11. Tempat Kenangan

Pagi pagi Marhen dan Nadia sudah berada dalam perjalanan menuju kota M. Di dalam mobil mereka menghabiskan perjalanan dengan mengingat setiap jalan yang mereka lalui dengan cerita yang pernah mereka alami berama. Tepat di dekat SD ketika Nadia kecil Marhen menepikan mobilnya. Ada sebuah warung dengan ruko kecil yang terampil dengan bangunan Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama dimana Marhen pernah bersekolah di SMP tersebut.

Semua mata tertuju saat Marhen turun dari mobil dengan kaos polo polos berwana putih dan celana cinos berwarna cream ditambah dengan sendal jepit yang terkesan sangat sederhana namun orang orang dapat mengira bila Marhen bukalah sekedar orang biasa. Kaca mata berwarna kecoklatan ia lepaskan dari hidung mancungnya. Gadis gadis berseragam putih biru yang akan masuk kelas melihat ke arah Marhen.

"Liat tuh, gila cowok gantengnya pake banget!" Salah satu siswi yang berbicara pada teman teman nya yang akan masuk ke kelas.

Marhen berjalan bersama Nadia disampingnya. Sehingga mereka mengira Nadia adalah pacar Marhen. Marhen dan Nadia sudah duduk di warung penuh kenangan bagi mereka berdua. Marehen dan Nadia mengucapkan salam dan dijawab oleh seorang ibu paruh baya yang dikenal dengan panggilan mbah Rum. Mba Rum yang sudah berusia 65 tahun melihat ke arah tempat duduk Marhen dan Nadia. Dimana kursi panjang yang menghadap ke arah penjualnya.

"Tempat ini masih hampir sama dengan waktu kita masih sekolah di sini ya, Nad?" Marhen membuka tutup saji yang berisi aneka gorengan.

Diwarung tersebut sudah tidak ada siswa atau siswi berseragam karena jam istirahat telah berlalu. "Mbah Rum, masih inget kita gak?" Tanya Marhen saat mbah Rum melihay ke arah mereka.

"Siapa ya? kan banyak yang beli di warung simbah jadi tidak ingat satu satunya." Jelas mbah Rum yang meletkan Teh manis hangat pesanan Nadia dan Marhen.

"Aku anak laki laki yang suka ngutang kalau beli disini, uang kalau bayarnya seminggu sekali kalau dapet jatah jajan." Kenang Marhen mengingatkan si mbah rum.

"Ahh, banyak siswa disini yang kaya gitu. Jadi Simbah gak kenal satu persatunya." Mbah Rum keluar dari dalam dan mendatangi Marhen dan Nadia.

"Ini loh mbah, si anak jangkung yang rambutnya kadang dikepang kuda yang slelau nunggu abangnya pulang di warung si mbah! " Kali ini Nadia yang mencoba mengingatkan si mbah Rum dengan dirinya dan Marhen.

"Yaa Allah, Marhen dan Nanad, iya?" Setelah beberapa detik mbah Rum mengingat ingat akhirnya ia ingat juga, dengan gadis yang sering di kuncir kuda yang selalu menunggu Marhen di pojokan warung agar tidak di ganggu dengan kakak kelasnya.

"Nah, alhamdulillah si mba inget juga. Bakwannya masih sama rasanya seprti dulu, mbah. Enak dan selalu ngangenin." Marhen mengingat bakwan jagung dan bakwan sayur kesukaannya.

"Kan si mba yang bikin, den. Jadi masih sama lah rasanya. Kok sekarang makin ganteng aja nih udah jadi orang sukses ya?" Tanya mbah Rum yang melihat Marhen dari atas kebawah.

"Apa si mbah, aku masih jadi pekerja mbah." Marhen merendah karena takut si mbah merasa canggung.

"Kalau Nanad si mbah tau, kalau sudah jadi boss kue di sini!" Mbah Rum selalu menjadi pelanggan setia konsumen kue kering buatan Nadia.

"Loh kok mbah tau?" Tanya Marhen.

"Iya tahu lah, den. Waktu itu almarhum ibunya neng Nadia ini pernah mau buka toko di dekat sekolah ini, tapi sama yang punya toko gak boleh karena takut setiap bulannya gak bisa kebayar. Dan si mbah bersyukur Bu Liliana gak jadi ngontrak ruko disini. Si Mbah anter ibunya Nanad ke tanah kosong dimana itu tanah milik adoknya si mbah yang mau dijual. Dan Alhamdulillah harganya cocok dan bu Liliana buat toko di dekat pasar sana." Kenang si mbah Rum tentang ibunya Nadia.

