Setelah Nadia, om Brama dan Tante Retno berfoto bersama kini keluarga ummi Mariam yang meminta foto bersama dengan Nadia diikuti Kiren yang ikut dalam foto bersama mereka. Senyum indah terlukis dari bibir Nadia dan juga Yusuf. Nadia berada di tengah tengah dengan umi Mariam sedangkan Yusuf ada di posisi sebelah kiri umi Mariam dan Kiren ada di sebelah kanan posisi Nadia. Semua terlukis indah kisah wisuda di sejarah kehidupan Nadia. Dalam hatinya ia bersyukur karena masih dikelilingi orang orang yang baik walau sudah tidak mempunya orang tua.
Tangan ummi Mariam meraih kedua bahu Nadia dengan lembut, perlahan ia memeluk Nadia dengan hangat. Nadia terdiam ketika melihat ummi Mariam yang tiba tiba memeluknya dan terlihat jelas dari kedua mata ummi Mariam yang mengeluarkan buliran bening dari sudut matanya.
Nadia membalas pelukan ummi Mariam sambil mengelus lembut punggung wanita paruh baya yang sudah menyayangi Nadia selama ini seperti anaknya sendiri. "Ummi, kenapa ummi menangis?" ucap Nadia yang perlahan Nadia mengendurkan pelukannya.
Ummi Mariam menatap wajah Nadia, dan Nadia menghapus air mata di pipi ummi Mariam. Ummi Mariam tersenyum diiringi suara isakan dari hidungnya. "Ummi merasa kamu itu seperti anak ummi. Hati ummi tidak bisa berbohong karena melihat kamu yang bisa berdiri dengan hasil jeripayah mu selama ini. Ummi bangga padamu, Nadia. Kamu tumbuh menjadi anak yang kuat, tanpa kita semua tau bagaimana dirimu melalui hari hari yang mungkin terkadang sulit. Dan sekarang kamu merasakan manisnya, kedua orang tuamu pasti bahagia di sana." Ucap ummi Mariam yang masih meneteskan air mata.
Nadia memeluknya kembali dan ikut sedih dengan perhatian ummi Mariam kepadanya. "Nadia tau, semua ini juga tidak lepas dari doa doa orang orang yang selalu menyayangi Nadia dengan tulus, seperti ummi dan juga Kiren yang selalu membantu Nadia." Ucap Nadia yang mencoba menghibur hati ummi Mariam.
"Ehemm!"
Yusuf berdehem karena tak disebut namanya. Ummi Mariam dan Nadia serta Kiren pun langsung melirik ke arah Yusuf dengan tatapan penuh arti. Kiren meletakan jari telunjuknya di atas bibir sambil berfikir dengan tingkah Yusuf barusan.
"Nadia, sepertinya ada yang belum kamu sebut namanya, makanya kak Yusuf langsung memberikan reaksi!" Ucap Kiren yang diikuti tawa renyah karena melihat Yusuf pura pura tak mendengar dan tatapannya teralihkan oleh mata Nadia yang melirik ke arahnya.
"Iya, maaf ya kak Yusuf. Nadia juga sangat berterimakasih sekali karena kak Yusuf selama ini selalu membantu Nadia." Ucap Nadia malu. Yusuf hanya tersenyum kecil diiringi dengan isyarat mata pada ummi Mariam.
Tiba tiba om Brama dan Retno menghampiri mereka berempat setelah mereka berdua menyelesaikan urusannya dan mengobrol dengan teman lamanya yang kebetulan anak nya pun hari ini diwisuda.
"Nadia, om sama tante Retno masih ada urusan. Bila nanti kamu sudah siap untuk tinggal di rumah om, berkabar ya, biar nanti Syakila atau supir menjemputmu ya, sayang." Ucap om Brama yang belum berkenalan dengan ummi Mariam dan Yusuf. Sedangkan dengan Kiren om Brama sudah hafal dan kenal.
Nadia menghampiri Brama dan Retno dengan langkah yang pelan. "Om Nadia mau mengenalkan keluarga dari ustadz Arffan. Ini istrinya ustadz Arfan ummi Mariam, dan ini anaknya bernama Yusuf!"
Ummi Mariam bersalaman dengan tante Retno dengan keduanya saling cipika cipiki sedangkan ketika dengan om Brama ummi Mariam hanya menangkupkan kedua tangannya di dada. Sedangkan Yusuf mencium punggung tangan om Brama dengan takzim seraya om Brama mengelus lembut pundak Yusuf dan ketika dengan Tante Retno Yusuf hanya menangkupkan kedua tangannya di dadanya.
"Lain waktu kita bisa berbincang bincang lagi ya. Mohon maaf saya harus izin pulang duluan karena ada keperluan lain yang sudah menunggu." Ucap Retno yang kini memeluk Nadia untuk salam perpisahan.
Ummi Mariam dan Yusuf tersenyum dengan perlakuan baik dari om dan tantenya Nadia yang begitu sopan walupun mereka belum begitu saling mengenal dan baru pertama kali bertemu.
*
*
*
Setelah om dan Tante Nadia pulang ummi Mariam dan Yusuf pun hendak berpamitan untuk pulang. Namun ummi Mariam menyuruh Yusuf untuk bisa mengantarkan Nadia sampai rumahnya karena ummi Mariam akan di jemput oleh supir pribadi dari keluarga mereka.
"Yusuf kamu disini saja dulu, nak. Kasihan nanti Nadia dan nak Kiren gak ada yang antar pulang!" Ucap umi Mariam yang sudah menerima ciuman punggung tanganya dari Nadia dan Kiren.
Kiren dan Nadia langsung saling menatap dengan perkataan ummi Mariam barusan. Hingga akhirnya Nadia membuka suara. " Gak usah ummi, kebetulan Kiren bawa mobil jadi Nadia bisa pulang dengan Kiren." Elak Nadia yang tak enak hati.
"Sudah gak apa apa berarti yusuf ikutin kalian dari belakang aja, memastikan kali kalian berdua pulang dengan aman." Tambah ummi Mariam yang ingin memastikan keselamatan calon menantunya.
"Ehem. Ehemmm!"
"Cieeee yang udah jadi calon mantu dapet perhatian lebih dari calon mertua itu rasanya sesuatu banget ya, kan ?" Celetuk Kiren yang masih terdengar jelas oleh ummi Mariam yang akan melangkah meninggalkan mereka bertiga, hingga tubuhnya berbalik mendengar ocehan Kiren barusan.
Nadia yang ada disebelah Kiren pun langsung menunduk malu atas ucapan Kiren barusan. Mukanya memerah terlihat jelas oleh Yusuf yang akan mengantarkan ummi Mariam ke parkiran dimana supir pribadi mereka sudah menunggu.
Kiren tersenyum dengan ekspresi ummi Mariam yang tersenyum padanya. Lalu ummi Mariam melanjutkan langkahnya di ikuti dengan Yusuf yang pergi mengantarkan sang ibu ke parkiran.
Lima menit setelah Yusuf mengatakan ummi Mariam lalu ia menghampiri Nadia dan Kiren yang sedang menata hadiah hadiah yang Nadia terima dari teman temannya. Lalu Yusuf mengulurkan satu buket bunga dan satu foto Nadia yang dilukis dengan begitu indah dengan karakter kartun. Nadia menerima hadiah dari Yusuf dengan malu malu. Senyumnya terukir sambil wajahnya yang tertunduk.
"Barokallah fiikum, kak Yusuf untuk hadiahnya." Ucap Nadia yang memegang erat pemberian dari Yusuf. Hingga membuat Kiren yang akan menutup pintu bagasi mobilnya tersenyum melihat pemandangan tersebut.
"Aamiin. Semoga dek suka!" Ucap Yusuf yang dadanya cukup berdetak kencang melihat wanita yang ia cintai menyukai hadiah pemberiannya dengan senyum yang begitu indah terpancar dari wajah Nadia.
"Ehemm..." inget masih ada aku loh, Nad!" Celetuk Kiren yang membuat Yusuf dan Nadia semakin kikuk di buatnya.
Yusuf langsung berhambur dari Nadia dan Kiren menuju mobilnya. Begitu juga Nadia yang kelihatan malu dan hendak membuka pintu depan malah membuka pintu penumpang yang ada di belakang.
"Hahaha" Tawa Kiren yang begitu lepas melihat tingkah sang sahabatnya yang kikuk.
"Nadia, Nadia. Baru digodain begitu aja udah salting (salah tingkah) banget sih kamu, lucu banget liat kamu sama kak Yusuf kaya gini. Sini sini aku videoin dulu!" Jalil Kiren yang sudah menyalahkan mode video pada ponselnya yang mengarahkan ke wajah Nadia yang bersemu merah karena malu dengan tindakkannya sendiri yang membuat Kiren dengan senang hati menggodanya habis habisan.
"Kireennnn... kamu apa apaan sih. Matiin gak, gak lucu tau!" Ucap Nadia dengan memajukan bibirnya disertai tangannya yang memegang pintu mobil dan membanting nya dengan sedikit kuat.
"Iiisshhh, isahhh. Tak elok. tak elok! janganlah merajuk tuan putri yang cantik!" Ni liat gak jadi aku bikin SW nya tapi aku udah kirim ke kak Yusuf. Hahaha. Tawa kiren yang begitu renyah
Kiren sudah menghidupkan mesin mobil dan mulai meninggalkan kampus tersebut diikuti dengan mobil Yusuf di belakangnya. Nadia masih sedikit marah dengan Kiren yang mengirim video dirinya ke Yusuf.
"Nad, kamu marah ya sama aku? maaf ya aku sebenernya gak sungguh sungguh kirim video itu ke kak Yusuf." Ucap Kiren yang fokus mengemudi.
Nadia awalnya tidak menghiraukan perkataan Kiren tapi setelah ia mendengar ucapan terkahir dari Kiren perlahan tangannya meraih ponsel Kiren yang ada di sebelah kanannya ketika kiren menyodorkan ponsel milikinya ke Nadia.
"Coba kamu liat aja, video itu aku gak kirim kok ke kak Yusuf. Sejail jailnya aku, aku gak akan mengolok ngolok kamu, Nad!" Kiren melirik pada Nadia.
"Ya maaf, Ki!" Kamu kan tau aku gak suka aja kalau hal itu terjadi. Maaf ya!" Ucap Nadia yang sudah mengembalikan ponsel Kiren ke pangkuan Kiren.
"Iiihh apaan sih, aneh banget kayanya kalau kita kaya gini." Ucap Kiren di selingi tawa ringan dari bibirnya.
"Jadi kita mau langsung pulang apa gimana nih, Nad?" Tanya Kiren yang melirik kaca yang ada di depannya untuk melihat apakah Yusuf masih mengikuti mereka apa tidak. Dan terlihatlah mobil Yusuf di belakang.
"Kak Yusuf sepertinya masih ngikutin kita. Nurut banget ya kak Yusuf sama ummi nya. Aku yakin kalau kamu sama kak Yusuf pasti kamu akan diperlakukan seperti putri kerajaan, Nad!" ucap Kiren yang menghentikan mobilnya karena di depan ada lampu merah.
Nadia melirik pada kaca yang tadi Kiren lihat, bener saja Yusuf masih mengikuti mereka berdua dari belakang. Di dalam hatinya Nadia tidak bisa membohongi hatinya bahwa ia pun berharap suatu saat dirinya dan Yusuf bisa bersama dalam ikatan suci.
"Aku mau kemakan orangtuaku ya, Ki!" Ucap Nadia tanpa membalas ucapan Kiren barusan.
"Siap, tuan putri."
Dua puluh menit kemudian. Mobil yang ditumpangi Nadia dan Kiren pun sampai di sebuah pemakaman yang cukup luas ada plang bertuliskan "Pemakaman Teratai" Yusuf yang mengikuti mereka dari belakang pun ikut memarkirkan mobilnya. Nadia dan Kiren turun dan Nadia langsung menghampiri sebuah toko bunga yang bangunannya masih mengunakan bambu dimana di sana banyak menjual berbagai macam bunga mawar dengan berbagai macam warna, dan bunga lili serta bunga bunga lainnya.
Nadia membeli dua ikat bunga mawar putih dan dua keranjang bunga tabur dimana Kiren mambantu nya untuk membawa dua keranjang bunga tabur. Yusuf mengikuti mereka berdua sampai akhirnya ia pun memutuskan untuk membeli dua tangkai bunga mawar berwarna merah muda yang niatnya akan diberikan ke makam ibu dan ayahnya Nadia.
Nadia menyuruh Kiren untuk ke makam orang tua Nadia terlebih dahulu. karena Nadia hendak mengambil baju toga, selempang dan foto dirinya untuk dibawa ke kuburan orang tuanya.
"Ki, aku minta tolong kamu bawa ini dulu ke makam, aku mau ambil sesuatu dulu di mobil." Titah Nadia kepada sahabat satu satunya yang begitu dekat dengan dirinya.
Yusuf melihat Nadia yang kembali ke mobil, hingga membuat hati Yusuf bertanya tanya.
"Kenapa Nadia balik lagi ke mobil, apa ada sesuatu yang tertinggal?" Batin Yusuf.
Setelah Nadia mengambil apa yang ia perlukan ia langsung menunju menyusul Kiren. Namun langkahnya terhenti ketika melihat Yusuf yang ada di hadapannya.
"Kak Yusuf gak apa apa nunggu Nadia sama Kiren di sini aja!" Ucap Nadia yang tak enak hati bila Yusuf pasti akan bosan menunggunya di makam.
Bukannya merespon ucapan Nadia, Yusuf malah memberikan pertanyaan kepada Nadia. "Dek, mau ngapain bawa semuanya ke makam?"
Nadia melihat ke arah tangan kiri kanannya yang penuh dengan bawaan ketika melihat mata Yusuf menuju ke arah yang sama. "Nadia mau buat kenang kenangan bersama ayah dan ibu, walaupun ayah dan ibu sudah tidak ada tapi Nadia ingin foto memakai ini semua di pemakaman ayah dan ibu." Jawab Nadia dengan wajah yang sendu.
Deg.
Hati Yusuf terenyuh mendengar ucapan Nadia barusan. Betapa tidak mudahnya menjadi Nadia, yang ingin berbagi kebahagiaannya di hari wisudanya bersama kedua orangtuanya walau pun mereka sudah tidak ada di dunia ini.
"Ohhh, gitu. Maaf kak Yusuf gak bermaksud!" Ucap Yusuf yang mungkin Nadia mengira tingkah terhadapnya terlalu aneh. Justru Yusuf malah begitu simpati kepada Nadia karena Nadia masih menghormati kedua orangtuanya dengan berniat untuk merangkum moment penting bersama orang yang ia cintai walau mereka susah tiada.
Perlahan tangan Yusuf meraih bawaan Nadia bermaksud untuk membantu Nadia agar tidak kerepotan membawa barang barangnya. "Berikan kamera itu biar nanti kakak yang memotretnya." Pinta Yusuf sambil mengikuti langkah Nadia.
"Gak apa apa kak, nanti Nadia bisa minta tolong sama Kiren aja. Kak Yusuf tunggu aja di toko bunga itu!" Tunjuk Nadia pada toko bunga yang barusan ia membeli bunga tersebut.
"Gak apa apa!" ucap Yusuf singkat.
Yusuf dan Nadia pun tiba di pemakaman kedua orang tua Nadia, sambil mengucapkan doa dan salam kepada dua gundukan tanah merah yang sudah ditutupi rumput hijau yang begitu lebat, dan sebuah nisan berwarna hitam bertuliskan nama Herman Hertanto dan di sebelah kirinya ada nama nisan ibunya bernama Liliana Hertanto.
Mata Nadia mulai berkaca kaca ketika ia menatap kedua batu nisan tersebut. Ia jatuhkan tubuhnya perlahan dan ia letakan dengan sembarang barang yang ia tadi bawa, dan meminta Kiren memberikan dua keranjang bunga tabur yang sengaja ia beli tadi. Perlahan ia menaburkan bunga tersebut dari atas kebawah dan ia ulangi kembali sampai satu keranjang itu habis. Bibirnya tak berhenti berbicara, dengan suara isak tangis yang tertahan. Kiren dan Yusuf melihat Nadia dengan begitu pilu.
"Assalamu'aikum warohmatullahi wabarokatuh, Ayah dan ibu. Lihat yah, Bu. Nanad hari ini memakai baju toga, ibu dan ayah bisa lihat kan? ibu selalu bilang suatu hari ibu akan bangga dengan prestasi yang akan Nanad dapatkan, dan hari ini harapan ibu terkabul." air mata Nadia semakin deras walau dengan sedikit gugup Nadia mengenakan baju toganya di hadapan makam kedua orangtuanya lengkap degan Selempang dan prestasi yang ia dapat.
"Ayah, ibu semua ini berkat doa dan jeripayah ayah dan ibu untuk Nadia. Nadia tidak tau bagaimana caranya Nadia berbagi kebahagiaan ini kepada ayah dan ibu. Jadi Nadia lakukan ini agar ibu dan ayah bisa merasakan kebahagiaan ini. Ibu selalu bilang kan sama Nanad. "Ibu ingin liat Nanad berada di auditorium yang megah dimana di panggung itu Nadia menggunakan toga dan mendapatkan nilai terbaik di kampus." Hari ini, hari ini Nanad mendapatkannya, Bu. Namun sayang ibu dan ayah tidak ada disisi Nanad. yah, Bu!" Tangis Nadia semakin pecah hingga membuat Kiren tak tahan dengan apa yang Nadia lakukan, Kiren hanya bisa mengelus lembut punggung Nadia.
Yusuf pun ikut meneteskan air mata melihat Nadia yang begitu sedih.
____________________________________________
#Mohon maaf bila karya novel kedua author masih belum membuat kalian cukup memuaskan. Maklum ya author jarang up karena kadang kondisi badan author yang lagi kurang vit begitu juga dengan anak anak kadang suka gantian sakitnya.# Jangan lupa tinggalkan jejak yang baik dan santun ya. Barokallah fiikum untuk para reader yang terhormat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 136 Episodes
Comments