“Zahara…” panggil Salma
“ Iya sal.. ada apa?” tanya Zahara tanpa menghentikan langkah-nya
“Mungkin dia orang-nya” ucap Salma berbicara dengan sedikit mengode dan tidak dapat dipahami Zahara
“Maksudnya?” tanya Zahara kemudian berbalik dengan muka tanya
“Kamu kan jarang kayak gini, mungkin Zein orang-nya” ucapnya usai mendengus sedikit kesal karna otak Zahara yang tidak begitu mudah mencerna kata-katanya
“Ngawur kamu Sal” ucap Zahara dan berbalik dan lanjut melangkah sembari memegang keranjang berisikan piring “Aku cuman malu aja tadi” ucap Zahara kembali
“Baiklah” Salma menarik nafas dalam-dalam kemudian menyambung kalimatnya “Iya atau tidak. Tapi, cobalah untuk membuka sedikit celah, tak ada salahnya mencoba Zahara” ucap Salma dengan nada lembut tidak seperti biasanya
Zahara hanya terdiam membisu mendengarkan ucapan Salma sembari tetap berjalan menyusuri jalanan sawah yang kecil.
Tak butuh waktu lama kini mereka sudah sampai. Zahara pamit dari rumah Salma untuk bersih-bersih dan beristirahat sejenak sebelum pergi ke masjid saat maghrib.
Mata Zahara tidak berhenti memandang jarum jam yang terasa berputar sangat lama. Hingga ibu Zahara tampak merasa aneh dengan anak-nya yang satu ini, tapi dia tidak meributkan-nya.
“Ahh aku siap-siap saja dahulu” gumam-nya sembari melangkah kekamar mandi untuk mengambil air wudhu sembari menunggu suara mengaji terdengar dari masjid
Entah apa yang terjadi pada gadis ini sehingga dia repot-repot memilih satu persatu baju yang ada dari dalam lemarinya berulang kali, padahal ini rutinitas yang biasa-nya dia lakukan.
Siap dengan rok kebaya dan baju batik bercorak bunga mawar merah dibarengi kerudung berwarna coklat sudah ia kenakan, kini dia melangkah keluar dari rumah setelah berpamitan dengan ibunya.
Dengan langkah cepat Zahara menghampiri rumah Salma untuk mengajak-nya kemasjid. Padahal suara sirine mengaji belum terdengar sama sekali.
Salma yang melihat Zahara yang tiba-tiba sudah berada didepan rumah-nya mengernyitkan kening-nya tanda bingung, ditambah cara berpakaian Zahara yang tidak seperti biasanya.
Zahara yang mendapati pandangan itu langsung tertunduk kikuk sembari mengajak Salma untuk bergegas kemasjid.
“Tumben-tumben-nya secepat ini Zahara?” tanya Salma sembari memperbaiki kerudung-nya dengan terus berjalan disamping Zahara
“Enggak ada… aku mau cepat-cepat aja” ucap-nya bohong
“Oooooh kamu mau cepat-cepat lihat si Zein ya?” tebak-nya setelah mengingat-ingat
“Enggak kok” bohong-nya kembali dengan wajah yang sudah memerah
Salma tertawa kencang saat melihat reaksi Zahara dan terus berjalan tanpa henti, sambil mata yang terus menyapu area jalanan mencari pria yang mereka maksud.
Salma diberitahu ibu-nya Zein dan dua orang teman-nya itu tinggal diarea belakang masjid. Tapi, batang hidung-nya tidak kelihatan sampai sekarang.
Bahkan, sampai adzan maghrib berkumandang Zein tidak kelihatan dan membuat ekspektasi Zahara sedikit mengecewakan diri-nya.
Suara Adzan Isya berkumandang merdu menghentikan aktivitas mereka. Tapi, kali ini suara adzan tersebut sangat asing ditelinga mereka.
Dengan cepat mereka semua tau, kalau itu bukan-lah suara penjaga masjid. Tapi, orang lain
Dengan rasa penasaran Zahara dan Salma berusaha tetap mendengarkan suara adzan yang berkumandang merdu dengan sesekali berusaha melihat dari kain pembatas jama’ah entah siapa yang sedang mengumandangkan adzan. Tapi, mereka hanya bisa melihat bayangan seorang pria yang membelakangi mereka dengan tegak menghadap kiblat.
Sholat isya dipimpin oleh pemuda yang mengumandangkan adzan tadi dan dia juga membawa do’a setelah sholat dan diakhiri dengan lantunan salawat yang amat merdu.
Seketika saja setelah selesai bersalawat suara masjid riuh dengan suara anak-anak yang heboh keluar dari masjid.
