Sinar mata hari sudah meninggi. Segala aktifitas di pagi ini sudah mulai terisi. Nadia yang sudah turun dari tangga untuk menemani tante Retno yang sedang asyik mengisi setiap vas bunga dengan bunga bunga mawar dan bunga lili. Sudah tiga hari ini Nadia berada lagi di rumah kediaman om Brama. Dimana semua sangat mengkhawatirkan Nadia.
"Tante bunganya banyak banget, tan?" Nadia melihat banyak bunga yang sudah Tante Retno masukan ke dalam vas bunga. Ada sebagian yang masih belum terisi dengan bunga.
"Loh kamu lupa ya, nak. Malam ini sahabat ayahmu juga om Brama akan datang untuk makan malam dan membahas apa yang pernah om katakan kepadamu seminggu lalu?" Tante Retno melihat sekilas wajah Nadia namun fokus kembali memotong tangkai bunga yang di sesuaikan dengan tinggi dari vas tersebut.
Sejenak Nadia berfikir dan mengingatnya. Dan dia baru ingat bahwa tante Retno dan om Brama pernah memberitahukan Nadia saat ia pulang dari rumah sakit ketika itu. "Oooh ya. Nadia lupa tante?"
"Syakila sudah memberikan gaun yang akan kamu pakai kan?" Retno sudah merangkai bunga tersebut dengan indah dan meletakkannya di tengah tengah meja makan. Dan sebagian ada yang ia letakkan di sudut ruangan di ruang tamu dan ruang TV.
"Belum, tan." Nadia meletakan vas bunga di rumah tamu. Dan ketika ia akan kembali ke tempat tante Retno tiba tiba ponselnya berdering. Di lihatnya dari toko pelangi tiga. "Tan, maaf Nadia terima telpon dulu ya, tan! " Nadia berbicara di dekat ruang tamu dan yang berbicara di seberang sana adalah bu Farid.
Lima menit Nadia berbicara si telpon dan ia segera berpamitan kepada tante Retno karena ada hal penting yang harus di selesaikan oleh Nadia di toko kue miliknya. "Tan mohon maaf Nadia sepertinya harus ke toko hari ini juga, ada hal yang harus Nadia urus, tan!" Nadia bersalaman kepada tante Retno setelah ia mencium punggung tangan tantenya dan memberikan ciuman di kedua pipi tante Retno.
"Inget ya sayang jangan telat pulangnya, karena sahabat ayahmu akan datang kesini malam ini!!" Teriak tante Retno yang melihat Nadia sedikit berlari.
"Insyaa Allah sebelum magrib Nadia sudah sampai rumah lagi, tan!" Teriaknya saat ojek online yang ia pesan sudah tiba. "Dadah, tan. Assalamu'alaikum." Nadia menutup pintu.
Sebelumnya tante Retno menyuruh agar Nadia diantar oleh supir. Namun Nadia menolaknya dengan halus karena bila ia menggunakan mobil itu akan sedikit menghambat perjalanan nya untuk lebih cepat tiba di sana. Dan akhirnya Nadia memilih naik ojek online dan ketika pulang nanti dia akan membawa motor metiknya ke rumah sang om.
*
*
*
Tiba di toko kue Nadia langsung memberikan helem yang ia gunakan kepada bapak ojek separuh baya. "Terimakasih ya, pak! " Nadia juga mengulurkan uang seratus ribuan. Sedangkan tarif untuk ia sampai ke tempat tujuan hanya enam puluh ribuan.
"Neng ini kembaliannya!" Teriak bapak tukang ojek online. "Berkah selalu ya, neng!" Bapak berjaker hitam hijau itu tersenyum tak kala melihat Nadia tersenyum kepadanya.
"Gak apa-apa pak, ambil saja. Aamiin!" Nadia masuk ke dalam toko di sana wajah bu Farid dan beberapa pekerja menatap wajah Nadia dengan lega.
"Assalamu'alaikum, bagaimana kejadiannya?" Dan Nadia melihat semua kue kue berhamburan di lantai dan Nadia bersyukur tidak ada korban.
"Wa'alaikum salam!" Ucap mereka bersamaan. Dan salah satu karyawan Nadia menceritakan kejadiannya saat ia baru akan membuka toko kue.
Saat pagi tadi ada beberapa orang asing yang sudah mengobrak abrik toko kue Nadia. Entah siapa yang melakukan. Namun Randi seperti. mempunyai insting bila yang melakukan hal tersebut adalah toko kue di seberang sana yang sejak awal Nadia membuka cabang baru di sini pemilik toko kue seorang tokonya selalu berbicara tidak baik kepada mereka dan kemarin pemilik toko kue Mentari (nama toko kuenya) ia mengancam akan membuat toko kue Nadia tutup. Tia pun membenarkan perkataan Randi karena waktu sore kemarin Randi dan Tia yang sedang menjaga toko.
"Lalu kenapa bu Farid bisa berada di sini?" Tanya Nadia.
"Kebetulan saya dan Joko mengantarkan beberapa bahan kue yang sudah Tia pesan karena kehabisan stock bahan bakunya, neng! " Jelas bu Farid.
"Besok besok kalau memang ada kejadian seperti ini lagi langsung telpon saja ke kantor polisi. Ooh ya sudah lihat CCTV yang di depan toko belum? Biar nanti bisa jadi bukti. Saya akan melaporkan hal ini, biar mereka gak berulah lagi."
"Tapi, mba. Sepertinya akan susah mengenali mereka karena mereka memakai topeng penutup wajah semua." Jelas Tia yang ketika itu sempat melihat para penjahat itu meninggalkan toko.
Saat Nadia melihat rekaman CCTV, Nadia melihat plat nomer salah satu dari penjahat tersebut. "Ini bisa kita berikan kepada polisi untuk bukti laporannya. Tia nanti kamu ikut saya ke kantor polisi, ya!"
Nadia pulang ke rumah bersama Tia untuk mengambil motor miliknya di rumah. Dan mengambil beberapa keperluan yang ia butuhkan tak lupa ia membawa laptop miliknya. Saat Nadia sudah mengeluarkan motor metik merahnya. Mbah Rumi tetangga sebelah rumahnya menghampiri dirinya.
"Assalamu'alaikum, neng Nadia. Baru kelihatan toh?" Sapa mbah Rumi
"Wa'alaikum salam, iya mbah. Mbah sehat?" Nadia mencium pungung tangan mbah Rumi.
"Alhamdulillah, sehat. Neng, si mbah rencana mau jual atau ngontrak ini rumah si mbah. Karena anak si mbah minta untuk si mbah tinggal sama dia di kota H. Barang kali neng Nadia ada kenalan mau ngontrak atau beli rumah simbah?" Ucap mbah Rumi tersenyum kepada Tia yang ada di sebelah Nadia.
"Nanti Nadia coba cari tahu ya mbah, kalau ada nanti Nadia akan sampaikan kepada mbah Rumi. Dan mohon maaf, banget Nadia buru buru ada urusan, mbah. Jadi Nadia mohon pamit ya mbah?" Nadia menaiki motor metiknya berasal Tia setelah menggembok semua pintu rumah dan pagar rumahnya.
"Iya silahkan, neng. Hati hati di jalan!"
"Assalamu'alaikum!" Nadia berlalu dari hadapan mbah Rumi sambil menurunkan kepala tanda menghormati yang tua.
Saat Nadia berlalu salah satu tetangga Nadia ada yang mendekati mbah Rumi. "Si mbah tau si Nadia itu kemana aja, dia ngomong apa aja sama simbah?" Tanya Narti tetangga yang hobinya suka bergosip.
"Narti, Narti kamu tuh jadi orang selalu ingin tahu aja urusan orang lain. Sudah sana urusin aja dapur kamu, nanti tu masakan mu gosong." Jawab Mbah Rumi yang berlalu pergi dari depan rumah Narti.
"Hiihhh simbah dasar. Samanya sama si Nadia. Sok jadi orang paling alim aja." Gerutu bu Narti mengumpat di belakang mbah Rumi dan saat ia masuk ke dalam rumahnya ia mencium bau gosong. Dan benar saja tempe gorengnya sudah menghitam.
