Alaska mengembangkan senyumannya. Melihat Vania tertawa, yang masih menggenggam tangannya. Dengan mereka melompat-lompat di sebuah genangan air.
"Seru kan.." Tanya Vania dengan mengeraskan suaranya.
Alaska mengangguk. "Seru.." Jawab cowok itu. Mereka pun berkembali berlari-larian di lapangan terawat itu. Langkah Alaska berhenti melihat Vania yang memejamkan matanya menikmati air hujan yang turun.
"Kadang air hujan itu gak selalu bikin kita sakit. Tapi bisa bikin kita bahagia. Karena dengan adanya hujan semua makhluk hidup di bumi ini terasa hidup" Vania mengujar dengan matanya terpejam. Alaska yang mendengarnya, mendongak kepalanya ke atas. Tetesan hujan pun mengalir menerpa wajahnya.
Entah kenapa dirinya harini. Merasa bahagia mandi hujan. Biasanya dia tidak suka sama sekali dengan namanya hujan. Dari kecil sampai remaja, laki-laki itu selalu di larang oleh kedua orang tuanya. Bermain hujan. Karena bisa mengakibatkan, menjadi demam tinggi. Tapi sekarang, bermain hujannya yang biasa di katakan sakit. Malah membuat sakit itu terasa berkurang.
"Mah, mama pernah bilang sama Alaska. Jangan main hujan nanti kamu sakit Loh. Tapi sekarang, dengan bermain hujan. Rasa sakit yang mama berikan dengan Alaska. Terasa sembuh" Alaska tersenyum miris mengingat perkataan Mamanya sebelumnya. Lebih baik dirinya mati daripada menjadi beban untuk Mamanya. Tak terasa air mata keluar dari ujung ekor matanya.
Terkadang air hujan menjadi pelampiasan perasaan karena kita bisa menangis, di bawah air hujan tanpa ada yang mengetahui kita sedang menangis.
Rain always give me peace that i never get.
"Thanks ya. Lo dah antar gue pulang" Ucap Vania kepada Alaska yang telah mengantarkan dirinya pulang.
"Anytime..." Jawab Alaska. Vania pun mengangguk kepalanya.
"Gue pulang dulu ya..." Pamit Alaska seraya menghidupkan mesin motornya.
"Oh ya, hati-hati ya di jalan" Vania melambaikan tangannya melihat motor Alaska yang mulai hilang dari matanya. Ia pun membalikkan badannya menatap rumah minimalis. Terlihat sebuah gorden, yang terbuka sedikit, seperti ada yang mengitip.
Kak keya yang merasa Vania seperti melihat arah gorden langsung menutupnya. Dan berjalan menuju ke sofa panjang, lalu mendaratkan bokongnya. Dan mengambil majalah yang terletak di meja. Kemudian pura-pura membacanya.
Ceklek
Pintu pun terbuka dan menampilkan Vania yang basah kuyup. Keya yang pura-pura baca majalah melirik sekilas penampilan adik sepupunya yang berdiri di ambang pintu. Saat kak keya yang ingin buka suara. Namun sudah ke duluan Vania.
"Ngapain Lo ngintip-ngintip gue tadi" Ketus Vania bertanya yang memperhatikan kakak sepupunya, membaca majalah yang terbalik.
"Hah, maksud Lo apaan. Bila gue ngintip-ngintip Lo" Tanya kak keya dengan raut wajah yang di buat sekaget mungkin. Vania yang melihat raut wajah keya, memutar bola matanya malas.
"Alah gausah bohong, tadi gue liat kok Lo ngintip dari gorden jendela..." Kak keya yang tak mampu menyembunyikan kebohongannya. Menyengir lebar.
"Benar sekali... Ngapain Lo pulang dengan cowok" Kak keya menatap Vania dengan tatapan penuh tanda tanya.
"Napa kepo!" Vania menaikkan kedua alisnya, sembari menatap kakak sepupunya itu.
"Alah jawab aja Napa sih! siapa itu cowok pacar Lo" Tanya keya lagi dengan kesal. Dengan sikap, sok angkuh sepupunya itu.
"Bukan..." Jawab Vania singkat seraya berlalu menuju ke kamar mandi. Keya yang menatap Vania yang sudah pergi, bergeming sendiri.
"Masak sih, bukan pacar. Padahal baru kali ini gue liat dia pulang di anterin cowok" Gumam keya di dalam hati bertanya.
"Kak keya tolong kan ambil kan handuk.." Teriak Vania di dalam kamar mandi. Seketika Keya jadi kaget mendengar suara teriakan Vania.
"Iya gue ambilin... kebiasaan amat lu sih selalu ke kamar mandi pasti lupa bawa handuk"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments