18. Jambu Biji Merah

Nadia dan Kiren pun masuk ke ruangan tersebut nuansa asri dan sejuk menjadi kesukaan para pengunjung betah berlama lamaan di cafe tersebut. Ada beberapa orang menatap kedatangan Nadia dan Kiren salah satunya adalah pria berjas warna coklat muda menatap dua wanita yang baru saja melewatinya.

"Ngapain cewe itu ada di sini?" Batin Raju yang baru saja menyelesaikan meeting bersama salah satu klien nya. Sedangkan Gunawan yang baru saja duduk melihat ke arah mata Raju yang melihat ke arah depan.

"Halooo. Kesambet lo. Apaan sih yang lo liat?" Celeut Gunawan yang baru selesai dengan hajat nya di toilet.

"Gue ngeliat cewe itu ada di sini!" Jawabnya dengan pandangan yang belum beralih ke tempat lain.

"Cewe mana? Kan cewe kenalan elo banyak!" Tanya Gunawan penasaran.

"Tar gue ceritain. Yukkk, kita balik ke kantor?" Ajak Raju

"Lah kata elo mau liat cabang hotel yang disini?"

"Iya, maksud gue gitu." Sejak pagi tadi Raju sudah berada di kota M untuk melihat sebuah hotel milik perusahaan papih nya. Hotel Daulay Syakh yang belum genap dua tahun di bagun di kota M. Raju dan Gunawan memasuki mobil. Mereka meninggalkan cafe tersebut menuju hotel milik keluarga Daulay.

*

*

Pesanan Nadia dan Kiren pun tiba. Salah satu pelayan di cafe tersebut sudah akrab dengan mereka berdua. "Silahkan di nikmati mba Nadia dan Mba Kiren!" Ucap pelayan yang memiliki rambut sebahu dengan setelan baju berwarna navy.

"Terima kasih, Lia!" Nadia dan Kiren tersenyum setelah Lia menyediakan semuanya di meja. Kentang goreng serta roti coklat keju yang menjadi favorit mereka berdua dengan dua gelas cokolate crimy panas.

"Sejak kapan kamu ada di makam?" Tanya Nadia yang baru saja memasukan satu stick kentang goreng. Ia menatap wajah Kiren yang duduk di hadapannya.

"Aku liat kamu masuk ke pemakaman. Kebetulan aku habis cari buku referensi buat skripsi aku yang belom kelar kelar. Jadi aku ikuti kamu, Nad. Tapi pas di tengah perjalanan ada temen ngajakin ngobrol sebentar dia juga abis dari makam ayahnya." Jelas Kiren yang ingin sekali bertanya banyak kepada Nadia.

Keduanya menikmati apa yang ada di atas meja. Kiren masih menatap wajah Nadia yang masih belum mau menjelaskan apa yang terjadi sebenarnya. Hingga akhirnya Kiren sendiri yang bertanya terlebih dahulu. "Jadi kamu gak mau berbagi cerita nih sama aku?"

Nadia menghentikan tangannya ketika ia ingin meminum minumannya. "Aku bingung harus mulai dari mana, Ki?" Tangan Kiren menggenggam tangan Nadia.

"Kamu bingung bagaimana menyikapi semua ini dan keluarga ummi Maryam ya?" Kiren mencoba menelaah masalah yang Nadia alami saat ini.

"Aku gak tau harus ngomong apa sama ummi Maryam, Ki. Karena aku..." Kata kata Nadia terhenti seketika air matanya jatuh membasahi kedua pipinya.

Kiren berdiri. Duduk di dekat Nadia sambil memeluk sahabatnya yang hatinya kini rapuh.

"Sabar ya, Nad. Aku bisa rasain posisi kamu sekarang."

Nadia memeluk erat tubuh sahabat yang sangat baik baginya. Nadia hanya terisak dengan tangisnya. Kiren mengelus lembut punggung Nadia. Nadia menceritakan semua kepada sahabatnya.

Tiga puluh menit mereka menghabiskan waktu di cafe teresebut. Nadia memutuskan untuk pulang ke rumahnya karena ia ingin bertemu dengan Mbar Rumi masalah rumah mbah Rumi yang akan ia beli.

"Nad aku pulang duluan ya." Kiren mengambil paper bag miliknya yang ia gantung di motor Nadia.

"Loh, kamu gak mau bareng sama aku? Jangan takut aku bakalan anterin kamu kok sampe depan pintu rumah kamu, Ki!" Ucap Nadia yang kini hatinya sudah sedikit lega karena bercerita kepada sahabat dekatnya.

"Kebetulan aku ada janji juga sama temen aku, Nad. Biasa cari tambahan otak buat skripsi. Hehehe."

"Loh itu bukanya kamu abis beli buku ya? Perlu aku bantuin gak buat nyusun skripsi kamu?" Tanya Nadia.

"Gak usah, kamu fokus aja sama acara nikahan kamu aja. Jangan lupa aku minta foto kamu sama calon suami kamu iya." Kiren mencubit pipi Nadia.

"Awww. Sakit Kiii... Udah deh jangan bahas itu. Orang sombong kaya dia mana mau. Alergi iya. Hahaha!" Nadia sudah mulai bisa mengatasi suasana hatinya.

Setelah keduanya berpisah Nadia mampir sebentar ke toko kue miliknya untuk melihat dan mengecek bahan bahan yang sudah habis.

*

*

*

Pukul empat sore Nadia sudah berada kembali di rumah om Brama. Motor merahnya sudah ia parkiran di garasi. Nadia menyapa bi Inah yang sedang menyiram tanaman di depan. "Assalamu'alaikum, Bi. Seneng bangat bi bersenandung terus?" Bi Inah sedang menyanyikan lagu pacar lima langkah.

"Wa'alaikum salam, ehhh neng Nadia sudah pulang toh. Ahhh, bibi jadi malu!" Bi Inah berbalik badan. Selang di tangannya masih mengalirkan air. Hingga tak sadar ia membasahi bajunya sendiri.

"Bi itu, baju bibi basah!" Teriak Nadia.

Bi Inah langsung melihat ke arah dirinya, Benar saja daster yang baru saja ia ganti sudah basah karena ulah tangannya sendiri. "Yaa Allah neng, bibi sampe gak sadar."

Nadia masuk sambil tersenyum karena tingkah bi Inah yang membuatnya merasa lucu. Retno yang sedang ada di ruang tamu melihat keponakannya yang tersenyum sangat lebar. "Wahhh, ada apa ini senyum senyum sendiri?" Tanya tante Retno ketika Nadia sudah menutup pintu.

Nadia mencium punggung tangan tantenya dengan takzim. "Itu, tan. Bi Inah, bajunya disiram sendiri sama dia tapi bi Inah gak sadar gitu." Jawab Nadia menceritakan.

"Loh kok bisa?" Tanya tante Retno heran. Saat itu juga bi Inah masuk dengan bajunya yang basah.

"Bi Inah bukannya nyiram tanaman nyonya, si bibi malah nyiram diri sendiri." Celetuk bi Inah yang masuk ke dalam rumah. Di tertawa oleh Retno dan juga pak Amir yang akan mengambil kunci mobil.

"Si bibi ini emang ada ada aja kelakuan yang bikin kita ketawa. Kemarin di suruh beli lemon di super market ehhh dia malah ambil mama lemon pencuci piring." Nadia tersenyum mendengar cerita dari tante Retno.

"Yang penting sama sama ada lemon ya, nyonya." Timpal bi Inah.

"Bi Inah lagi ke pincut duda Rt sebelah nyonya. Pacar lima langkah!" Celetuk pak Amien yang sudah mendapatkan kunci mobil.

"Apa si kamu, Mir. Bilang aja cemburu, inget istri di kampung Mir. Jangan usaha terus buat deketin aku!" Balas bi Inah yang sudah sepuluh tahun ikut dengan keluarga Brama semenjak suaminya meninggal karena sakit keras. Bi Inah berusia 40 tahun, ketiga anaknya tinggal di kampung bersama adiknya bi Inah.

"Sudah sudah jangan ribut. Kalian berdua ini setiap hari pasti ada aja yang di ributin. Sudah pak Amir jamput tuan. Bi Inah lanjutin kerjaan di belakang." Retno yang selalu menjadi pemisah ketika pak Amir dan bi Inah berselisih.

Nadia hanya tersenyum kerandoman di keluarga Brama. "Tan, Nadia izin ke kamar dulu ya." Nadia hendak melangkah namun Retno memanggilnya kembali.

"Tunggu, nak. Nanti jam lima kamu ikut tante ya. Tante sudah pesan baju pengantin untuk acara pernikahan mu minggu depan." Ucapnya dengan berjalan mendekati Nadia.

"Baik, tan." Suasana hati Nadia berubah kembali. Seolah ia memikirkan kembali tentang semua yang harus ia lakukan. Tangga demi tangga ia naiki. Ia hampir lupa dengan paper bag berwarna coklat yang berisi buah, yang sengaja ia beli untuk tante Retno. Karen Nadia tahu Retno sangat suka dengan kus buah jambu merah.

Nadia turun kembali sambil memberikan paper bag tersebut kepada Retno. "Nanad sampe lupa. Tadi Nanad beli jambu biji merah kesukaan tante. Kebetulan ada tetangga yang habis panen buah jambu. Nand inget kalau Tante suka jambu merah, Nanad beli deh."

Retno yang mau ke arah dapur terkaget dengan panggilan Nadia. "Wahhh, kamu inget aja dengan buah kesukaan tante. Maksih ya sayang." Retno mencium pucuk kepala Nadia. " Banyak banget ini, sayang?"

"Nadia cuma beli 2 kilo, tan. Ya sudah Nadia ke atas ya, tan!"

"Terima kasih ya, sayang!" Ucap Retno yang meminta bi Inah untuk membersihkan jambu jambu itu serta memasukannya ke dalam kulkas.

*

*

*

Raju dan Gunawan tiba di kota H pukul delapan malam. Raju yang tak ingin pulang ke rumah mengajak Gunawan untuk ke apartemen nya. Gunawan mengikuti kemauan sahabat plus bosnya ketika di kantor. "Kenapa akhir akhir ini lo lebih suka ke apartemen dari pada pulang ke rumah bokap lo, sih?" Tanya Gunawan yang belum rahi prihal perjodohan Raju dan Nadia.

"Gue males bokap gue selalu ngebahas tentang pernikahan gue sama gadis pinggir kota." Raju sudah menekan password pada pintu apartemen miliknya.

Gunawan duduk di ruang tamu setalah ka melepas jas miliknya di sisi sofa. Ia berjalan menuju dapur untuk membuat kopi kesukaannya. "Elo mau sekalian gue buat gak nih?"

"Boleh, gue mandi dulu ya. Nanti elo pesen aja makanan di hape gue. Gue lagi males makan di luar." Raju menutup pintu kamarnya setelah selesai berbicara dengan Gunawan.

"Asyik kapan lagi gue bisa pilih sendiri. menu makanan kesukaan gue!" Gunawan berbicara sendiri.

*

Di tempat lain. Nadia dan tante Retno sedang sedang memilih hain pengantin yang akan Nadia gunakan di acara penikahannya dengan Raju. Tante Retno memilihkan gaun mewah berwarna putih dan satu lagi berwarna putih gading yang begitu indah dan kelihatan mewah. "Gaun ini cocok nih buat kamu, Nad?" Retno memperlihatkannya kepada Nadia.

"Kebetulan ini gaun edisi terbatas jeng. Cocok banget buat kamu yang cantik dan ayu." Ucap sahabat Retno sang pemilik butik. "Kalau tante punya anak laki laki pasti tante udah.. minta kamu buay jadi menantu tante, sayang!"

"Makanya kamu usaha lagi bair dapet anak laki laki, Des!" Timpal Retno.

Nadia hanya tersenyum dengan ucapan Retno dan sahabat tantenya. "Gaun itu terlalu mewah, tan. Nadia suka dengan gamis ini aja, tan?" Nadia menunjukan gamis berwarna putih dengan model Arabian Pakistan yang menurut nya sederhana dan elegan.

"Kamu yakin, sayang?" Tanya Retno yang menurutnya itu sangatlah sederhana.

"Bukankah pernikahan itu acara yang sangat penting, kenapa kamu pilih gamis ini, Nak!" Tanya Desi sahabat Retno.

"Gak apa apa, tan. Pernikahan gak harus semuanya serba mewah. Karena semua akan terlihat mewah ketika kita bisa memahami dan mensyukuri nya dengan penuh rasa bersyukur kepada Allah sang Maha kaya." Jawab Nadia yang ingin mencoba gamis tersebut. Namun ketika ia akan masuk ke ruang ganti ia sekilas melihat gamis bermotif batik yang hampir sama dengan pemberian Yusuf yang num sempat ia me coba untuk memakai baju tersebut.

