia merapihkan semua yang berantakan.
Nadia sudah selesai mencuci pring dan gelas gelas yang berantakan. Namun bau dari makanan basi tersebut masih menyeruak di ruangan. "Apakah disini ada penyemprot ruangan?" Tanya Nadia saat ia berkeliling mencari benda tersebut namun ia tidak menemukannya.
"Gue belom beli. Dan apartemen tiga hari sekali di bersihkan oleh Rudi orang yang tadi lo ajak ngomong waktu di depan lift." Ucap Raju yang malu karena apartemen miliknya sangat berantakan.
"TIGA HARI SEKALI?" Nadia menepuk keningnya. "Emang anda gak bisa gitu, cuci piring dan gelas sendiri dan membuang sampah ke tempatnya? itu kan hak sepele dan mudah di lakukan.
" Gue gak biasa ngelakuin itu semua. Jadi lo gak usah sok ceramah gue dengan semuanya." Raju yang tak mau kalah dari Nadia. Karena sebenarnya diri nya malu. Raju lupa untuk menyuruh Rudi membersihkan apartemennya kemarin. Ketika Rudi membersihkan apartemennya biasnaya dia meminta Gunawan untuk mendampingin Rudi karena khwatir ada barang barang yang hilang. Namun setelah ia tahu Rudi sangat menjaga kepercayaan yang Raju berikan. Beberapa bulan ini ia memberikan kepercayaan pada Rudi.
"Ya sudah mulai besok aku yang akan membersihkan semuanya. Anda gak perlu lagi menyuruh orang untuk membersihkan semua kecuali bagian atas yang sulit saya jangkau." Ucap Nadia.
"Tidak masalah, lo bisa ngelakuin aktifitas lo gak perlu khwatir tentang kebersihan apartemen ini, gue bisa bayar orang buat ngerjain itu semua. Dan itu koper lo." Raju menunjuk ke salah satu kamar di sebelahnya dimana dia sudah meletkan koper biru milik Nadia di depan kamar yang biasa Gunawan gunakan ketika ia menginap di apartemen Raju.
Nadia mengerutu di dalam hati. "Dasar orang kaya yang sombong. Apa apa nyuruh orang dan bayar."
"Kita buat kesepakatan. Pertama Itu kamar gue dan sebelahnya itu kamar lo, kita tidur terpisah. Tapi kalau ada papi atau mami gue. Kita baru satu kamar itupun harus dengan pembatas. Kedua elo gak boleh nyentuh apa yang ada di dalam kamar gue kecuali kalau elo mau beberes. Ketiga elo gak boleh usil dengan kehidupan gue karena gue nikahin elo itu karena paksaan dari bokap gue. Ke empat elo gak boleh cerita ini semua ke om, tante atau bokap nyokap gue serta sodara elo si Marhen dan Syakila. Gue gak akan ngelarang elo buat deket sama cowo mana pun. Dan gue juga gak ngebatesin gerak lo di luar. Tapi harus elo inget elo gak boleh ngenalin diri elo istri gue ke temen temen gue. JELAS?" Teriak Raju disaat kaya terakhirnya.
"Ok kalau itu mau anda. Saya tahu siapa diri saya." Ucap Nadia pergi berlalu dari hadapan Raju dengan menarik koper birunya ke dalam kamar yang masih tertata rapih. "Bila anda takut lupa dengan kesepakatan ini silahkan anda menulisnya agar dikemudian hari anda tidak lupa dengan semua itu." Pungkas Nadia yang menutup pintu kamarnya.
Raju pun masuk ke dalam kamarnya berniat ingin mandi namun tiba tiba ponselnya berdering dilihatnya nama Gunawan. "Ada apa sore sore gininlo nelpon gue?" Ucap Raju saat menerima telpon dari sahabat nya.
Gunawan memberi tahu bahwa nanti malam ada perayaan ulang tahun temannya. Dan saat itu juga Raju mandi setelah mengakhiri pembicaraannya di telepon.
Di dalam kamar Nadia menangis ia merasa sedih dengan kehidupan yang saat ini ia jalani. Saat ia menyesali pernikahan ini ia kembali ingat dengan apa yang pernah ia dengar di majlis ilmu saat seseorang menyesali dan berandai andai itu tandanya ia telah menyalahkan taqdir Allah dan tidak menerima akan ketentuan yang sudah Allah hari akan untuknya. Saat itu pula Nadia mengucapkan istigfar. Air matanya menetes, lalu ia mendengar suara adzan ashar si ponselnya. Akhirnya Nadia masuk ke kamar mandi untuk mandi membersihkan diri dan melaksanakan sholat ashar.
Saat ia sudah selesai dengan ritualnya di kamar mandi tiba tiba suara ketukan pintu terdengar.
Tok
Tok
"Gue mau pergi ke luar, kemungkinan gue pulang malem. Gue udah tulis password di kertas yang ada di atas meja." Ucapnya lalu pergi tanpa menunggu jawaban dari seseorang di dalam kamar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 137 Episodes
Comments
Tri Utari Agustina
Raju ini bikin emosi ,semoga ketahuan kelakuan terhadap Nadia yang kurang baik
2024-09-04
0
Bang Ipul
jgn lemah nad tunjukin ama raju klu lo itu perempuan kuat
2024-06-25
0