Yusuf ikut meneteskan air mata tidak bisa membayangkan betapa sedih dan pilunya hati Nadia saat ini. Yusuf mending akan wajahnya untuk menatap langit berharap ia tidak meneteskan air mata lagi. Tiba tiba panggilan Nadia membuatnya sedikit kaget.
"Kak Yusuf. Boleh kita ambil foto sekarang!" Kiren merapihkan riasan di wajah Nadia
"Baik, siap!" jawabnya singkat.
Dengan senyum mengembang dan mata sedikit sembab Nadia berada di tengah tengah kuburan sang ayah dan ibu tercinta. Satu tangan kanan memegang piagam penghargaan dan satu tangan memegang foto gambar ayah dan ibunya yang sedang berdua. Dengan propesional Yusuf mengambil gambar dari beberapa sudut. Foto ke tiga Nadia meminta agar Kiren ikut bersama dengan nya.
Setelah selesai berfoto dan membacakan doa yang di bimbingan oleh Yusuf akhirnya Nadia dan Kiren pun memutuskan untuk pulang. Yusuf masih teriak di dua gundukan tanah tersebut ketika Nadia dan Kiren terlebih dahulu menuju mobil.
Yusuf berjongkok kedua tangannya menyentuh dua kuburan orangtua nadia. "Assalamu'alaikum, om tante saya Yusuf anak ustadz Arrfan dan ummi Mariam. Mungkin om dan tante belum pernah melihat saya." Yusuf merapihkan bunga bunga yang ada di bawah. "Om tante sebenarnya saya berniat untuk mengkhitbah Nadia anak om dan tante. Semoga saya bisa membuat Nadia bahagia ya om, tante." Ucapan Yusuf terhenti ketika mendengar suara kelakuan mobil. "Saya izin pamit om, tante. Semoga Allah meridhoi niat baik saya ini! wassalamu'alaikum." Yusuf pun beranjak meninggalkan makam kedua orang tua Nadia walau sebenarnya masih banyak yang ingin ia utarakan.
*
*
*
Setibanya Yusuf di rumah pada sore hari. Ummi Mariam sangat antusias mengetuk pintu kamar Yusuf. "Assalamu'alaikum, Yusuf."
"Wa'alaikum salam, masuk ummi gak Yusuf kunci kok!" Yusuf sedang memilih baju koko yang akan ia gunakan untuk sholat magrib berjamaah ke masjid.
Ummi Mariam menutup pintu kamar Yusuf dan duduk di sofa di dekat jendela kamar Yusuf yang mengarah ke arah pondok pesantren. Yusuf pun meletakan baju koko berwana sage di atas tempat tidur dan ia berjalan menemani sang ummi tercinta
"Gimana kamu sudah bilang sama Nadia kalau kamu mau mengkhitbahnya, belum?"
Yusuf mengusap wajahnya pelan dan menutup hidungnya dengan dua tangan yang di sanggah kan ke kening nya. "Belum sempat ummi. Tadi Nadia pergi ke makam orang tuanya. Ummi tahu apa yang Nadia lakukan di sana?" Yusuf duduk berbalik menghadap sang ummi
"Apa, nak?" tanya ummi Mariam menatap wajah Yusuf yang terlihat sedih.
Yusuf memegangi kedua tangan ummi mariam. "Nadia berfoto dengan menggunakan lengkap semuanya di makam ibu dan ayahnya, ummi." Ummi Mariam nampak melihat raut wajahnya sang anak laki laki nya yang sangat mengkhawatirkan Nadia.
"Nadia dengan wajah sedih ia mencoba untuk tetap tersenyum indah di makan orangtuanya. ia ingin memiliki kenang kenangan bersama orangtuanya walau itu dengan berfoto bersama dua gundukan tanah, hati siapa yang tidak sakit dan bersedih ummi melihat semua itu." Ummi Mariam hanya bisa mengelus bahu Yusuf dengan lembut sambil mendengar kan cerita dari Yusuf.
"Mungkin itu salah satu cara Nadia berbagi kebahagiaan dengan kedua orangtuanya yang sudah tiada, nak!" Ummi Mariam menggenggam erat kedua tangan Yusuf.
"Yusuf tidak tahan melihat kesedihan Nadia, ummi. Ingin rasanya Yusuf menjadi halal bersama Nadia. Hingga Yusuf bisa memberikan senyum manis untuk kehidupan Nadia." Suara Yusuf terdengar sangat sedih.
Ummi Mariam memeluk Yusuf, ia lihat ketulusan kasih sayang Yusuf kepada Nadia. "Semoga Allah memudahkan niat baikmu untuk segera menghalalkannya!"
*
*
*
Dikediaman Nadia. Setelah ia merapihkan semua yang berantakan di rumah. Nadia duduk di depan meja belajar dimana ada sebuah foto lukisan dirinya yang dibuat oleh Yusuf. Lukisan itu begitu indah dan terasa seperti lukisan asli wajah dirinya. Sesekali Nadia tersenyum melihat lukisan dan ia pun mencium bau wangi dari bunga mawar yang Yusuf berikan. Ia merasakan kehangatan di dalam hatinya yang tidak bisa ia lukisan dengan kata kata. Senyumnya terhenti ketika terdengar suara chat masuk di ponselnya.
Anyelir. Satu nama chat yang masuk dari teman bisnisnya. Yang memberikan kabar bahwa sang CEO ingin bertemu langsung dengan pembuat rancangan untuk perusahaan cabang miliknya. Lama Nadia membalas chat dari Anyelir dan tiba-tiba telpon dari Anyelir membuat Nadia mau tak. mau menerimanya.
"Lama banget lo jawabnya, gimana bisa gak lo ketemuan. Gue udah kehabisan akal buat ngeyakinin tuh orang kalau lo gak bisa dateng buat presentasi in designer lo" oceh Anyelir diserang telpon
"Yah terus gimana dong, kamu kan tau Nya kesepakatan kita kemarin. Aku cuma bisa buatin aja untuk publish ke orang aku gak bisa." Nadia tetap pada pendiriannya
"Ya udah lo mau gue punya ide. Gimana kalau lo pake cadar aja buat nemuin itu orang, kan dia gak bakalan bisa liat muka elo juga. Gimana?" Anyelir sudah tak bisa memberikan ide lain selain hal demikian
Beberapa detik Nadia berfikir akhirnya Nadia meng"iyakan ide dari Anyelir. "Ya sudah oke. Kapan emang dia minta ketemuannya?"
"Besok di restoran American Foods" Jelas Anyelir.
"Ok besok sebelum kesana aku kasih kabar sama kamu ya, Nya. Bantuin aku cari gamis dan cadar di dekat mall sana." pungkas Nadia.
"Ok. Makasih ya, Nad. Maklum nih CEO agak saklek emang kemauannya, maaf ya."
"Ya, Nya."
Nadia meletakan ponselnya di atas meja belajar dan mencari beberapa berkas yang ada di laptopnya untuk persiapan besok. Sedang sibuk sibuknya mempersiapkan berkas file file tiba tiba sering ponsel Nadia berbunyi. Di lihatnya Syakila yang menelponnya.
"Assalamu'alaikum. Iya kenapa, kak?" Nadia menjawab
"Wa'alaikum salam. Maaf Nad aku lupa ngucapin salam. Kok kamu belum pulang kesini lagi?" Tanya Syakila yang khawatir dengan Nadia.
"Iya maaf kak, Nanad lupa kasih kabar. Besok sore Nanad akan ke rumah. karena siang Nanad ada janji sama temen?" Jelas Nadia
"Oooh gitu, kirain aku kamu gak mau balik lagi. Awas aja kalau sampe gak balik lagi. Aku seret kamu biar pulang. hahahaha." Canda Syakila dari sebrang sana
"Insyaa Allah, kak. Aku akan tepati in janji aku kok." Imbuhnya ketika Syakila ingin mengakhiri telponnya.
Dan mereka berdua akhirnya menutup ponsel mereka masing masing. Nadia dengan cepat meraih laptopnya kembali mempersiapkan untuk pertemuannya esok siang.
*
*
*
Seperi biasa Nadia sudah dengan segala mac aktifitasnya di rumah dan di toko. Hari ini ia mengecek toko kue miliknya yang berada tak jauh dari mall besar. Di sana Nadia bertemu dengan karyawannya yang akan mengundurkan diri karena setelah menikah akan ikut dengan suaminya yang berada di luar daerah.
"Isna ini gajimu bulan ini, dan ini ada sedikit dari saya buat kamu." Nadia menyodorkan dua amplop ke hadapan Isna sang karyawan yang sudah 3 tahun bekerja dengan nya."