Zahara dan Salma hanya berdiri tanpa kata sembari membiarkan anak-anak itu keluar terlebih dahulu.
Mata Zahara dan Salma tertuju pada pintu keluar untuk laki-laki dan melihat ada dua orang pria dewasa keluar dari sana yang tampak sedang bercerita dengan penjaga masjid. Entah apa yang mereka bicarakan.
“Zahara… liat itu teman-nya si Zein” ucap Salma padahal Zahara juga sudah melihat kearah sana
“Iya” ucap Zahara sembari mengangguk pelan
“Tapi kok Zein gak ikut ke masjid ya?” tanya-nya
Mendapat pertanyaan yang juga dia tak tau Zahara hanya menggeleng dan berkata
“Ya mana aku tau, aku kan bukan siapa-siapanya” ucap Zahara ketus dan melangkah keluar dari masjid
Zahara tiba-tiba merasa kesal dan malu karna sudah berperilaku seperti ini, dia bahkan sedikit merasa bersalah kepada Allah karna tadi sore dia bergegas kemasjid bukan karna niat ingin bertemu dengan Allah.
Tapi, malah berharap untuk bertemu dengan lelaki yang bukan mahrmanya dan kini lelaki itu juga tidak nampak batang hidung-nya.
Tidak cukup sampai disitu, Zahara juga bahkan berdandan hanya agar untuk dilihat cantik oleh pria tersebut.
Rasa sesal dan kecewa pada dirinya yang sangat mudah goyah terus menghantui pikiran-nya membuat langkah kaki-nya gontai dan tak bersemangat menyapu jalanan gelap
“Assalamu’alaikum Zahara” tiba-tiba muncul seorang pria berbadan kekar berdiri tegak dihadapan Zahara dan Salma
“Waalaikum salam” ucap Zahara sembari mendongak melihat siapa yang menyapa-nya
Tampak senyum manis dari pria itu kembali membuat jantung Zahara tidak karuan
“Kamu!?” Salam terkejut melihat lelaki yang ada didepan mereka
“Kenalin saya Zein” ucap-nya sembari tersenyum
“Oh iya… Salam kenal Zein saya Zahara, ini Salma” Zahara memperkenalkan diri kembali meski Zein sudah mengetahui nama-nya dan Salma
“Salam kenal juga, udah siap sholatnya?” tanya-nya
Zahara yang merasa pertanyaan itu yang lebih pantas ditanyakan padanya langsung dengan cepat bertanya kembali
“Seharusnya aku yang nanya itu ke kamu” ucap-nya dengan sedikit tertawa
Zein tidak menjawab tapi hanya membalas perkataan Zahara dengan senyuman tipis dari bibir-nya.
“Bukan-nya menjawab malah senyam senyum” ucap Salma cuek seketika melihat Zein
“Belum” ucap Zein dengan wajah datar yang tak bisa diartikan
“Ya udah, kami pulang dulu ya, gak enak diliat tetangga” ucap Zahara memecah keheningan setelah melihat ekspresi yang ditunjukkan Zein
“Jangan lupa sholat” Ucap Zahara kembali dengan wajah yang memandang Zein dengan senyuman manis dibibir-nya
“Jalanan disini gelap…ini” Zahara memberikan obor yang ada ditangan-nya kepada Zein
Melihat Zein yang masih diam tanpa reaksi dengan mata yang masih memandang-nya, Zahara langsung berdekhem menyadarkan Zein
“Ohhh iya… Makasih Zahara…kalian hati-hati” Ucap Zein dengan terbata-bata dan wajah yang kikuk sembari menerima obor yang diberikan Zahara padanya.
Zahara dan Salma hanya tertawa kecil melihat kelakuan Zein dan berlalu meninggalkan Zein dalam gelap sendirian.
“Kayak-nya dia juga naksir sama kamu tuh Zahara” celutuk Salma pada Zahara dengan tangan yang menggandeng lengan Zahara erat setelah agak jauh dari Zein
“Ihhh ngawur kamu” ucap Zahara malu-malu
“Keliatan kok Zahara, liat aja kelakuan dia barusan” ucap Salma memburu
Zahara hanya terdiam dan tersenyum mendengar penuturan dari teman-nya ini.
“Tapi dia kok gak ikut sholat bareng teman-nya yang tadi ya Zahara?” ucapan Salma membuat senyuman dari wajah Zahara langsung hilang dan juga bertanya-tanya kenapa dia tidak melihat Zein di masjid. Tapi, malah bertemu diluar masjid yang tak jauh dari warung kopi.
Alhasil Zahara hanya menggeleng dan diam tanpa kata.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments