16. Makan Malam

Yusuf mengikuti Nadia dari Nadia ke rumah mbah Rumi untuk membicarakan masalah rumah mbah Rumi yang ak di kontrak selama enam bulan dan bila Nadia sudah ada yang ia ingin membeli rumah mbah Rumi untuk bu Farid. Agar bila nanti ia jadi menikah Nadia bisa menitipkan pula rumah nya kepada bu Farid.

Nadia ke luar rumah mbah Rumi dan Nadia tidak sadar ketika mobil Yusuf tetap mengikutinya. Yusuf khawatir bila Nadia pergi sendiri, karena perjalanan ke kota M sampai ke kota H lumayan memakan waktu sampai dua jam. Ketika azan ashar Nadia menepi untuk sholat ashar di masjid begitu juga dengan Yusuf ia menepikan mobilnya setelah Nadia memarkirkan motor metik nya di depan parkiran masjid.

"Loh itu kan kak Yusuf, jadi dia mengikuti aku sampai ke sini?" Nadia berbicara pada dirinya sendiri. Hingga orang yang baru saja selesai melaksanakan sholat menoleh padanya.

"Si neng ngomong sama saya?" Tanya bapak bapak berkoko putih dengan kasih sarung warna hijau garis garis.

"Ehh, gak pak. Saya sedang bicara sendiri aja." Jawab Nadia hingga bapak itu menggelengkan kepalanya.

"Anak jaman sekarang kelakuannya emang aneh!" gerutu bapak tersebut kepada teman nya yg sudah duluan berjalan.

Nadia berhenti sejenak sambil menunggu Yusuf yang memarkirkan mobilnya. "Kak Yusuf!" Panggil Nadia.

Yusuf menoleh dan ia hafal benar dengan suara wanita yang selalu membuatnya tersenyum manis. "Loh, bukanya dek Nanad tadi sudah masuk ke masjid ya?" Pikir Yusuf Nadia tidak melihat kedatangannya.

"Belum. Kak Yusuf kenapa ngikutin Nadia sampai sini. Perjalanan Nadia cukup lama loh, kak?" Nadia berjalan sejajar dengan Yusuf menuju depan masjid

"Gak jauh kok. Kebetulan kakak juga ada teman yang tinggal searah dengan rumahnya om dek Nadia!" Yusuf sebenarnya hanya ingin tahu rumah om Brama. Dan Yusuf sudah terbiasa menempuh perjalanan sampai ke kota H, karena ia sering meeting dengan para pengusaha dan ada beberapa temannya yang memang tinggal di kota H.

"Oooh, gitu." Nadia sudah membuka sepatunya dan menuju tempat wudhu wanita. Sedangkan Yusuf berjalan ke arah tempat wudhu laki laki.

Beberapa menit mereka melaksanakan sholat. Yusuf yang sudah selesai duluan menunggu Nadia di depan teras masjid. Jam sudah menunjukan setengah lima sore. Sedangkan perjalanan mereka masih satu jam setengah. Ketika Nadia sudah datang Yusuf meletakan sepatu milik Nadia. "Ini sepatunya, dek!"

Nadia melihat perlakuan Yusuf. "Terimakasih, kak!"

"Sama sama!"

Mereka berdua melanjutkan perjalanan mereka. Yusuf sempat menawarkan kepada Nadia untuk makan. Namun Nadia menolaknya ajak kan Yusuf karena Nadia tidak ingin mengecewakan om dan tantenya. Satu jam perjalanan sudah Nadia dan Yusuf lalui. Namun tiba tiba hujan turun di pertengahan jalan. Yusuf menepikan mobilnya dan memanggil Nadia untuk masuk kedalam mobil. Nadia menolak karena ia bisa menggunakan jasa hujan untuk melindungi tubuhnya dari derasnya hujan. Dan baru saja beberapa menit Nadia melanjutkan perjalanannya petir menggelegar sangat kuat. Hingga Nadia sedikit takut. Yusuf sudah menepikan mobilnya saat melihat motor Nadia berhenti di sebuah mini market. Yusuf turun dari mobil dan menghampiri Nadia.

"Sudah kakak bilang naik mobil kakak aja, motor nanti bisa di titip kan ke temen kakak. ada temen kakak yang kebetulan dekat sini!" Yusuf berbicara sedikit berteriak karena air hujan yang sangat deras.

"Baiklah!" Nadia menurut saja. Saat ia melihat ponselnya ada beberapa panggilan tidak terjawab dari rante Retno. Dan dia membaca pesan singkat dari tantenya dan juga om Brama. karena mengkhawatirkan Nadia yang belum sampai juga sedangkan jam susah menunjukan pukul 17.45. Nadia membalas mengabarkan bahwa lima belas menit lagi ia akan sampai.

Yusuf sedang berbicara di telepon. Temannya bersedia untuk datang ke mini market yang Yusuf beri tahu untuk mengambil motor Nadia yang akan ia titip kan di rumah temannya Yusuf yang bernama Bastian.

Lima menit Nadia dan Yusuf menunggu temannya Yusuf sambil menjadi segelas kopi susu mereka beli di dalam mini market tersebut. "Itu Bastian datang!" Ucap Yusuf ketika temannya datang dengan membawa satu orang.

Setalah berbincang bidang sebentar Yusuf dan Nadia berpamitan. "Aku titip dulu ya, Bas. Besok aku kabarin kalau Nadia mau ambil motornya." Yusuf menjabat tangan temannya masa kuliah dulu.

"Siap, bro. Asyik dah yang udah punya calon istri. Jangan lupa undang undang kalau udah nikah!" Candanya sambil menepuk nepuk bahu Yusuf.

"Do'ain aja ya, Bas." Yusuf melangkah di ikuti oleh Nadia di belakangnya.

*

*

*

Dikediaman om Brama. Tante Retno dan Brama sudah beberapa kali mencoba menelpon Nadia. Namun ponsel Nadia sudah tidak aktif. Rasa cemas keduanya begitu terlihat oleh Syakila.

"Sudahlah mah. Mamah jangan khawatir begitu. Nadia kan tadi tadi sudah kasih kabar dia kalau dia akan sampe lima belas menitan lagi." Syakila mencoba menenangkan mamah dan papahnya.

"Iya, tapi sekarang sudah lewat dari lima belas menit, Sya." Brama yang angkat bicara dan melihat ke arah pintu masuk rumah miliknya.

Azan magrib pun berkumandang. Saat Retno dan Brama akan masuk ke dalam kamar untuk mengganti pakaian suara pintu pun terdengar dan mereka melihat wajah Nadia. Dengan baju yang terlihat sudah sedikit masih basah. "Assalamu'alaikum" Ucap Nadia.

"Wa'alaikum salam, Yaa Allah Nadia om sama tante khawatir banget tahu kamu belum pulang." Ucap Brama.

"Kami baik baik aja kan, kamu pulang naik motor sampe basah basahan begini?"

Belum juga Nadia menjawab namun tantenya mencecar Nadia dengan banyak pertanyaan.

"Kamu sudah makan? Terus motor kamu ada di mana kok tante gak denger suara motor? karyawan kamu gak ada yang luka kan karena kejadian itu? Terus..." Ucapan Retno terpotong karena Syakila akan membawa Nadia naik ke atas untuk mandi.

"Mamah, alhamdulillah Nadia pulang dengan selamat. Dan mamah kasih pertanyaan banyak banget gitu, Nadia nya kasian kan kedinginan gini." Celoteh Syakila. Dan Nadia hanya tersenyum sambil mencium pipi kiri kanan tante Retno.

"Maaf in tante ya Nadia. Karena tante terlalu khawatir sama kamu. Kamu kan belum lama sembuh." Retno mengelus kerudung Nadia yang masih basah.

Syakila membawa Nadia ke atas sedangkan Brama dan Retno melaksanak sholat magrib di mushola yang ada di dalam rumahnya.

Setelah semuanya selesai dengan ritual masing masing. Retno dan Syakila menuju ke kamar Nadia. Dimana Syakila akan merias'i wajah Nadia. Gamis yang mewah dan elegan telah di letakan di atas kasur Nadia oleh Syakila. Tante Retno membawakan segelas jahe madu untuk menghangatkan tubuh Nadia. "Nak, ini diminum dulu biar kamu gak masuk nagin nanti!" Perintah Tante Retno.

"Terima kasih, tan!" Nadia duduk di tepian tempat tidur bersama Syakila

"Semua keputusan untuk malam ini, kamu yang menentukan Nadia. Tante dan om tidak memaksakan kamu untuk menerimanya bila kamu tidak cocok." Tante Retno mengenggam erat tangan Nadia.

Aliran darah Nadia seolah memuncak di atas kepala, hatinya seperti sulit untuk di ungkapkan. Nanar matanya meredup ingin rasanya ia lari dari semuanya. Namun sesaat ia teringat akan ucapan ummi Mariam yang mengatakan bahwa inilah bakti anak ketika orang tua telah tiada maka seorang anak harus bisa memenuhi nazar orang tuanya kala itu. Namun Nadia hanya ingin mendengarkan kepastian dari cerita sahabat ayahnya.

"Mah, mamah. Pak Daulay dan keluarganya suda datang!" Teriak Brama sebelum mengetuk pintu kamar Nadia.

Retno bangkit dari duduknya. "Tamunya sudah datang, sayang. Cepet make up in Nadia!" Retno menutup pintu

Retno dan Brama turun dan menyambut kedatangan keluarga besar Daulay sahabat dari ayah Nadia dan juga Brama. Sedangkan Syakila dan Nadia masih di dalam kamar.

"Kak. Di make up nya nanti saja nunggu Nanad sholat kaya dulu, ya?" Nadia masuk ke kamar mandi untuk berwudhu. Di dalam kamar mandi Nadia memikirkan tentang malam ini. Bagai mana pun ia ingin tetap berbakti kepada kedua orangtuanya namun di lain sisi ia merasa sedih karena ia tidak bisa bersama dengan orang yang sudah mengisi hatinya beberapa bulan ini. "Bagai mana dengan kak Yusuf nanti? ummi Maryam dan ustadz Arffan pasti akan kecewa padaku!" Gumam Nadia sambil menyandarkan tubuhnya di pintu kamar mandi yang sudah tertutup

Suara ketukan pintu terdengar.

Tok... tok...

"Nadia, Nadia. Kamu gak apa apa kan? kok aku gak denger suara air?" Syakila memanggil manggil Nadia. karena takut terjadi apa apa pada sepupu kesayangannya.

"Iya, kak. Nanad gak apa apa kok. Kerannya sedikit macet jadi agak susah kak!" Jawab Nadia yang kini sudah memutar keran.

"Ooh gitu. Tapi sekarang sudah bisa belum. kalau gak bisa kamu bisa ke kamar mandi aku aja, Nadia!"

*

*

Beberapa menit berlalu Nadia pun telah selesai melaksanakan sholat. Kini ia duduk di depan cermin siap untuk di rias oleh Syakila.

Syakila tahu bahwa Nadia dalam ke adaan tak tenang. Ia bisa melihat wajah Nadia yang sedikit sendu. Binar matanya tak seperti pagi tadi. Ia terus memberikan nasihat kepada Nadia, untuk tidak memaksakan dirinya menerima lamaran ini. Apalagi sepertinya Nadia sudah punya seseorang yang ia sukai walau Nadia tidak bercerita langsung namun setiap kali ia melihat Nadia menerima telpon dari Yusuf Syakila bisa memahami wajah bahagia yang terpancar dari wajahnya, binar matanya tak seperti ini.

"Nad, kamu jangan memaksakan sesuatu yang kamu gak suka. Mamah dan papah aku kan bilang semua ini bukan paksaan juga, kan?" Syakila memakaikan lipstik di bibir Nadia.

"Insyaa Allah. Iya kak. Nadia cuma takut bila Nadia nanti menolaknya bagaimana dengan om Brama menyikapi persahabatannya. Pasti sahabat dari ayah dan om akan kecewa karena kita mengingkari janji ayah Nanad, kak?" Nadia memeluk pinggul Syakila yang ada di depannya. Ia menenggelamkan wajahnya di perut Syakila.

"Bismillah, kakak yakin kamu bisa menilai dan memilih mana yang baik menurut mu dan juga menurut Allah. Iya, kan? kamu lebih paham untuk ke arah itu, Nad. Kakak yakin itu. " Syakila mencoba menentukan Nadia.

Di ruang tamu. Brama, Retno dan keluarga besar Daulay beserta istrinya nyonya Nirmala Daulay Syakh dan dua anak laki lakinya Rujukhan Daulay Syakh dan Agasia Daulay Syakh. Mereka sedang berbincang bincang sambil menunggu kedatangan Nadia. Brama dan tuan Daulay sedang bercerita tentang masa lalu mereka saat kuliah dan bekerja sampingan bersama dengan ayahnya Nadia saat itu.

Nadia dan Syakila menuruni tangga langkah demi langkah. Wajah Nadia terus menunduk Syakila terus menggandeng tangan Nadia.

"Assalamu'alaikum, om tante!" Nadia dan Syakila mengalami nonya Nirmala sedangkan kepada tuan Daulay dan kedua anaknya Nadia hanya menangkup kan kedua tangannya di dada.

"Aahh kalau yang ini anak kamu, kan Bram? berarti gadis ini yang anaknya Herman?" Tanya nya saat Nadia akan duduk berhadapan dengan Raju dan Agasia.

Agasia tiada henti menatap wajah Nadia. Sedangkan Raju seolah tak peduli dengan wanita yang ada berhadapan dengan dirinya. "Adem bangat ngeliat ini cewe, cantik pula." Ucap Agasia dalam hati. Agasia menyenggol nyenggol lengan Raju yang sedari tadi memainkan ponselnya. "Bang cewe pilihan papi ternyata cantik banget, kalau elo gak mau gak apa apa gue gak nolak jadi peran pengganti elo, bang!" Canda Agasia dengan mengecilkan suaranya agar tak terdengar oleh papi dan maminya serta beberpa orang yang ada si situ.

Sebelum berangkat ke rumah Brama. Daulay dan Raju sempat bertengkar karena Raju menolak dijodohkan dengan teman sahabatnya dengan dalih Raju tidak bisa menemukan wanita yang baik untuk dirinya sendiri jadi tuan Daulay memutuskan untuk mencari aku wanita untuk dirinya. Apalagi dikuatkan dengan surat perjanjian dirinya dengan ayah Nadia ketika 18 tahun yang lalu saat Nadia masih berusia 4 tahun sedangkan Raju berusia 10 tahun. Ayahnya Nadia (Herman Hartanto) melihat Nadia yang selalu ceria ketika Raju mengajaknya main kala itu. Dan dia ingin persahabatan mereka tidak terputus makan mereka berdua membuat surat perjanjian mana kala mereka bertemu lagi mereka akan menjodohkan Nadia dan Raju. Dan saat Tuan Daulay beserta keluarganya pindah ke luar negri sepuluh tahun kemudian mereka bertemu kembali saat itu ayah Nadia menjadi arsitek untuk perusahaan yang Daulay geluti sampai saat ini. Ketika itu pula beberapa bulan kemudian keluarga Daulay menetap kembali di Indonesia setelah 10 tahun berada si negara paman syam.

Raju yang acuh tak acuh hanya diam saja dengan candaan adiknya. Nadia yang ada si hadapnya merasa kaget ketika melihat wajah Raju yang tak asing baginya. "Jadi orang sombong dan angkuh ini yang nanti akan menjadi calon suamiku. Yaa Allah apakah ini taqdir yang harus aku lalui?" Gumam Nadia dalam hati. Harinya goyah akan keyakinannya untuk menerima lamaran tersebut ketika dia tahu laki laki yang akan menjadi calon suaminya adalah laki laki yang pernah menginjak tangannya dan arogan di acara perjuangan Syakila. Dan terkahir ia bertemu saat mereka menjalin kerja sama bisnis dengan Anyelir. Ia bisa tahu benar bagaimana sifat dari pria yang duduk di hadapan ya saat ini.

"Ya sudah sebelum kita membicarakan hal penting lebih baik kita sekarang makan malam dulu ya. Karena makanan sudah saya siapkan!" Ajak Retno kepada semua yang ada si ruang tamu.

Dan tiba tiba ketika mereka semua berada si meja makan. Suara ketukan pintu dan salam terdengar. Saat itu semua mata terutuju pada suara tersebut.

Episodes
1 Bab. 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab. 4
5 Bab. 5
6 Bab. 6
7 Bab. 7
8 Bab. 08
9 9. CEO Saklek
10 09. Miss Bee
11 11. Tempat Kenangan
12 12. Si Otak Dollar
13 13. Belum Berstatus Suami-istri
14 14. Teman Lama Bertemu Kembali
15 15. Paper Bag Berwarna Jingga
16 16. Makan Malam
17 17. Kesedihan dalam Curhatan
18 18. Jambu Biji Merah
19 19. Pil Penenang
20 20. "Ini apartemen apa rumah makan yang habis dijajah orang?"
21 21. Wanita Seribu Tangan
22 22. Password Baru
23 23. Salah Pegang
24 24. Tersesak Udang Saus Padang
25 25. Ke Rumah Mertua
26 26. Kiranti Obat Sedih
27 27. Berganti Peran
28 28. Dalam Kebimbangan
29 29. Ada Rasa
30 30. Perkara Roti Sobek
31 31. Belajar Mengaji
32 32. Sebagai Permintaan Maaf
33 33. Belanja Bersama
34 34. Mencium Tangan
35 35. Hancur dan Pupus
36 36. Gadis Kecil Itu.
37 37. Akhirnya Ku Menemukanmu
38 38. Ratu Gosip
39 39. Permintaan Maaf
40 40. Kangen Masakkan Kamu
41 41. Malu
42 42. Cincin Pilihan Yusuf
43 43. Terkejut
44 44. Pasar Malam
45 45. Aku belum Siap, Mas!"
46 46. Perkara CCTV
47 47. Jam Tangan Couple
48 48. Bajigur dan Kue Pisang
49 49. Switer Yang Bikin Panas semakin Memanas
50 50. Lebah Keciku
51 51. Menyatukan Perasaan
52 52. Arman Sahabat Masa SMA
53 53. Dilema
54 54. Cewe Petakilan
55 55. Sarung Mukena
56 56. Pilihan Raju
57 57. Frustasi Tingkat Tinggi
58 58. Kisahku Seperti Kue Nastar
59 59. Tidur Sore
60 60. Aku Lebih Suka Sup Goulash
61 61. Kontrak Kerja Sama
62 62. Jus Pakai Garam?
63 63. Nasi Bungkus Padang
64 64. Luka Yang Tergores Kembali
65 65. Nun Sukun dan Tanwin
66 66. Hujan Deras
67 67. Taqdir Allah Lebih Indah
68 68. Wanita Bergamis Hitam
69 69. Di Luar Dugaan
70 70. Kekhawatiran
71 71. Pagi Yang Penuh Semangat
72 72. Cinta Lama Yang Berkembang
73 73. Hari Sabtu Yang Ditunggu
74 74. Acara Lamaran Fatimah
75 75. Bioskop Atau Bareng Suami?
76 76. Kamar Mandi
77 77. Aku Benci Perselingkuhan
78 78. Gak Konsen
79 79. Silaturahim Bibir
80 80. Kebahagiaan Seorang Sahabat
81 81. Seandainya
82 82. Kejutan
83 83. Siapa laki laki itu?
84 84. Ruang Oprasi
85 85. "Coba Lihat Aja?"
86 86. Neng Nadia
87 87. Kamu Suka?
88 88. PERGI!
89 89. Di bawah Payung Hitam
90 90. Masih seperti yang dulu
91 91. "Maaf, ummi!?"
92 92. Kurang!"
93 93. Dokternya kamu, ya aku?"
94 94. Jodoh Masa Kecilku
95 95. Alhamdulillah...
96 96. Dimana kamu, Sayang?
97 97. Adonan
98 98. Gak Usah Basa basi
99 99. Aku Gendutan ya?"
100 100. Takut
101 101. Kekecewaan
102 102. Alat Tes Kehamilan
103 103. Pilu
104 104. Tom And Jerry
105 105. Terima Kasih!
106 106. Awas Kamu ya?
107 107. Rahasia
108 108. "Aku Monica! "
109 109. Pilih Apa?
110 110. Tasyakuran
111 111. Si Robet
112 112. Kemarahan Raju
113 113. Abang?
114 114. "Kualat"
115 115. Malam Peresmian
116 116. Bandara
117 117. Aku pulang!
118 118. Sop Iga
119 119. Permintaan Ku
120 120. Opletnya Mandra
121 121. Belum bisa Move On
122 122. Gudang
123 123. Berlumur Darah
124 124. "Mas, kamu kenapa?"
125 125. Merawat mu
126 126. "MAAF"
127 127. Mengundurkan Diri
128 128. Ke Kota B
129 Villa Penuh Kenangan
130 Panti Asuhan Al Kautsar
131 131. Murka Sang Papih
132 132. Cocok Punya Anak
133 133. Aku Pulang
134 134. Kejutan
135 135. "Kenapa ada yang lucu ya? "
136 137. Kebakaran
Episodes

Updated 136 Episodes

1
Bab. 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab. 4
5
Bab. 5
6
Bab. 6
7
Bab. 7
8
Bab. 08
9
9. CEO Saklek
10
09. Miss Bee
11
11. Tempat Kenangan
12
12. Si Otak Dollar
13
13. Belum Berstatus Suami-istri
14
14. Teman Lama Bertemu Kembali
15
15. Paper Bag Berwarna Jingga
16
16. Makan Malam
17
17. Kesedihan dalam Curhatan
18
18. Jambu Biji Merah
19
19. Pil Penenang
20
20. "Ini apartemen apa rumah makan yang habis dijajah orang?"
21
21. Wanita Seribu Tangan
22
22. Password Baru
23
23. Salah Pegang
24
24. Tersesak Udang Saus Padang
25
25. Ke Rumah Mertua
26
26. Kiranti Obat Sedih
27
27. Berganti Peran
28
28. Dalam Kebimbangan
29
29. Ada Rasa
30
30. Perkara Roti Sobek
31
31. Belajar Mengaji
32
32. Sebagai Permintaan Maaf
33
33. Belanja Bersama
34
34. Mencium Tangan
35
35. Hancur dan Pupus
36
36. Gadis Kecil Itu.
37
37. Akhirnya Ku Menemukanmu
38
38. Ratu Gosip
39
39. Permintaan Maaf
40
40. Kangen Masakkan Kamu
41
41. Malu
42
42. Cincin Pilihan Yusuf
43
43. Terkejut
44
44. Pasar Malam
45
45. Aku belum Siap, Mas!"
46
46. Perkara CCTV
47
47. Jam Tangan Couple
48
48. Bajigur dan Kue Pisang
49
49. Switer Yang Bikin Panas semakin Memanas
50
50. Lebah Keciku
51
51. Menyatukan Perasaan
52
52. Arman Sahabat Masa SMA
53
53. Dilema
54
54. Cewe Petakilan
55
55. Sarung Mukena
56
56. Pilihan Raju
57
57. Frustasi Tingkat Tinggi
58
58. Kisahku Seperti Kue Nastar
59
59. Tidur Sore
60
60. Aku Lebih Suka Sup Goulash
61
61. Kontrak Kerja Sama
62
62. Jus Pakai Garam?
63
63. Nasi Bungkus Padang
64
64. Luka Yang Tergores Kembali
65
65. Nun Sukun dan Tanwin
66
66. Hujan Deras
67
67. Taqdir Allah Lebih Indah
68
68. Wanita Bergamis Hitam
69
69. Di Luar Dugaan
70
70. Kekhawatiran
71
71. Pagi Yang Penuh Semangat
72
72. Cinta Lama Yang Berkembang
73
73. Hari Sabtu Yang Ditunggu
74
74. Acara Lamaran Fatimah
75
75. Bioskop Atau Bareng Suami?
76
76. Kamar Mandi
77
77. Aku Benci Perselingkuhan
78
78. Gak Konsen
79
79. Silaturahim Bibir
80
80. Kebahagiaan Seorang Sahabat
81
81. Seandainya
82
82. Kejutan
83
83. Siapa laki laki itu?
84
84. Ruang Oprasi
85
85. "Coba Lihat Aja?"
86
86. Neng Nadia
87
87. Kamu Suka?
88
88. PERGI!
89
89. Di bawah Payung Hitam
90
90. Masih seperti yang dulu
91
91. "Maaf, ummi!?"
92
92. Kurang!"
93
93. Dokternya kamu, ya aku?"
94
94. Jodoh Masa Kecilku
95
95. Alhamdulillah...
96
96. Dimana kamu, Sayang?
97
97. Adonan
98
98. Gak Usah Basa basi
99
99. Aku Gendutan ya?"
100
100. Takut
101
101. Kekecewaan
102
102. Alat Tes Kehamilan
103
103. Pilu
104
104. Tom And Jerry
105
105. Terima Kasih!
106
106. Awas Kamu ya?
107
107. Rahasia
108
108. "Aku Monica! "
109
109. Pilih Apa?
110
110. Tasyakuran
111
111. Si Robet
112
112. Kemarahan Raju
113
113. Abang?
114
114. "Kualat"
115
115. Malam Peresmian
116
116. Bandara
117
117. Aku pulang!
118
118. Sop Iga
119
119. Permintaan Ku
120
120. Opletnya Mandra
121
121. Belum bisa Move On
122
122. Gudang
123
123. Berlumur Darah
124
124. "Mas, kamu kenapa?"
125
125. Merawat mu
126
126. "MAAF"
127
127. Mengundurkan Diri
128
128. Ke Kota B
129
Villa Penuh Kenangan
130
Panti Asuhan Al Kautsar
131
131. Murka Sang Papih
132
132. Cocok Punya Anak
133
133. Aku Pulang
134
134. Kejutan
135
135. "Kenapa ada yang lucu ya? "
136
137. Kebakaran

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!