Nadia mencoba untuk melihat gamis batik tersebut. Dia sangat terkejut dengan harga gamis batik yang bisanya Nadia bisa membeli gamis gamis dengan harga ratusan ribu saja. Ia lihat nominal dari harga gamis batik yang ada di butik tersenut. "Yaa Allah apakah harga gamis yang kak Yusuf berikan kepadaku sama dengan harga gamis ini? Batin Nadia. Nadia pun hampir lupa meletakkan gamis pemberian Yusuf.

*

Kembali ke Raju dan Gunawan yang ada di apartemen. Setelah Raju selesai dengan kegiatanya di kamar mandi. Ia keluar dengan menggunakan kasi polo berwarna putih dan celana di atas dengkul berwarna abu-abu. Seketika keningnya mengerut ketika ia melihat makanan yang tersaji di meja ruang tamu. Ada dua burger dan dua porsi iga bakar dari rumah makan favorit Gunawan. Raju langsung mengambil bantal kecil yang ada si sofa. Bantal itu melayang ke wajah Gunawan yang baru akan memakan burger berukuran jumbo. "Gue nyuruh elo beli buat makan malem, kenapa elo malah beli cemilan begini? " Raju lagi lagi melempar bantal ke hadapan Gunawan.

"Tadi kan lo bilang gue suruh mesen apa aja. Ya udah gue mesen sesuai selera gue. Coba siapa yang salah!" Gunawan berdiri untuk. mengisi air mineral ding ke dalam gelasnya yang sudah kosong.

"Dasar lo otak Dollar, emang. Pokoknya gue gak mau tahu elo kudu cariin makan buat gue sekarang juga!" Raju duduk di ruang TV dan menekan tombol power TV.

"Duitnya mana?" Gunawan mengulurkan tangan dari belakang tubuh Raju. Seperti anak kecil yang sedang meminta uang najan kepasa ibunya. Tahan kirinya memegang burger kesukaannya.

"Pake duit lo sendiri, makanan elo aja pake duit gue, sekarang giliran elo beliin makanan buat gue pake duit elo." Raju fokus melihat ke arah TV.

"Tega banget loe ya. Orang gajian masih seminggu lagi. Gue aja lagi irit irit ini make duit!" Gerutu Gunawan ketika akan pergi meninggalkan Raju.

"Ya udah elo gak usah pergi. Biar gue Delivery aja, tapi inget gajih elo gue potong ya?" Gunawan hanya bisa pasrah dengan keputusan sang bos.

Setelah setengah jam berlalu perut Gunawan sudah kenyang dengan makanan yang ia pesan. Raju tidak mengizinkan Gunawan pergi sebelum ia menghabiskan makanan yang ia pesan hingga habis di saat itu juga. Saat makanan Gunawan habis kan perutnya terasa penuh dan matanya mulai mengantuk. Seperti biasa ia tidur di sofa ruang tamu. Sedangkan Raju memilih masuk ke kamar dan menyalakan laptop miliknya untuk mengecek apakah Anyelir sudah mengirimkan file file yang ia minta dua hari lalu.

Terpopuler

Comments

Bang Ipul

Bang Ipul

lanjuut

2024-06-25

0

lihat semua
Episodes
1 Bab. 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab. 4
5 Bab. 5
6 Bab. 6
7 Bab. 7
8 Bab. 08
9 9. CEO Saklek
10 09. Miss Bee
11 11. Tempat Kenangan
12 12. Si Otak Dollar
13 13. Belum Berstatus Suami-istri
14 14. Teman Lama Bertemu Kembali
15 15. Paper Bag Berwarna Jingga
16 16. Makan Malam
17 17. Kesedihan dalam Curhatan
18 18. Jambu Biji Merah
19 19. Pil Penenang
20 20. "Ini apartemen apa rumah makan yang habis dijajah orang?"
21 21. Wanita Seribu Tangan
22 22. Password Baru
23 23. Salah Pegang
24 24. Tersesak Udang Saus Padang
25 25. Ke Rumah Mertua
26 26. Kiranti Obat Sedih
27 27. Berganti Peran
28 28. Dalam Kebimbangan
29 29. Ada Rasa
30 30. Perkara Roti Sobek
31 31. Belajar Mengaji
32 32. Sebagai Permintaan Maaf
33 33. Belanja Bersama
34 34. Mencium Tangan
35 35. Hancur dan Pupus
36 36. Gadis Kecil Itu.
37 37. Akhirnya Ku Menemukanmu
38 38. Ratu Gosip
39 39. Permintaan Maaf
40 40. Kangen Masakkan Kamu
41 41. Malu
42 42. Cincin Pilihan Yusuf
43 43. Terkejut
44 44. Pasar Malam
45 45. Aku belum Siap, Mas!"
46 46. Perkara CCTV
47 47. Jam Tangan Couple
48 48. Bajigur dan Kue Pisang
49 49. Switer Yang Bikin Panas semakin Memanas
50 50. Lebah Keciku
51 51. Menyatukan Perasaan
52 52. Arman Sahabat Masa SMA
53 53. Dilema
54 54. Cewe Petakilan
55 55. Sarung Mukena
56 56. Pilihan Raju
57 57. Frustasi Tingkat Tinggi
58 58. Kisahku Seperti Kue Nastar
59 59. Tidur Sore
60 60. Aku Lebih Suka Sup Goulash
61 61. Kontrak Kerja Sama
62 62. Jus Pakai Garam?
63 63. Nasi Bungkus Padang
64 64. Luka Yang Tergores Kembali
65 65. Nun Sukun dan Tanwin
66 66. Hujan Deras
67 67. Taqdir Allah Lebih Indah
68 68. Wanita Bergamis Hitam
69 69. Di Luar Dugaan
70 70. Kekhawatiran
71 71. Pagi Yang Penuh Semangat
72 72. Cinta Lama Yang Berkembang
73 73. Hari Sabtu Yang Ditunggu
74 74. Acara Lamaran Fatimah
75 75. Bioskop Atau Bareng Suami?
76 76. Kamar Mandi
77 77. Aku Benci Perselingkuhan
78 78. Gak Konsen
79 79. Silaturahim Bibir
80 80. Kebahagiaan Seorang Sahabat
81 81. Seandainya
82 82. Kejutan
83 83. Siapa laki laki itu?
84 84. Ruang Oprasi
85 85. "Coba Lihat Aja?"
86 86. Neng Nadia
87 87. Kamu Suka?
88 88. PERGI!
89 89. Di bawah Payung Hitam
90 90. Masih seperti yang dulu
91 91. "Maaf, ummi!?"
92 92. Kurang!"
93 93. Dokternya kamu, ya aku?"
94 94. Jodoh Masa Kecilku
95 95. Alhamdulillah...
96 96. Dimana kamu, Sayang?
97 97. Adonan
98 98. Gak Usah Basa basi
99 99. Aku Gendutan ya?"
100 100. Takut
101 101. Kekecewaan
102 102. Alat Tes Kehamilan
103 103. Pilu
104 104. Tom And Jerry
105 105. Terima Kasih!
106 106. Awas Kamu ya?
107 107. Rahasia
108 108. "Aku Monica! "
109 109. Pilih Apa?
110 110. Tasyakuran
111 111. Si Robet
112 112. Kemarahan Raju
113 113. Abang?
114 114. "Kualat"
115 115. Malam Peresmian
116 116. Bandara
117 117. Aku pulang!
118 118. Sop Iga
119 119. Permintaan Ku
120 120. Opletnya Mandra
121 121. Belum bisa Move On
122 122. Gudang
123 123. Berlumur Darah
124 124. "Mas, kamu kenapa?"
125 125. Merawat mu
126 126. "MAAF"
127 127. Mengundurkan Diri
128 128. Ke Kota B
129 Villa Penuh Kenangan
130 Panti Asuhan Al Kautsar
131 131. Murka Sang Papih
132 132. Cocok Punya Anak
133 133. Aku Pulang
134 134. Kejutan
135 135. "Kenapa ada yang lucu ya? "
136 137. Kebakaran
Episodes

Updated 136 Episodes

1
Bab. 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab. 4
5
Bab. 5
6
Bab. 6
7
Bab. 7
8
Bab. 08
9
9. CEO Saklek
10
09. Miss Bee
11
11. Tempat Kenangan
12
12. Si Otak Dollar
13
13. Belum Berstatus Suami-istri
14
14. Teman Lama Bertemu Kembali
15
15. Paper Bag Berwarna Jingga
16
16. Makan Malam
17
17. Kesedihan dalam Curhatan
18
18. Jambu Biji Merah
19
19. Pil Penenang
20
20. "Ini apartemen apa rumah makan yang habis dijajah orang?"
21
21. Wanita Seribu Tangan
22
22. Password Baru
23
23. Salah Pegang
24
24. Tersesak Udang Saus Padang
25
25. Ke Rumah Mertua
26
26. Kiranti Obat Sedih
27
27. Berganti Peran
28
28. Dalam Kebimbangan
29
29. Ada Rasa
30
30. Perkara Roti Sobek
31
31. Belajar Mengaji
32
32. Sebagai Permintaan Maaf
33
33. Belanja Bersama
34
34. Mencium Tangan
35
35. Hancur dan Pupus
36
36. Gadis Kecil Itu.
37
37. Akhirnya Ku Menemukanmu
38
38. Ratu Gosip
39
39. Permintaan Maaf
40
40. Kangen Masakkan Kamu
41
41. Malu
42
42. Cincin Pilihan Yusuf
43
43. Terkejut
44
44. Pasar Malam
45
45. Aku belum Siap, Mas!"
46
46. Perkara CCTV
47
47. Jam Tangan Couple
48
48. Bajigur dan Kue Pisang
49
49. Switer Yang Bikin Panas semakin Memanas
50
50. Lebah Keciku
51
51. Menyatukan Perasaan
52
52. Arman Sahabat Masa SMA
53
53. Dilema
54
54. Cewe Petakilan
55
55. Sarung Mukena
56
56. Pilihan Raju
57
57. Frustasi Tingkat Tinggi
58
58. Kisahku Seperti Kue Nastar
59
59. Tidur Sore
60
60. Aku Lebih Suka Sup Goulash
61
61. Kontrak Kerja Sama
62
62. Jus Pakai Garam?
63
63. Nasi Bungkus Padang
64
64. Luka Yang Tergores Kembali
65
65. Nun Sukun dan Tanwin
66
66. Hujan Deras
67
67. Taqdir Allah Lebih Indah
68
68. Wanita Bergamis Hitam
69
69. Di Luar Dugaan
70
70. Kekhawatiran
71
71. Pagi Yang Penuh Semangat
72
72. Cinta Lama Yang Berkembang
73
73. Hari Sabtu Yang Ditunggu
74
74. Acara Lamaran Fatimah
75
75. Bioskop Atau Bareng Suami?
76
76. Kamar Mandi
77
77. Aku Benci Perselingkuhan
78
78. Gak Konsen
79
79. Silaturahim Bibir
80
80. Kebahagiaan Seorang Sahabat
81
81. Seandainya
82
82. Kejutan
83
83. Siapa laki laki itu?
84
84. Ruang Oprasi
85
85. "Coba Lihat Aja?"
86
86. Neng Nadia
87
87. Kamu Suka?
88
88. PERGI!
89
89. Di bawah Payung Hitam
90
90. Masih seperti yang dulu
91
91. "Maaf, ummi!?"
92
92. Kurang!"
93
93. Dokternya kamu, ya aku?"
94
94. Jodoh Masa Kecilku
95
95. Alhamdulillah...
96
96. Dimana kamu, Sayang?
97
97. Adonan
98
98. Gak Usah Basa basi
99
99. Aku Gendutan ya?"
100
100. Takut
101
101. Kekecewaan
102
102. Alat Tes Kehamilan
103
103. Pilu
104
104. Tom And Jerry
105
105. Terima Kasih!
106
106. Awas Kamu ya?
107
107. Rahasia
108
108. "Aku Monica! "
109
109. Pilih Apa?
110
110. Tasyakuran
111
111. Si Robet
112
112. Kemarahan Raju
113
113. Abang?
114
114. "Kualat"
115
115. Malam Peresmian
116
116. Bandara
117
117. Aku pulang!
118
118. Sop Iga
119
119. Permintaan Ku
120
120. Opletnya Mandra
121
121. Belum bisa Move On
122
122. Gudang
123
123. Berlumur Darah
124
124. "Mas, kamu kenapa?"
125
125. Merawat mu
126
126. "MAAF"
127
127. Mengundurkan Diri
128
128. Ke Kota B
129
Villa Penuh Kenangan
130
Panti Asuhan Al Kautsar
131
131. Murka Sang Papih
132
132. Cocok Punya Anak
133
133. Aku Pulang
134
134. Kejutan
135
135. "Kenapa ada yang lucu ya? "
136
137. Kebakaran

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!