*
*
*
Nadia sudah memberikan bukti dan keterangan kepada polisi. Dan dia berharap polisi bisa menemukan penjahat pe jahat yang sudah merusak toko kue miliknya. Bukan hanya merusak penjahat itu pun memberikan peringatan kepada Nadia lewat kertas yang berisi ancaman kepada Nadia dan para pekerja nya. kertas itu pun Nadia serahkan kepada polisi untuk di jadikan bukti.
Setelah menyelesaikan urusannya di kantor polisi Nadia dan Tia kembali lagi kerja toko kue disana bu Farid dan Randi serta dua orang pekerja dari toko pelangi dua datang untuk membantu mereka membereskan semua yang sudah di acak acak dan di rasakan para penjahat tersebut.
Saat Nadia akan masuk sebuah mobil berhenti di depan tokoknya. "Assalamu'alaikum, Dek Nadia?" Pria berkemeja baby blue tersebut turun dan mendekati Nadia saat Nadia dan Tia turun dari motor.
Nadia menyuruh Tia untuk masuk duluan ke toko. "Wa'alaikum salam, kak Yusuf!" Nadia melihat pria yang sudah mengisi hatinya tersenyum kepadanya dan Yusuf memberikan paper bag berwarna jingga kepada Nadia. "Apa ini, kak?" Nadia masih ragu untuk menerimanya.
"Kebetulan kemarin kakak habis ke luar kota dan kakak tahu kalau kamu suka dengan batik dari solo!" Yusuf membelikan baju gamis bermotif batik yang sederhana namun sangat cantik bagi nya ketika Nadia yang memakainya.
"Terima kasih, kak. Berkah selalu untuk kak Yusuf. Kok kak Yusuf tau kalau Nadia ada di sini?" Nadia hendak mengobrol di dalam dan seseorang melewati Nadia dan Yusuf dengan berjalan seperti orang mencari perhatian.
"Makanya jadi orang jangan sombong. Kena kan tokonya di obrak abrik sama perampok!" Ketua ibu ibu yang bertubuh gempal dengan hiasan yang sangat menor dan seperti toko emas berjalan.
Nadia hanya tersenyum tidak menimpali nya. Dan mengajak Yusuf untuk masuk ke dalam toko yang sedikit sudah di rapih.
"Siapa ibu ibu itu, dek?" Yusuf masih melihat ke arah ibu ibu tersebut. Dimana ibu ibu itu berjalan ke arah toko sebrang toko kue Nadia
"Nadia juga gak kenal, kak? Sepertinya dia orang baru yang baru menyewa toko di depan.
Saat Yusuf masuk dia melihat tembok toko kue yang masih kotor dan beberapa pecahan dari toples toples kue kering yang biasa Nadia gunakan.
" Astagfirullah, siapa yang melakukan ini?" Tanya Yusuf.
"Entahlah, kak. Kak Yusuf tahu Nadia ada disini dari Kiren, iya?"
"Iya, Kiren yang kasih tau kalau toko kue milikmu ada yang menjajah." Yusuf memberikan senyuman ketika ia melihat beberapa pekerja Nadia sedang merapihkan ruangan toko.
"Sebentar ya kak, ada hal yang mau Nadia sampaikan sama mereka." Nadia menunjuk kepada para pekerjanya saat Yusuf duduk di tempat duduk yang ada di toko kue Nadia.
Yusuf menganggukkan kepalanya tanda mempersilahkan Nadia melakukannya.
Nadia mengumpulkan para pekerja yang ada di toko tersebut. Ia memberi tahu kan bila toko kue pelangi cabang tiga ini akan ditutup sementara selama perbaikan dan perenovasian yang akan di lakukan. Tia sementara membatu di toko kue pelangi dia sedangkan Randi dan dua lainnya membatu di toko kue pusat. Karena di sana memerlukan banyak orang untuk membantu pembuatan kue yang biasanya lebih banyak pesanan dari luar daerah.
Bu Farid akan pamit untuk kembali ke toko kue pusat. Namun Nadia mencegahnya karena ada hal yang ingin Nadia sampaikan kepada bu Farid, pekerja yang sudah bekerja saat ibunya baru buka toko kue 5 tahunan yang lalu.
Nadia bertanya apakah bu Farid masih mengontrak di kontrakan petakan bersama anak anaknya. Apalagi Nadia tahu belum lama suami bu Farid sudah tiada karena korban tabrak lari. Jadi Nadia di jalan tadi memikirkan perkataan mbah Rumi yang akan mengontrakan rumahnya. Dan Nadia berniat akan mengontrakkan nya untuk bu Farid dan ke 4 anaknya. Dan bila bila bisnisnya bersama Anyelir berhasil kemungkinan rumah itu akan ia belikan untuk bu Farid.
"Yaa Allah, neng. Ibu sangat seneng banget ketika neng Nadia udah bayarin kontrakan ibu waktu dulu, dan sekarang neng Nadia malah mau belikan rumah untuk ibu. Ibu sangat tidak enak hati, karena susah menjadi beban untuk neng Nadia." Bu Farid menangis di pelukan Nadia saat mendengar perkataan Nadia barusan.
"Ibu dan anak anak ibu doakan saja semoga apa yang Nadia harapkan Allah khobulkan dan Nadia bisa merealisasikan apa yang sudah Nadia niatkan untuk ibu dan keluarga." Nadia mengelus punggung bu Farid.
"Yaa Allah, mulia sekali hati neng Nadia. ibu dan anak anak tidak bisa membalas apa apa, cukup Allah yang membalas kebaikan neng Nadia dengan takdir yang baik baik untuk neng Nadia." Bu Farid menghapus air matanya.
Dan saat bu Farid hendak pulang ia melihat Yusuf yang duduk di dalam. Ia menyapa Yusuf dan berpamitan kepada semuanya.
Randi sedang membersihkan meja kasir bersama temannya Anton. "Mba Nadia itu baik banget ya, perhatian banget sama kita kita apa lagi sama keluarga bu Farid. Tadi elo dengar kan kalau? kalau mba Nadia mau ngebeli in bu Farid rumah yang di deket rumahnya." Ucap Randi.
"Iya, iya. Kalau gue jadi mba Nadia, gue bakalan renovasi rumah gue dulu biar megah dan mewah. Baru gue bahagiain orang lain. Hahahaha." Canda Anton yang baru beberapa bulan bekerja di toko kue milik Nadia.
"Hala elo. Mikirnya gitu sih. Makanya Allah gak nakdirin elo buat jadi kaya." Randi memukul Anton dengan kemoceng yang ada di tangannya.
Yusuf mendengar percakapan mereka berdua. Sudut bibirnya melebar dan ia berkata dalam hati nya. "Masyaallah Allah, kamu memang wanita yang berbeda, Nadia. Hatimu sangat mulia dan tulus dalam membantu orang lain.
Nadia datang dan menyaksikan pria yang ada di hadapannya sedang tersenyum sendiri. " Kenapa kak Yusuf senyum senyum sendiri. Memang ada hal yang lucu kah di sini?" Nadia meraih paper bag berwana jingga yang ia letakan di sofa dekat Yusuf.
"Ahhh, tidak. Tidak apa apa, sedang ingat sesuatu hal yang lucu aja. Dek, mau pergi kah?" Tanyanya saat Nadia juga meraih tas ransel miliknya yang tak jauh dengan paper bag miliknya.
"Kebetulan Nanad mau ke rumah mba Rumi sebentar setelah itu Nanad akan kembali ke kota H ke rumah om Brama." Nadia sudah memakai tas ranselnya.
"Mau kakak anter gak?" Yusuf berdiri dan mengekor di belakang Nadia.
Nadia mengucapkan salam kepasa semua pekerja yang ada di dalam dan me inggalkan toko kue tersebut.
"Nadia bawa motor sendiri saja, kak!"
"Baiklah kalau gitu kakak ikutin dari belakang ya?" Yusuf masuk ke dalam mobil dan melihat wanita yang sangat ia kagumi sedang memakai helem dan sudah menyalakan mesin motornya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 136 Episodes
Comments
Bang Ipul
hatimu sungguh mulia sekali nad
2024-06-12
0