"Tapi mba Nad. Saya kan yang mengundurkan diri sendiri, jadi uang pesangon ini tidak usah. selama saya bekerja disini, mba Nadia sangat baik dengan keluarga saya. Mba Nadia juga yang sudah biayai adik saya sekolah!" Isna merasa tak enak hati dengan kebaikan Nadia selama ini. Sudah dua tahun ini Nadia membiayai adik Isna yang hampir putus Sekolah.
"Ini rezki yang sudah Allah titipkan lewat aku untuk kamu, isna. Terimalah, tidak baik jika rezki ditolak." Nadia selalu memberikan perhatian lebih kepada karyawannya yang loyal. Ia selalu memposisikan jika dirinya yang sepeti itu. Dan dari itulah ia merasa tak pernah kekurangan selama ia bisa berbagi dan membuat lukisan senyum indah kepada karyawan karyawannya.
"Terimakasih banyak, mba Nadia. Semoga Allah selalu menjaga emba dan Allah berikan kebahagiaan untuk kehidupan emba Nadia. Saya izin pamit ya, mba. Semoga saya bisa mengikuti jejak mba nadia." Isna memeluk Nadia dengan rasa haru.
"Aamiin. Doa yang sama untukmu, Isna. semoga kamu dan suami selalu Samawa." Nadia mengelus punggung Isna dengan lembut.
Setelah Nadia menyelesaikan urusannya di toko kue miliknya. Ia memutuskan untuk menelpon Anyelir dan bertemu di sebuah Mall besar untuk mencari gamis dan cadar yang akan ia gunakan.
Empat puluh menit kemudian Nadia dan Anyelir bertemu di tempat yang sudah mereka sepakati setelah Nadia mendapatkan gamis dan cadar yang ia cari sendiri karena Anyelir terjebak macet ketika hendak menuju mall. Nadia dan Anyelir sudah berada di restoran di mall di kota H, Anyelir menunggu Nadia yang sedang berganti baju di dalam toilet setelah mereka menghabiskan makan siang mereka di restoran Asian food.
Pintu toilet terbuka, Nadia yang sudah berganti dengan gamis hitam dan kini tinggal. memakai cadar yang dibantu oleh Anyelir. "Nah kalau gini kan, muka elo gak keliatan, Nad." Anyelir memutar mutar tubuh Nadia yang sudah memakai pakaian serba hitam.
"Nya, nanti kalau panggil aku jangan sebut nama aku ya. Panggil aja miss Bee ya, Nya!" Pinta Nadia yang sedang merapikan cadar nya agar yang terlihat hanya bagaian matanya saja.
"Ok... ok... Ribet banget si lo, Nad. Seba pribadi semuanya. Emang elo nyaman dengan trus begini?" Protes Anyelir yang sedikit bingung dengan Nadia.
"Kan aku udah pernah kasih tahu sama kamu, kenapa aku mau begini. Lupa ya?" Nadia mengingatkan kepada sahabat bisnisnya ini.
"Ya udah, yukk kita berangkat kelamaan tar keburu tu orang datang duluan. Tar kita kena denda lagi. Hahaha" ledek Anyelir membuat Nadia dengan cepat membawa barang bawaannya yang berisi baju yang tadi ia pakai ke dalam tas ranselnya.
Sepuluh menit kemudian Nadia dan Anyelir sudah tiba dan di restoran American. Seorang resepsionis menanyakan apakah mereka berdua sudah membooking tempat. Anyelir menunjukan ponsel miliknya. Dan salah satu pelayan mengantarkan mereka berdua ke lantai dua dimana ada beberapa ruangan pribadi untuk pelanggan premium di restoran tersebut.
"Ini mba ruangan yang sudah di pesan tuan Rajukhan." Pelayan tersebut membukakan pintu di ruangan privasi.
Baru saja Anyelir dan Nadia duduk di ruangan tersebut dua pria dengan berpakaian serba merek merek ternama memasuki ruangan. Dengan stelan jas berwarna abu-abu bau dan kaca mata hitam bertenger di hidung bangirnya. Dua pria itu duduk berhadapan dengan Anyelir dan Nadia salah satu pria berbadan tegap berdiri di dekat pintu.
Deg
Jantung Nadia perpaduan dengan begitu cepat. Nafasnya mulai tak beraturan setelah melihat siapa yang ada di depan matanya. Pria angkuh dan sombong itu ada di hadapannya. Tangan Nadia mengepal dengan begitu kuat ingin rasanya ia memukul pria yang pernah menginjak kakinya waktu di mall saat itu. Dan kejadian ke dua saat dirinya tak sengaja menabrak pria tersebut sehingga gaun yang ia gunakan terkena noda dari. minuman pria tersebut.
"Biar tahu rasa ini orang bakalan aku kerjain." Nadia membatin dalam hati.
Sedangkan Anyelir susah menyenggol nyenggol lengan Nadia berharap dapat memecah rasa tegang di dalam ruangan. Akhirnya anyir pun memberanikan diri mengukur kan tangan ke hadapan Raju dan Gunawan. Namun niatnya terhenti seketika Raju membuka suara.
"Jadi orang ini yang telah membuat rancangan hotel cabang yang saya inginkan?" Tanya nya dengan suara yang terdengar wibawa dan tegas.
"Iya, Pak Raju. Miss. Bee baru bisa menemui anda karena kesibukannya." Bohong Anyelir untuk menutupi segala kegugupannya di hadapan Raju.
Raju mengulurkan tangannya berniat untuk menjabat tangan Nadia. Namun dirinya dibuat kaget karena Nadia hanya menangkup kan kedua tangannya di depan dada. "" Senang bisa bekerja sama dengan anda, Miss. Bee!" Nadia hanya menganggukkan kepalanya tanpa bersuara.
Pelayan datang membawakan pesanan yang sudah di pesan oleh Raju. Karena setiap ia bertemu dengan rekan bisnisnya Raju apari akan memerankan minuman dan makanan yang berkualitas untuk menjamin mereka. Nadia yang tak pernah tahu akan harga harga dari makanan dan minuman tersebut hanya menatapnya biasa saja. Tidak sepeti Anyelir sang pemburu kuliner yang serba tahu akan harga harga dari makanan di restoran ini.
Mata Anyelir terbelalak ketika melihat sajian yang ada di meja. Dimana semuanya adalah minuman dan makanan termahal di sini. Satu gelas minuman saja bisa mencapai satu sampai dua jutaan per gelas belum lagi makanan yang ada di sana bisa mencapai tiga sampai sepuluh juta per porsi.
"Sebelum kita mulai membahas semuanya sebaiknya kita mencicipi apa yang sudah tersaji di meja!" Gunawan menyodorkan satu gelas minuman Coco latte ke hadapan Nadia dan Anyelir.
"Terimakasih, pak Gunawan." Ucap Anyelir ketika menerimanya.
"Maaf saya minum air mineral aja!" Nadia mengambil botol mineral dan menuangkannya sendiri ke dalam gelas kosong.
Setelah mereka menikmati sedkit demi sedikit hidangan yang ada di atas meja. Nadia mulai menjelaskan setiap rancangan yang ia buat di setiap lembar halamannya. Raju dan Gunawan memperhatikan dengan seksama setiap apa yang Nadia jelaskan. Raju mulai tertarik dengan konsep yang Nadia buat di setiap sudut dan keseluruhannya. Nadia menjelaskan dengan begitu teliti dan jelas hingga membuat Gunawan tergabung dibuatnya begitu juga Raju yang baru pertama kali ia menemukan seorang arsitek plus Disgner seperti Nadia.
"Bisakah ada diajak kerja sama untuk kedepanya?" Tanya Raju saat Nadia sudah mengakhir penjelasannya.
"Saya tidak bisa janji, karena asten saya yang sudah membuat jadwal untuk saya." Nadia mengedipkan mata kepada Anyelir.
"Iya, benar tuan Raju. Miss Bee ini sangat sibuk jadi sudah banyak perusahan yang memakai jasanya. Dan itu semua sudah ada di dalam jadwal catatan saya." Nayelir meyakinkan Raju.
"Jadi kapan anda bisa datang ke perusahan saya? agar saya bisa mempertemukan ada dengan para pemilik saham yang terlibat dalam pembuatan cabang perusahan saya, agar mereka tahu akan semua kwalitas dari diri anda." Tegas Raju hingga membuat Nadia per pikir keras untuk mengaturnya.
"Saya tidak bisa menjanjikan. Seperti asisten saya jelaskan tadi." Sanggah Nadia, ingin rasanya ia cepat cepat pergi dari ruangan tersebut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 136 Episodes
Comments