Nadia baru tahu kisah tentang toko yang dibeli oleh ibunya dari mbah Rum. Dan ternyata mbah Rum adalah yang pernah menolong sang ibu dari orang orang yang serakah dengan uang.

*

*

*

Setengah jam mereka menghabiskan waktu di tempat penuh dengan kenangan. Tak lupa Marhen dan Nadia membelikan bebrapa bahan sembako dan amplop dengan beberapa uang seratus ribuan untuk mbah Rum.

Setelah mereka berpamitan Marhen dan Nadia tiba di rumah dlaam waktu 20 menit mobil Marhen terlahir di depan rumah. Pada saat bersamaan mobil yang Yusuf kendari lewat depan rumah Nadia. Berharap ia bisa melihat Nadia. Dan saat ia membuka jendela mobil Yusuf melihat Marhen yang sedang menurunkan bebrapa bawaan dari mobilnya ke dalam rumah Nadia. Hati Yusuf bertanya tanya. Sejak kapan Nadia membawa lelaki luar ke rumahnya. "Apakah dia calon pilihan om Brama?" Gumam Yusuf dalam hatinya. "ahhh... Nadia gak mungkin seperti itu!" Dan ketika Yusuf akan pergi dari sana. Tanganya terhenti ketika ingin menyalahkan mobilnya kembali karena melihat Nadia yang tersenyum dan bersenda gurau sangat dekat dengan Marhen.

Yusuf berfikir keras memikirkan apa yang ia lihat barusan. Ingin rasanya ia mengirim pesan atau menelpon Nadia agar hatinya bisa merasa tenang tidak menerka nerka siapa laki laki yang ia lihat di rumahnya.

Sore hari. Marhen sudah berpamitan kepada Nadia. Karena Nadia ingin menenangkan pikirannya agar bisa menentukan pilihannya dalam perjodohan yang di bicarakan om Brama malam kemarin.

Dan ketika Marhen akan ke luar dari rumah Nadia, ada seseorang yang memberikan salam setelah ia memarkirkan motor putih miliknya di halaman rumah Nadia.

"Assalamu'alaikum, Nad." Kiren melihat mobil mewah ada di rumah Nadia. _"Sepertinya ini mobil kak Syakila yang pernah Nadia ceritain, ini apa bukan ya? "_ Ucap Kiren dalam hati.

Seketika langkah kaki Marhen terhenti ketika melihat gadis yang sudah lama tak pernah ia jumpai beberapa tahun belakangan ini. Keduanya sama sama terhenti ketika berpapasan mata bertemu mata.

_" Kiren, kau tetap sama seperti lima tahun yang lalu. Gadis cantik yang sederhana dan sholihah. "_ Marhen berbicara dengan dirinya sendiri tanpa suara. Matanya tak berkedip melihat Kiren di depan matanya.

Hingga Nadia menyentuh bahunya karena ponsel miliknya tertinggal di sofa ruang tamu. " Bang, ini ponselnya ketinggalan!" Namun ucapan Nadia masih belum mendapat respon dari Marhen. Sehingga Nadia menakut nakutin ada kecowa di dekat kakinya.

"Aaaahh, ada kecowaaaa!" Teriak Nadia sehingga kedua nya sontak kaget dan berteriak.

"Dimana kecowanya... Dimana?" Teriak Marhen dan Kiren.

Nadia hanya tertawa renyah melihat Kiren dan Marhen bertingkah seperti orang kebakaran jenggot.

"Kalian berdua ya. Udah lama gak ketemu sekalinya ketemu aku panggil panggilan juga gak ada yang denger!" Nadia menggandeng tangan Kiren ketika dirinya akan di cubit oleh Marhen.

Marhen akhirnya menyapa Kiren dengan memanggil namanya saja, dan berbasa basi untuk berpamitan. Nadia melambaikan tangannya saat mobil yang Marhen kendarai mulai meninggalkan rumah Nadia. Sedangkan Kiren hanya duduk di kursi depan teras rumah Nadia sambil menatap ke pergihan Marhen.

Kiren memberikan buku laporan kepada Nadia. Karena siang tadi Nadia mengirim chat kepada Kiren mengabarkan dirinya ada di rumah beberapa hari ke depan. Kiren yang kebetulan dari toko milik Nadia untuk mengambil laporan dan setoran keuangan dari karyawan karyawan toko kue milik Nadia.

Mereka berdua akhirnya mengobrol di dalam rumah sambil menikmati buah apel dan anggur yang tadi Nadia beli bersama Marhen.

"Jadi dia sudah pulang dari luar negri ya, Nad?" Kiren yang baru saja meletakan gelas yang berisi jus mangga yang telah ia minum.

Nadia duduk mendekat di samping Kiren sambil melihat buku laporan yang ada di tangannya. "Maksud kamu, bang Marhen? Setelah melihat seksama laporan mingguan toko Nadia meletakkan buku besar berwarna biru batik di atas meja. " Bang Marhen sudah pulang dua bulan yang lalu, dia sempet nanyain tentang kamu loh, Ki!"

Deg

Hati Kiren merasa hangat ketika mendengar perkataan Nadia barusan. _"Dia masih inget sama aku ternyata!"_ Kiren berbicara dalam hati sambil menatap wajah Nadia yang menceritakan kepulangan Marhen kala itu.

"Ki, sebenernya kamu itu masih ada rasa gak sama bang Marhen? Aku sangat setuju kalau kamu sama bang Marhen. Dan kita akan tetap saling bersama sampai kapan pun. Iya kan, Ki?" Nadia meletakkan kedua tangannya ke pipi Kiren dengan senyum mengembang.

Kiren hanya diam saat kata kata yang lolos dari bibir Nadia. "Katanya kamu mau tinggal di rumah om mu, Nad. Kok baru beberapa minggu sudah balik lagi?" Bukannya menjawab pertanyaan Nadia. Kiren malah bertanya balik tentang kepulangan Nadia ke kota M.

"Ada banyak hal yang belum aku urus semuanya disini, Ki. Dan bagiku tempat ternyaman adalah rumah sendiri. Walau di sana semuanya serba mewah. Tapi bagimu rumah ini paling ternyaman." Nadia bangkit sambil membawa gelas kosong ke dapur gelas bekas Marhen saat minum jus.

"Bukannya cuma laporan toko kue aja yang selalu kamu pikirin, Nad? Wisuda kamu udah selesai juga." Kiren mengekor di belakang Nadia sambil mengunyah sisa apel dalam mulutnya.

"Ada hal lain juga, Ki?" Nadia meletakkan gelas yang baru saja ia cuci di rak pengering.

"Oooh aku tau, pasti ini menyangkut kak Yusuf ya? Apa jangan jangan kak Yusuf udah dateng ngelamar ke rumah om kamu, Nad?" Kiren terus mengikuti langkah kaki Nadia yang kini menuju ke kamar Nadia.

"Bukan!" Nadia duduk di sisi tempat tidur sambil memeluk guling berwana pink.

"Terus apa doang. Apa jangan jangan om kamu ngejodohin kamu dengan pria pilihan om kamu ya. Hahaha?" Kiren hanya menebak hingga di lahir pertanyaan ia tertawa begitu semangat. Namun setelah matanya melihat ke arah Nadia. Tawanya terhenti, Kiren melihat wajah sedih Nadia.

"Nad, kok kamu sedih? Aku salah ngomong ya, maaf ya?" Kiren menatap wajah Nadia dengan seksama. "Kalau ada hal yang kamu pingin ceritain. Cerita aja, Nad. Aku siap kok jadi jadi pendengar yang baik!"

Nadia belum siap untuk bercerita kepada Kiren karena takut Kiren akan memberikan tahu kepada Yusuf. Nadia hanya ingin mengambil keputusan yang tepat saat pikirannya mulai tenang dan ia tahu semua itu harus melibatkan sang pemilik kehidupan ini Allah Azza wajala.

"Ya sudah kalau kamu belum siap cerita. Aku pamit pulang ya, mamahku udah chat aku. " Kiren mengelus punggung tangan Nadia dan dikuti salam setelahnya.

*

*

*

Malam pukul delapan. Nadia baru saja selesai tilawah. Ia tutup al Qur'an berwarna jingga dan ia letakan di dekat laptop miliknya. Ada beberapa pesan yang masuk ke ponselnya, saat Nadia mengaktifkan ponsel yang tadi ia nonaktifkan.

Ada pesan dari Anyelir, Yusuf, Marhen dan beberapa grup dari toko dan teman kuliahnya. Nadia membaca pesan paling bawah dari Yusuf.

Yusuf menanyakan apakah Nadia sedang berada di kota H. Karena ketika ia melewati rumahnya ia melihat mobil terparkir di teras rumah. Nadia mencoba membalasnya. Dengan berkata jujur.

"Iya, Nadia siang tadi pulang bersama bang Marhen kakak Syakila." Pesan itu langsung Nadia kirim ke pria yang sudah mengisi hatinya.

Pesan kedua ia buka dari Marhen yang mengabarkan dirinya sudah sampai rumah tepat pas azan magrib. Dan menyampaikan salam kepada Kiren bila nanti bertemu. Nadia hanya menjawab salam dan emoji ok pada Marhen.

Pesan ketiga yang Nadia buka dari Anyelir yang mengabarkan bahwa asisten dari tuan Raju hang bernama Gunawan meminta nomer pribadi Nadia kepada Anyelir. Namun dengan cepat Anyelir tidak menggubris permintaan sang asisten CEO PT. Daulai Sykh. Nadia membalas dengan voice not. Dengan keputusan yang Anyelir lakukan sudah tepat baginya.

Satu persatu chat yang masuk Nadia balas. jari jemari nya masih menari di atas benda pilih yang bisa melintas seluruh dunia. Nadia membuka media sosial miliknya ia berselancar melihat setiap postingan yang ada di media sosial face book. Ada berapa teman SD yang memposting foto dirinya dengan Marhen saat di Sekolah yang ia kunjungi tadi. Karena salah satu teman Sekolah Dasar ketika itu ada yang menjadi guru di sekolah tersebut. Ternyata kedatangan dirinya dan Marhen menjadi perbincangan hangat di media sosial dan sekolah. Nasia hanya tersenyum. Dan seketika ada notifikasi chat yang masuk dari tante Retno.

"Assalamu'alaikum, sayang. Nadia tante hanya memberikan kabar bila minggu depan sahabat ayahmu om Daulay bersama anaknya akan datang ke rumah. Dan tante harap kamu bisa pulang sebelum kedatangan mereka. Apapun keputusanmu om dan tante akan mendukungmu, nak." pesan singkat itu Nadia baca dengan seksama.

"Wa'alaikum salam. Baik, insyaa Allah tante, Nadia tidak akan membuat tante dan om ke dewan. Insyaallah." Balas Nadia dan akhirnya ia memikirkan tentang perjodohan itu kembali.

Nadia meraih foto yang ada di atas meja dimana ayah dan ibunya ketika berdua. "Ayah, apakah perjodohan masa kecil itu harus Nadia penuhi? mengapa ayah dan ibu tidak pernah membahas ini sebelum kepergian kalian?" Nadia meneteskan air mata di atas kaca foto yang ada dalam dekapannya.

Apa yang harus Nadia katakan pula kepasa keluarga ustadz Arffan bila Nadia menerima perjodohan ini? Nadia sudah menerima kak Yusuf di hari Nadia yah, bu!" Nadia menangis dan hatinya merasa sakit tubuhnya seolah tak bertenaga memikirkan hal ini.

Tiba tiba ponsel Nadia berdering dilihatnya nama yang tidak ia harapkan untuk menerima panggilan tersebut.

Episodes
1 Bab. 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab. 4
5 Bab. 5
6 Bab. 6
7 Bab. 7
8 Bab. 08
9 9. CEO Saklek
10 09. Miss Bee
11 11. Tempat Kenangan
12 12. Si Otak Dollar
13 13. Belum Berstatus Suami-istri
14 14. Teman Lama Bertemu Kembali
15 15. Paper Bag Berwarna Jingga
16 16. Makan Malam
17 17. Kesedihan dalam Curhatan
18 18. Jambu Biji Merah
19 19. Pil Penenang
20 20. "Ini apartemen apa rumah makan yang habis dijajah orang?"
21 21. Wanita Seribu Tangan
22 22. Password Baru
23 23. Salah Pegang
24 24. Tersesak Udang Saus Padang
25 25. Ke Rumah Mertua
26 26. Kiranti Obat Sedih
27 27. Berganti Peran
28 28. Dalam Kebimbangan
29 29. Ada Rasa
30 30. Perkara Roti Sobek
31 31. Belajar Mengaji
32 32. Sebagai Permintaan Maaf
33 33. Belanja Bersama
34 34. Mencium Tangan
35 35. Hancur dan Pupus
36 36. Gadis Kecil Itu.
37 37. Akhirnya Ku Menemukanmu
38 38. Ratu Gosip
39 39. Permintaan Maaf
40 40. Kangen Masakkan Kamu
41 41. Malu
42 42. Cincin Pilihan Yusuf
43 43. Terkejut
44 44. Pasar Malam
45 45. Aku belum Siap, Mas!"
46 46. Perkara CCTV
47 47. Jam Tangan Couple
48 48. Bajigur dan Kue Pisang
49 49. Switer Yang Bikin Panas semakin Memanas
50 50. Lebah Keciku
51 51. Menyatukan Perasaan
52 52. Arman Sahabat Masa SMA
53 53. Dilema
54 54. Cewe Petakilan
55 55. Sarung Mukena
56 56. Pilihan Raju
57 57. Frustasi Tingkat Tinggi
58 58. Kisahku Seperti Kue Nastar
59 59. Tidur Sore
60 60. Aku Lebih Suka Sup Goulash
61 61. Kontrak Kerja Sama
62 62. Jus Pakai Garam?
63 63. Nasi Bungkus Padang
64 64. Luka Yang Tergores Kembali
65 65. Nun Sukun dan Tanwin
66 66. Hujan Deras
67 67. Taqdir Allah Lebih Indah
68 68. Wanita Bergamis Hitam
69 69. Di Luar Dugaan
70 70. Kekhawatiran
71 71. Pagi Yang Penuh Semangat
72 72. Cinta Lama Yang Berkembang
73 73. Hari Sabtu Yang Ditunggu
74 74. Acara Lamaran Fatimah
75 75. Bioskop Atau Bareng Suami?
76 76. Kamar Mandi
77 77. Aku Benci Perselingkuhan
78 78. Gak Konsen
79 79. Silaturahim Bibir
80 80. Kebahagiaan Seorang Sahabat
81 81. Seandainya
82 82. Kejutan
83 83. Siapa laki laki itu?
84 84. Ruang Oprasi
85 85. "Coba Lihat Aja?"
86 86. Neng Nadia
87 87. Kamu Suka?
88 88. PERGI!
89 89. Di bawah Payung Hitam
90 90. Masih seperti yang dulu
91 91. "Maaf, ummi!?"
92 92. Kurang!"
93 93. Dokternya kamu, ya aku?"
94 94. Jodoh Masa Kecilku
95 95. Alhamdulillah...
96 96. Dimana kamu, Sayang?
97 97. Adonan
98 98. Gak Usah Basa basi
99 99. Aku Gendutan ya?"
100 100. Takut
101 101. Kekecewaan
102 102. Alat Tes Kehamilan
103 103. Pilu
104 104. Tom And Jerry
105 105. Terima Kasih!
106 106. Awas Kamu ya?
107 107. Rahasia
108 108. "Aku Monica! "
109 109. Pilih Apa?
110 110. Tasyakuran
111 111. Si Robet
112 112. Kemarahan Raju
113 113. Abang?
114 114. "Kualat"
115 115. Malam Peresmian
116 116. Bandara
117 117. Aku pulang!
118 118. Sop Iga
119 119. Permintaan Ku
120 120. Opletnya Mandra
121 121. Belum bisa Move On
122 122. Gudang
123 123. Berlumur Darah
124 124. "Mas, kamu kenapa?"
125 125. Merawat mu
126 126. "MAAF"
127 127. Mengundurkan Diri
128 128. Ke Kota B
129 Villa Penuh Kenangan
130 Panti Asuhan Al Kautsar
131 131. Murka Sang Papih
132 132. Cocok Punya Anak
133 133. Aku Pulang
134 134. Kejutan
135 135. "Kenapa ada yang lucu ya? "
136 137. Kebakaran
Episodes

Updated 136 Episodes

1
Bab. 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab. 4
5
Bab. 5
6
Bab. 6
7
Bab. 7
8
Bab. 08
9
9. CEO Saklek
10
09. Miss Bee
11
11. Tempat Kenangan
12
12. Si Otak Dollar
13
13. Belum Berstatus Suami-istri
14
14. Teman Lama Bertemu Kembali
15
15. Paper Bag Berwarna Jingga
16
16. Makan Malam
17
17. Kesedihan dalam Curhatan
18
18. Jambu Biji Merah
19
19. Pil Penenang
20
20. "Ini apartemen apa rumah makan yang habis dijajah orang?"
21
21. Wanita Seribu Tangan
22
22. Password Baru
23
23. Salah Pegang
24
24. Tersesak Udang Saus Padang
25
25. Ke Rumah Mertua
26
26. Kiranti Obat Sedih
27
27. Berganti Peran
28
28. Dalam Kebimbangan
29
29. Ada Rasa
30
30. Perkara Roti Sobek
31
31. Belajar Mengaji
32
32. Sebagai Permintaan Maaf
33
33. Belanja Bersama
34
34. Mencium Tangan
35
35. Hancur dan Pupus
36
36. Gadis Kecil Itu.
37
37. Akhirnya Ku Menemukanmu
38
38. Ratu Gosip
39
39. Permintaan Maaf
40
40. Kangen Masakkan Kamu
41
41. Malu
42
42. Cincin Pilihan Yusuf
43
43. Terkejut
44
44. Pasar Malam
45
45. Aku belum Siap, Mas!"
46
46. Perkara CCTV
47
47. Jam Tangan Couple
48
48. Bajigur dan Kue Pisang
49
49. Switer Yang Bikin Panas semakin Memanas
50
50. Lebah Keciku
51
51. Menyatukan Perasaan
52
52. Arman Sahabat Masa SMA
53
53. Dilema
54
54. Cewe Petakilan
55
55. Sarung Mukena
56
56. Pilihan Raju
57
57. Frustasi Tingkat Tinggi
58
58. Kisahku Seperti Kue Nastar
59
59. Tidur Sore
60
60. Aku Lebih Suka Sup Goulash
61
61. Kontrak Kerja Sama
62
62. Jus Pakai Garam?
63
63. Nasi Bungkus Padang
64
64. Luka Yang Tergores Kembali
65
65. Nun Sukun dan Tanwin
66
66. Hujan Deras
67
67. Taqdir Allah Lebih Indah
68
68. Wanita Bergamis Hitam
69
69. Di Luar Dugaan
70
70. Kekhawatiran
71
71. Pagi Yang Penuh Semangat
72
72. Cinta Lama Yang Berkembang
73
73. Hari Sabtu Yang Ditunggu
74
74. Acara Lamaran Fatimah
75
75. Bioskop Atau Bareng Suami?
76
76. Kamar Mandi
77
77. Aku Benci Perselingkuhan
78
78. Gak Konsen
79
79. Silaturahim Bibir
80
80. Kebahagiaan Seorang Sahabat
81
81. Seandainya
82
82. Kejutan
83
83. Siapa laki laki itu?
84
84. Ruang Oprasi
85
85. "Coba Lihat Aja?"
86
86. Neng Nadia
87
87. Kamu Suka?
88
88. PERGI!
89
89. Di bawah Payung Hitam
90
90. Masih seperti yang dulu
91
91. "Maaf, ummi!?"
92
92. Kurang!"
93
93. Dokternya kamu, ya aku?"
94
94. Jodoh Masa Kecilku
95
95. Alhamdulillah...
96
96. Dimana kamu, Sayang?
97
97. Adonan
98
98. Gak Usah Basa basi
99
99. Aku Gendutan ya?"
100
100. Takut
101
101. Kekecewaan
102
102. Alat Tes Kehamilan
103
103. Pilu
104
104. Tom And Jerry
105
105. Terima Kasih!
106
106. Awas Kamu ya?
107
107. Rahasia
108
108. "Aku Monica! "
109
109. Pilih Apa?
110
110. Tasyakuran
111
111. Si Robet
112
112. Kemarahan Raju
113
113. Abang?
114
114. "Kualat"
115
115. Malam Peresmian
116
116. Bandara
117
117. Aku pulang!
118
118. Sop Iga
119
119. Permintaan Ku
120
120. Opletnya Mandra
121
121. Belum bisa Move On
122
122. Gudang
123
123. Berlumur Darah
124
124. "Mas, kamu kenapa?"
125
125. Merawat mu
126
126. "MAAF"
127
127. Mengundurkan Diri
128
128. Ke Kota B
129
Villa Penuh Kenangan
130
Panti Asuhan Al Kautsar
131
131. Murka Sang Papih
132
132. Cocok Punya Anak
133
133. Aku Pulang
134
134. Kejutan
135
135. "Kenapa ada yang lucu ya? "
136
137. Kebakaran

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!