Vanilla (Love And Dare)
Hembusan angin malam hari terasa dingin menerpa kulit. Jalan raya yang biasa akan ramai kendaraan, kini terlihat sepi karena hari mulai semakin malam, sebagian penduduk bumi, mungkin sudah terlelap dalam tidurnya. Cewek yang mengunakan Hoodie itu mengendari motor sportnya dengan kecepatan sedang, untuk merasakan udara malam yang sejuk itu. Tiba-tiba saja ada segerombolan empat anak Geng motor yang mengikutinya dari belakang. Melihat itu ia menambahkan kecepatan motor sportnya. Sayangnya empat anak geng motor tersebut, tetap mampu mengejar kecepatan motor sportnya.
"Lo berhenti gak!" Teriak salah satu empat anak geng motor tersebut. Cewek yang mengunakan Hoodie itu tidak mengindahkannya, tetap melaju kan motor nya. Sedetik kemudian cewek itu pun mengerem mendadak, melihat ada yang menghadang jalan motor nya.
Cit!
Suara decitan ban motor, terdengar menggema di malam yang sunyi itu. Cewek yang mengunakan Hoodie itu pun menetralkan nafas nya. Hampir saja dia menabrak orang tersebut. Dengan emosi ia pun melepaskan helm full face dan menaruh helm full face nya itu dengan asal di atas motor sportnya.
Mata empat orang geng motor tersebut membulat, terpana akan dengan kecantikan cewek yang mengunakan Hoodie tersebut.
"Kalian apa-apa sih berhenti di depan saya! mau cari mati" Satu kalimat keluar dari mulut cewek itu, yang terdengar sangat emosi. Cewek mengunakan Hoodie tersebut, bernama Vanilla kaleisha di panggil dengan sebutan Vania.
Salah satu dari, empat pria ber-geng motor itu lamunannya buyar. Ia pun berdehem, untuk memecahkan lamunan temannya yang masih terpana dengan kecantikan Vania.
"Ehem, jangan galak-galak neng, kita-kita ni cuman mau main bentar aja sama neng. Ya, gak teman-teman" Seru Pria berambut gondrong meminta persetujuan teman-temannya.
"Yoi bro" Mereka menaikkan alisnya seraya tersenyum miring.
"Main?" Vania menaikkan alisnya bingung.
"Iya main!" Sahut pria berambut gondrong itu dengan penuh penekanan.
"Main apa?" Tanya Vania dengan perasaan akan terjadi sesuatu yang gak enak.
"Ya main, lebih tepatnya bermain di atas ranjang" Senyuman miring pun terukir di Pria berambut gondrong tersebut. Ia pun turun dari motornya dan mendekati Vania.
Vania melihat Pria itu berjalan mendekatinya menjadi kalang kabut. "Tetap diam disitu! atau saya teriak ini. Biar semua orang datang dan menghajar kalian" Ucap Vania dengan nada naik beberapa oktaf.
"Mau berteriak minta tolong? silahkan" Balas Pria berambut gondrong itu dengan enteng.
Glek
Vania mendengarnya menelan saliva-nya dengan susah payah, kayaknya percuma deh teriak minta tolong. Karena jalan raya itu sepi banget, tidak ada satupun kendaraan yang lewat jalan raya, yang banyak pohon beringin itu.
Pria yang berambut gondrong itu pun sudah di hadapan Vania. Kedua ujung bibir nya pun terangkat.
"Dilihat dari dekat, Lo makin cantik aja" Tangan Pria berambut gondrong itu pun terulur untuk memengang pipi Vania. Namun langsung di tepis kasar oleh Vania.
Vania pun menunjuk pria itu dengan jari telunjuknya.
"Gue bilang jangan mendekat, apalagi sentuh-sentuh gue" Ucap Vania dengan sorot matanya yang tajam.
"Ululu, Lo kalau lagi marah makin cantik aja" Tergelak tawa empat anak geng motor itu terdengar renyah.
Vania yang mendengar, emosi nya jadi bergemuruh "Bacot Lo setan" Ketus Vania seraya menendang burung pria itu. Pria itu pun langsung memengang pusakanya, yang terasa nyeri akibat tendangan Vania.
"Sialan, berani juga kamu ya" Pria berambut gondrong itu membalas balik. Ia pun ingin menjambak rambut Vania. Namun sebelum menjambak rambut Vania. Cewek itu sudah duluan memelintir-kan tangannya, kebelakang badan pria itu duluan.
"Auw.. auw.." Meringis kesakitan Pria berambut gondrong itu.
"Tahu sakit.." Vania menaikkan alisnya seraya tersenyum miring.
"Sial, kalian ngapain diam aja bantuin gue" Titah pria berambut gondrong kepada temannya. Mendengar kata perintah dari temannya, tiga Pria pun maju. Melihat temannya itu mulai mendekati nya, Vania langsung mendorong pria berambut gondrong itu. Dan mengenai dua pria yang mendekati itu.
"Aduhh.." Ringis mereka bertiga. Temannya yang tidak kenak dorongan itu pun membantu mereka.
Vania yang melihatnya langsung tertawa "Hahaha emang eak.." Tawa Vania dengan puas.
"Kurang ajar.." Pria berambut gondrong itu langsung berdiri, dan melayangkan tinjunya di wajah Vania. Dengan segera cewek itu langsung menangkisnya. Vania pun membalas pukul balik dengan menendang perut cowok itu.
Melihat itu, temannya ikut melayang tinju ke wajah Vania. Vania pun menunduk, kemudian ia pun melayangkan tinjunya ke rahang temannya yang rambut ikal, bernama Bimo.
Bimo itu pun memengang rahang nya terasa nyeri.
"Kuat juga ni cewek" Gumam Bimo sembari menatap tajam ke arah Vania. Tinggal dua pria lagi, mereka pun menyerang barengan, vania pun langsung menghindari dan membenturkan kepala mereka berdua.
Brukh.
Suara benturan kepala terdengar menggema. Yang pastinya sakitnya luar biasa. Vania pun tersenyum melihat dua orang itu memengang kepalanya yang terasa sakit. Melihat Vania yang lengah, berambut gondrong itu langsung mengambil sebuah kayu yang ada di sekitar situ. Dan memukul nya dari belakang.
Bugh
Bugh
Bugh
Tiga pukulan kuat pun kenak di bagian belakang kepala Vania. Pandangan cewek itu pun mulai menghitam. Kakinya juga terasa lemas. Ia pun terduduk ke aspal dengan kakinya terlipat.
Rambut gondrong itu pun tersenyum Smirk. Ia pun mendekati Vania dan mencengkram kuat pipi Vania.
"Makannya jangan sok kuat, kayak gini kek dari tadi" Ucap Pria berambut gondrong itu.
"Ck' kita apain cewek ni zy" Tanya Pria berambut ikal itu sembari memegang rahang yang masih terasa nyeri, kepada pria berambut gondrong itu.
"Ya gak lain kita perkosa dulu.." Jawab yang berambut gondrong itu bernama Jozy seraya tersenyum miring.
"Gak kita antar aja terus ke bos" Tanya rambut ikal itu, empat pria geng motor tersebut, cuman anak suruhan dari bos baru mereka. Untuk membawa cewek itu ke hadapan bosnya.
"Ah, nanti aja dulu antar ke Bos. Emang Lo gak mau nikmati cewek perawan dulu" Ucap Jozy membuat berambut ikal itu mengangguk kepalanya mengiyakan.
"Sakit aanjing gara-gara kepala botak kau tuh" Ringis salah satu laki-laki seraya mengusap kepalanya, akibat di benturkan oleh Vania.
"Kepala botak? kau buta ya! jelas-jelas kepala gue ni rambut nya. Kepala kau aja yang keras kayak batu" Balas pria itu gak terima kepalanya di bilang botak.
Jozy mendengar perdebatan temannya berdecih pelan. "Kalian bisa diam gak, atau perlu mulut kalian gue lakban" Marah Jozy membuat mereka berdua yang tadi berdebat kini jadi diam.
"Siapa ni yang pertama dulu.." Tanya Jozy yang masih mencengkram wajah Vania.
"Ya aku dulu lah.."
Bugh
Bugh
Mata mereka bertiga membulat sempurna melihat jozy, di pukul oleh laki-laki remaja yang mereka gak kenal.
"Aanjing, sial siapa berani pukul wajah gue" Ucap Jozy yang tersungkur ke aspal. Mata jozy langsung membelalakkan melihat dua laki-laki remaja.
"Kalau gue napa" Balas laki-laki itu seraya tersenyum.
"Aksara Ganendra.." Gumam jozy seraya memegang pipinya yang nyeri. Mereka bertiga yang dapat mendengar gumaman jozy langsung dibuat heran. Kenapa gak heran coba, jozy yang merupakan mimpin melaksanakan misi ini tiba-tiba saja tubuhnya bergetar.
"Lo Napa zy? kedinginan, sampai bergetar gitu tubuh lo" Tanya rambut ikal tersebut.
"Gak baaangkee, gue cuman takut aja, karena mereka berdua anak geng motor Beatles" Sahut Jozy seraya berdiri tegak dengan tangannya masih memegang pipinya.
"Geng motor Beatles?" Pria rambut ikal itu mengerutkan dahinya heran. Yang tidak mengerti kenapa kalau lawan mereka itu anak geng motor Beatles. Biasanya yang preman-preman mereka lawan. Kenapa yang musuh di hadapan mereka ini beda coba. Cuman geng motor doang kan, mereka juga termasuk anak geng motor.
"Napa pada diam, tadi tanya siapa duluan?" Seru laki-laki remaja bernama Aksara Ganendra seraya tersenyum. Di panggil dengan sebutan aksara.
"Iya tuh, apa takut sama kita berdua ya" Timpal satunya lagi. Bernama Karel Pradipta, di panggil dengan sebutan Karel.
"Cemen banget sih padahal kami belum apa-apa loh" Aksara mengerucut bibir nya lucu. Jangan heran dengan sikapnya, karena emang gitu sifat nya yang unik beda dengan ketua geng motor yang lain yang sangar, kejam.
"Bacot Lo bocah ingusan.." Cibir yang rambut ikal tersebut.
"Bocah ingusan? oh gak papa kalau kami bocah ingusan. Dari pada kalian bocah masih ne tek, ne tek sehari berapa kali bang.." Balas cibir Karel dengan senyum sumringah.
Bimo yang tenang, kini darahnya mendidih mendengar cibiran yang di lontarkan oleh Karel. Ia pun melayangkan pukulan di wajah Karel.
Krek..
Suara renyah patah tulang begitu terdengar merdu. Dan sang empu pun menjerit-jerit kesakitan pada tangannya.
Jozy yang melihat itu, mengangkat kakinya yang ingin menendang rahang karel. Tapi kaki itu belum sampai mengenai rahang Karel, tiba-tiba berhenti di udara, karena apa Aksara yang sudah menahannya. Aksara tanpa ba-bi-bu pun membanting jozy ke aspal.
Bruk.
"Akhh.." Teriaknya kesakitan.
Mereka bertiga itu langsung melongo, melihat pemimpin mereka dengan mudah di tumbang kan.
"Maju lagi.." Pinta Aksara yang sudah memasang kuda-kudanya. Mereka bertiga pun maju, Pertarungan sengit pun terjadi, mereka saling melayangkan pukulan dan tendangan. Belum beberapa menit. Empat pria geng motor tersebut, berhasil di kalahkan.
"Cabut!" Titah jozy seraya berjalan yang di bantu oleh Bimo ke motor.
"Bye.. bye, jangan lupa di obati sekalian masukin ke rumah sakit jiwa ya" Pekik Aksara dengan melambaikan tangannya.
"Biar apa?" Karel menaikan alisnya.
"Biar langsung mati mungkin.." Jawab Aksara dengan tergelak tertawa. Karel yang mendengarnya, hanya tersenyum tipis seraya mengeleng kepalanya.
Pandangan Karel pun berhenti, melihat cewek yang cuman duduk terdiam menatap ke arah mereka. Karel pun langsung menyiku Aksara. Aksara yang paham langsung menghampiri ke arah Vania.
"Lo gak papa kan?" Tanya Aksara dengan mengulurkan tangannya. Vania mengeleng kepalanya.
"Gak papa" Vania mengeleng kepalanya sembari menerima uluran tangan Aksara.
"Ada yang luka gak?" Lontar pertanyaan dari Karel dengan kedua tangannya masuk ke jaket kulit hitamnya.
Vania pun langsung memperhatikan tubuhnya. Melihat tubuhnya tidak ada luka-luka. Cewek itu pun mengeleng kepalanya sebagai jawaban.
"Gak ada.." Sahut Vania seraya tersenyum tipis.
"Kalau boleh tahu? kalian berdua anak geng motor kan?" Tanya Vania dengan antusias. Aksara dan Karel mendengarnya, saling menatap dengan tatapan ambigu.
"Iya emang kenapa?" Tanya Karel dengan menaikkan ke dua alisnya.
"Boleh gabung gak? jadi anggota geng motor kalian" Ujar Vania dengan senyuman merekah.
"Lo gak beneran di perkosa kan" Celetuk Aksara. Karel mendengar celetukan Paketunya, langsung menyiku pinggang cowok itu. Membuat sang empu meringis pelan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments
Yunia Afida
semangat terus 💪💪💪💪💪, saya mampir
2023-08-13
1
nana
assalamualaikum kak... hai salam kenal... q mampir... semangat terus kak....
2023-07-26
2
Sasha ✨️
Queen mampir kak, semangat ya
2023-07-11
1