NovelToon NovelToon

Vanilla (Love And Dare)

Boleh gabung?

Hembusan angin malam hari terasa dingin menerpa kulit. Jalan raya yang biasa akan ramai kendaraan, kini terlihat sepi karena hari mulai semakin malam, sebagian penduduk bumi, mungkin sudah terlelap dalam tidurnya. Cewek yang mengunakan Hoodie itu mengendari motor sportnya dengan kecepatan sedang, untuk merasakan udara malam yang sejuk itu. Tiba-tiba saja ada segerombolan empat anak Geng motor yang mengikutinya dari belakang. Melihat itu ia menambahkan kecepatan motor sportnya. Sayangnya empat anak geng motor tersebut, tetap mampu mengejar kecepatan motor sportnya.

"Lo berhenti gak!" Teriak salah satu empat anak geng motor tersebut. Cewek yang mengunakan Hoodie itu tidak mengindahkannya, tetap melaju kan motor nya. Sedetik kemudian cewek itu pun mengerem mendadak, melihat ada yang menghadang jalan motor nya.

Cit!

Suara decitan ban motor, terdengar menggema di malam yang sunyi itu. Cewek yang mengunakan Hoodie itu pun menetralkan nafas nya. Hampir saja dia menabrak orang tersebut. Dengan emosi ia pun melepaskan helm full face dan menaruh helm full face nya itu dengan asal di atas motor sportnya.

Mata empat orang geng motor tersebut membulat, terpana akan dengan kecantikan cewek yang mengunakan Hoodie tersebut.

"Kalian apa-apa sih berhenti di depan saya! mau cari mati" Satu kalimat keluar dari mulut cewek itu, yang terdengar sangat emosi. Cewek mengunakan Hoodie tersebut, bernama Vanilla kaleisha di panggil dengan sebutan Vania.

Salah satu dari, empat pria ber-geng motor itu lamunannya buyar. Ia pun berdehem, untuk memecahkan lamunan temannya yang masih terpana dengan kecantikan Vania.

"Ehem, jangan galak-galak neng, kita-kita ni cuman mau main bentar aja sama neng. Ya, gak teman-teman" Seru Pria berambut gondrong meminta persetujuan teman-temannya.

"Yoi bro" Mereka menaikkan alisnya seraya tersenyum miring.

"Main?" Vania menaikkan alisnya bingung.

"Iya main!" Sahut pria berambut gondrong itu dengan penuh penekanan.

"Main apa?" Tanya Vania dengan perasaan akan terjadi sesuatu yang gak enak.

"Ya main, lebih tepatnya bermain di atas ranjang" Senyuman miring pun terukir di Pria berambut gondrong tersebut. Ia pun turun dari motornya dan mendekati Vania.

Vania melihat Pria itu berjalan mendekatinya menjadi kalang kabut. "Tetap diam disitu! atau saya teriak ini. Biar semua orang datang dan menghajar kalian" Ucap Vania dengan nada naik beberapa oktaf.

"Mau berteriak minta tolong? silahkan" Balas Pria berambut gondrong itu dengan enteng.

Glek

Vania mendengarnya menelan saliva-nya dengan susah payah, kayaknya percuma deh teriak minta tolong. Karena jalan raya itu sepi banget, tidak ada satupun kendaraan yang lewat jalan raya, yang banyak pohon beringin itu.

Pria yang berambut gondrong itu pun sudah di hadapan Vania. Kedua ujung bibir nya pun terangkat.

"Dilihat dari dekat, Lo makin cantik aja" Tangan Pria berambut gondrong itu pun terulur untuk memengang pipi Vania. Namun langsung di tepis kasar oleh Vania.

Vania pun menunjuk pria itu dengan jari telunjuknya.

"Gue bilang jangan mendekat, apalagi sentuh-sentuh gue" Ucap Vania dengan sorot matanya yang tajam.

"Ululu, Lo kalau lagi marah makin cantik aja" Tergelak tawa empat anak geng motor itu terdengar renyah.

Vania yang mendengar, emosi nya jadi bergemuruh "Bacot Lo setan" Ketus Vania seraya menendang burung pria itu. Pria itu pun langsung memengang pusakanya, yang terasa nyeri akibat tendangan Vania.

"Sialan, berani juga kamu ya" Pria berambut gondrong itu membalas balik. Ia pun ingin menjambak rambut Vania. Namun sebelum menjambak rambut Vania. Cewek itu sudah duluan memelintir-kan tangannya, kebelakang badan pria itu duluan.

"Auw.. auw.." Meringis kesakitan Pria berambut gondrong itu.

"Tahu sakit.." Vania menaikkan alisnya seraya tersenyum miring.

"Sial, kalian ngapain diam aja bantuin gue" Titah pria berambut gondrong kepada temannya. Mendengar kata perintah dari temannya, tiga Pria pun maju. Melihat temannya itu mulai mendekati nya, Vania langsung mendorong pria berambut gondrong itu. Dan mengenai dua pria yang mendekati itu.

"Aduhh.." Ringis mereka bertiga. Temannya yang tidak kenak dorongan itu pun membantu mereka.

Vania yang melihatnya langsung tertawa "Hahaha emang eak.." Tawa Vania dengan puas.

"Kurang ajar.." Pria berambut gondrong itu langsung berdiri, dan melayangkan tinjunya di wajah Vania. Dengan segera cewek itu langsung menangkisnya. Vania pun membalas pukul balik dengan menendang perut cowok itu.

Melihat itu, temannya ikut melayang tinju ke wajah Vania. Vania pun menunduk, kemudian ia pun melayangkan tinjunya ke rahang temannya yang rambut ikal, bernama Bimo.

Bimo itu pun memengang rahang nya terasa nyeri.

"Kuat juga ni cewek" Gumam Bimo sembari menatap tajam ke arah Vania. Tinggal dua pria lagi, mereka pun menyerang barengan, vania pun langsung menghindari dan membenturkan kepala mereka berdua.

Brukh.

Suara benturan kepala terdengar menggema. Yang pastinya sakitnya luar biasa. Vania pun tersenyum melihat dua orang itu memengang kepalanya yang terasa sakit. Melihat Vania yang lengah, berambut gondrong itu langsung mengambil sebuah kayu yang ada di sekitar situ. Dan memukul nya dari belakang.

Bugh

Bugh

Bugh

Tiga pukulan kuat pun kenak di bagian belakang kepala Vania. Pandangan cewek itu pun mulai menghitam. Kakinya juga terasa lemas. Ia pun terduduk ke aspal dengan kakinya terlipat.

Rambut gondrong itu pun tersenyum Smirk. Ia pun mendekati Vania dan mencengkram kuat pipi Vania.

"Makannya jangan sok kuat, kayak gini kek dari tadi" Ucap Pria berambut gondrong itu.

"Ck' kita apain cewek ni zy" Tanya Pria berambut ikal itu sembari memegang rahang yang masih terasa nyeri, kepada pria berambut gondrong itu.

"Ya gak lain kita perkosa dulu.." Jawab yang berambut gondrong itu bernama Jozy seraya tersenyum miring.

"Gak kita antar aja terus ke bos" Tanya rambut ikal itu, empat pria geng motor tersebut, cuman anak suruhan dari bos baru mereka. Untuk membawa cewek itu ke hadapan bosnya.

"Ah, nanti aja dulu antar ke Bos. Emang Lo gak mau nikmati cewek perawan dulu" Ucap Jozy membuat berambut ikal itu mengangguk kepalanya mengiyakan.

"Sakit aanjing gara-gara kepala botak kau tuh" Ringis salah satu laki-laki seraya mengusap kepalanya, akibat di benturkan oleh Vania.

"Kepala botak? kau buta ya! jelas-jelas kepala gue ni rambut nya. Kepala kau aja yang keras kayak batu" Balas pria itu gak terima kepalanya di bilang botak.

Jozy mendengar perdebatan temannya berdecih pelan. "Kalian bisa diam gak, atau perlu mulut kalian gue lakban" Marah Jozy membuat mereka berdua yang tadi berdebat kini jadi diam.

"Siapa ni yang pertama dulu.." Tanya Jozy yang masih mencengkram wajah Vania.

"Ya aku dulu lah.."

Bugh

Bugh

Mata mereka bertiga membulat sempurna melihat jozy, di pukul oleh laki-laki remaja yang mereka gak kenal.

"Aanjing, sial siapa berani pukul wajah gue" Ucap Jozy yang tersungkur ke aspal. Mata jozy langsung membelalakkan melihat dua laki-laki remaja.

"Kalau gue napa" Balas laki-laki itu seraya tersenyum.

"Aksara Ganendra.." Gumam jozy seraya memegang pipinya yang nyeri. Mereka bertiga yang dapat mendengar gumaman jozy langsung dibuat heran. Kenapa gak heran coba, jozy yang merupakan mimpin melaksanakan misi ini tiba-tiba saja tubuhnya bergetar.

"Lo Napa zy? kedinginan, sampai bergetar gitu tubuh lo" Tanya rambut ikal tersebut.

"Gak baaangkee, gue cuman takut aja, karena mereka berdua anak geng motor Beatles" Sahut Jozy seraya berdiri tegak dengan tangannya masih memegang pipinya.

"Geng motor Beatles?" Pria rambut ikal itu mengerutkan dahinya heran. Yang tidak mengerti kenapa kalau lawan mereka itu anak geng motor Beatles. Biasanya yang preman-preman mereka lawan. Kenapa yang musuh di hadapan mereka ini beda coba. Cuman geng motor doang kan, mereka juga termasuk anak geng motor.

"Napa pada diam, tadi tanya siapa duluan?" Seru laki-laki remaja bernama Aksara Ganendra seraya tersenyum. Di panggil dengan sebutan aksara.

"Iya tuh, apa takut sama kita berdua ya" Timpal satunya lagi. Bernama Karel Pradipta, di panggil dengan sebutan Karel.

"Cemen banget sih padahal kami belum apa-apa loh" Aksara mengerucut bibir nya lucu. Jangan heran dengan sikapnya, karena emang gitu sifat nya yang unik beda dengan ketua geng motor yang lain yang sangar, kejam.

"Bacot Lo bocah ingusan.." Cibir yang rambut ikal tersebut.

"Bocah ingusan? oh gak papa kalau kami bocah ingusan. Dari pada kalian bocah masih ne tek, ne tek sehari berapa kali bang.." Balas cibir Karel dengan senyum sumringah.

Bimo yang tenang, kini darahnya mendidih mendengar cibiran yang di lontarkan oleh Karel. Ia pun melayangkan pukulan di wajah Karel.

Krek..

Suara renyah patah tulang begitu terdengar merdu. Dan sang empu pun menjerit-jerit kesakitan pada tangannya.

Jozy yang melihat itu, mengangkat kakinya yang ingin menendang rahang karel. Tapi kaki itu belum sampai mengenai rahang Karel, tiba-tiba berhenti di udara, karena apa Aksara yang sudah menahannya. Aksara tanpa ba-bi-bu pun membanting jozy ke aspal.

Bruk.

"Akhh.." Teriaknya kesakitan.

Mereka bertiga itu langsung melongo, melihat pemimpin mereka dengan mudah di tumbang kan.

"Maju lagi.." Pinta Aksara yang sudah memasang kuda-kudanya. Mereka bertiga pun maju, Pertarungan sengit pun terjadi, mereka saling melayangkan pukulan dan tendangan. Belum beberapa menit. Empat pria geng motor tersebut, berhasil di kalahkan.

"Cabut!" Titah jozy seraya berjalan yang di bantu oleh Bimo ke motor.

"Bye.. bye, jangan lupa di obati sekalian masukin ke rumah sakit jiwa ya" Pekik Aksara dengan melambaikan tangannya.

"Biar apa?" Karel menaikan alisnya.

"Biar langsung mati mungkin.." Jawab Aksara dengan tergelak tertawa. Karel yang mendengarnya, hanya tersenyum tipis seraya mengeleng kepalanya.

Pandangan Karel pun berhenti, melihat cewek yang cuman duduk terdiam menatap ke arah mereka. Karel pun langsung menyiku Aksara. Aksara yang paham langsung menghampiri ke arah Vania.

"Lo gak papa kan?" Tanya Aksara dengan mengulurkan tangannya. Vania mengeleng kepalanya.

"Gak papa" Vania mengeleng kepalanya sembari menerima uluran tangan Aksara.

"Ada yang luka gak?" Lontar pertanyaan dari Karel dengan kedua tangannya masuk ke jaket kulit hitamnya.

Vania pun langsung memperhatikan tubuhnya. Melihat tubuhnya tidak ada luka-luka. Cewek itu pun mengeleng kepalanya sebagai jawaban.

"Gak ada.." Sahut Vania seraya tersenyum tipis.

"Kalau boleh tahu? kalian berdua anak geng motor kan?" Tanya Vania dengan antusias. Aksara dan Karel mendengarnya, saling menatap dengan tatapan ambigu.

"Iya emang kenapa?" Tanya Karel dengan menaikkan ke dua alisnya.

"Boleh gabung gak? jadi anggota geng motor kalian" Ujar Vania dengan senyuman merekah.

"Lo gak beneran di perkosa kan" Celetuk Aksara. Karel mendengar celetukan Paketunya, langsung menyiku pinggang cowok itu. Membuat sang empu meringis pelan.

Di usir dari kelas

Vania yang di duduk di kursi belakang. Nampak tidak fokus apa yang di jelaskan oleh guru yang didepan. Pikiran cewek itu berkelana tentang kejadian semalam. Cowok yang semalam yang telah menolong dirinya tidak memberikan jawaban. Apakah dirinya boleh ikut bergabung dengan geng motor mereka. Mereka berdua hanya memberikan jawaban tidak. Vania yang tidak terima bergabung, masih tengah berpikir bagaimana dirinya bisa di terima bergabung di geng motor Beatles.

"Duh.. kira-kira siapa ya yang punya nomor wa Aksara" Gumam Vania dengan mengetuk bolpoin nya di meja seraya mengedarkan pandangannya menatap seisi kelas. Karena mengingat cowok semalam yang telah menyelamatkan nya, merupakan satu sekolah dengan nya. Ya menurut nya pasti di kelas nya ini ada yang mempunyai nomor ponsel mereka. Apalagi mereka itu anak famous SMA labschool.

"Tia.." Panggil Vania sedikit berteriak kepada teman sebelah nya. Namun orang di panggil tampak tidak mendengar nya. Ia tampak fokus dengan guru yang sedang menjelaskan materi pelajaran di papan tulis.

"Ck' budeg, amat tuh anak" Vania berdecak kesal. Melihat temannya tidak menyahut panggilannya. Pikiran licik terlintas di kepala Vania. Cewek itu pun merobek kertas buku tulis nya. Dan meremasnya menjadi gumpalan bola.

Tangannya pun terangkat sedikit, untuk ingin melempar kertas yang telah remas itu.

"Satu dua tiga" Kertas itu pun terlempar di udara. Sayangnya lemparan nya tidak kenak sasaran. Dan lemparan nya itu malah mengenai cewek yang mulutnya paling ember di kelas ini.

Bruk

"Aduh.." Cewek yang terkena lemparan kertas itu. Yang bernama Loni, kini tengah pandangan nya menatap kertas yang jatuh di bawah mejanya setelah mengenai kepalanya.

"Aduh buset, malah kenak si mulut ember lagi" Gerutu Vania kesal. Loni pun mengedarkan pandangannya untuk mencari pelaku nya. Senyuman miring pun terukir.

"Ibu.." Panggil Loni membuat guru yang sedang menjelaskan materi itu berhenti sejenak.

"Kenapa Loni?" Tanya guru tersebut.

"Ibu si Vania main lempar kertas, lihat aja ni ibu kertasnya tadi kenak kepala saya" Ujar Loni dengan senyuman merekah. Membuat Vania melihatnya jadi geram.

"Vania apakah itu benar di bilang Loni.." Tanya guru itu memastikan.

"Itu semua gak benar Bu. Si Loni itu fitnah" Jawab Vania dengan dusta agar dirinya tidak terkena hukuman.

"Enggak kok Bu, saya gak fitnah. Ibu kan tahu kalau saya siswi-siswi baik-baik. Sementara Vania, yah tahu sendirilah" Loni tampak memelas mengatakannya membuat guru yang mengajar pelajaran tersebut. Terpaksa mengusir Vania keluar dari kelas.

"Ihh dasar mulut ember, awas aja kau ya. Kutikam-tikam kau pakai pisau nanti" Gerutu Vania seraya menghentakkan kakinya. Cewek itu yang di usir dari kelas gak ambil pusing dan berjalan menuju ke kantin.

Saat sampai di kantin Vania pun membuka freezer es krim. Lalu mengambil salah satu es krim favorit nya yang rasanya strawberry. Dan berjalan menuju ke kasir untuk membayar nya.

"Mpok Desi, saya beli es krim ini satu ya" Ujar Vania seraya menyodorkan uang 10 ribu.

Mpok Desi pun menerimanya dan mengembalikan uang kembaliannya. "Ini neng kembaliannya tiga ribu" Mpok Desi pun menyodorkan uang dua ribu dan seribu.

"Makasih.." Ucap Vania seraya menerima kembalian nya dan di anggukan kepala oleh Mpok Desi sebagai jawaban.

Vania pun berjalan sembari memakan Es krim. Selang beberapa detik Es krim yang, ia makan pun habis. Cewek itu pun segera membuang stick es krim nya tong sampah. Ntah kenapa tiba-tiba saja Vania merasa tidak enak dengan perutnya.

"Duh kok tiba-tiba saja perut ku jadi mules ya.." Gumam Vania seraya memegang perutnya. Sedetik kemudian Vania pun berlari menuju ke toilet sekolah.

Suara angin begitu, banyak keluar. Membuat Vania gak sabaran membuang air besarnya. Cewek itu pun sampai ke toilet dan langsung membuang hajat nya.

Tak lama kemudian, Vania yang masih berada di toilet seperti mendengar suara cowok.

"Halo mah! Alaska minta sekali ini... aja ketemu dengan Alaska ya" Pinta cowok dengan penuh permohonan akan terima permintaan nya. Tapi tetap saja kayaknya permintaannya tidak terima.

"Mama gak bisa Alaska, tolong dong kamu ngertiin kondisi mama mu ini yang ni lagi sibuk" Ujar wanita paruh baya di seberang telepon, merupakan Mama Alaska Kalingga putra anak yang paling bandel di sekolah SMA Labschool yang akan haus perhatian orang tuanya. Mama Alaska bernama Seyra.

"Sibuk? sibuk dengan keluarga baru mama gitu" Cowok tersenyum miris melihat orang tuanya yang tidak satupun memedulikan dirinya.

"Kapan sih, kalian ngertiin Alaska sekali aja! baik Mama sama papa, sama-sama aja gak ada bedanya. Sibuk dengan dunia sendiri, sampai anak kandung sendiri di lantarin. Alaska itu anak kalian mah bukan anak pungut yang baru di jumpa jalan. Dan mana janji mama yang mama dulu buat. Yang bakal selalu ada di saat Alaska butuh!" Mama Seyra yang mendengarnya berdecak kesal.

"Saya gak akan lakukan begini semua, kalau gak Papa kamu yang mulai" Ucap Mama Seyra yang terdengar emosi di seberang telepon.

Mama Seyra pun menarik-narik nafas dalam-dalam, sebelum melanjutkan perkataannya

"Dan cukup hari ini kamu menelepon saya Alaska, kamu itu cuman bikin beban keluarga aja. Lebih baik anak seperti kamu itu mati saja dari pada hidup menyusahkan saya" Teleponan itu pun terputus sepihak. Membuat Alaska pun mengeram kesal. Kenapa sih di keluarga nya gak ada yang memedulikan dirinya. Apa lebih baik dirinya, mati saja. Biar mereka menyesal akan kepergiannya.

Alaska yang berada di toilet menatap cermin, yang menampilkan dirinya.

"Dasar orang tua a-njing" Pekik Alaska seraya meninju cermin hingga terpecah belah.

"Ohmaygat, suara apaan itu" Mendengar suara pecahan kaca itu Vania pun segera menyelesaikan buang air besarnya.

Setelah keluar, mata Vania pun membulat sempurna melihat kaca yang berserakan.

"Astaga... kenapa cermin nya jadi pecah gini" Pandanganya pun menunduk bergilir menatap pecahan kaca yang berserakan di lantai.

Alaska yang melihat, tiba-tiba di toilet ini ada cewek. Merasa heran.

"Ngapain Lo kesini?" Tanya Alaska dengan nada dingin yang begitu menusuk.

Padangan Vania yang menunduk. Kini mendongak menatap wajah cowok yang di hadapan nya. Tiba-tiba bulu kuduknya berdiri. Melihat tatapan cowok itu yang begitu menghunus seakan menerkam dirinya saat itu juga.

Vania pun mengehela nafas panjang, untuk meredam rasa takutnya "Lah yang seharusnya nanya itu gue. Lo tu ngapain di toilet cewek, apa jangan-jangan Lo ingin ngintip gue ya tadi... Wah parah harus di laporkan ke guru BK ni" Seru cewek itu heboh sendiri.

Alaska yang mendengarnya, ujung bibirnya naik membentuk senyuman miring. Perlahan-lahan ia pun mendekati cewek tersebut.

Vania yang melihat cowok itu mendekati nya jadi takut. Dirinya kini tubuhnya tiba saja terasa kaku.

Alaska pun memengang kedua pipi Vania dan menggeser pandangan kepalanya menghadap belakang.

"Baca yang benar! kalau Lo gak bisa baca, biar gue bacain" Tekan Alaska dengan nada bicaranya masih sama. Membuat orang yang mendengar suara berat dingin nya jadi bergidik ngeri.

"Toilet pria.." Baca Vania dan di akhiri senyuman yang rasa malunya sedunia. Tangan Alaska yang pengang pipi Vania pun turun dan memasukkan ke dua tangan ke saku celana abu-abu nya.

"Silahkan Lo laporin ke guru BK?" Tukas Alaska lalu berlenggang pergi. Namun sebelum melangkah beberapa centimeter langsung di tahan oleh Vania dengan kuat. Lantai toilet itu yang licin membuat Alaska menjadi terpeleset ke belakang dan berakhir mengukung tubuh Vania.

Vania melebarkan matanya, melihat Alaska dengan jarak begitu dekat, yang terlihat sangat tampan. Kulit wajah yang putih bersih hidung mancung, iris mata berwana biru. Dan-

"Astagfirullah apaan tuh, ada orang ew ean" Pekik siswa bernama Jefri membuat heboh satu sekolah.

"Damn ****"

"Ibu kami berdua itu gak ada ew ean di toilet Bu.." Ujar Vania dengan kesal, menyakinkan guru BK bernama Bu Yeyen tersebut.

Bu Yeyen mendengarnya menghela nafas pelan.

"Kamu tahu kan berapa siswi yang hamil di luar nikah dan itu dari hasil perbuatan berhubungan mereka di toilet sekolah. Kamu tahu kan Vania" Bentak Bu Yeyen dengan emosi, melihat perlakuan muridnya yang tak senonoh.

"Tahu Bu.. tapi Vania jujur gak ada lakuin itu?" Raut wajah Vania terlihat sedih melihat apa yang akan terjadi selanjutnya. Dengan berita heboh hoax ini.

"Kamu juga Alaska ngapain kamu ituin ke anak gadis orang" Bentak Bu Yeyen kepada Alaska.

"Saya? berhubungan badan, dengan dia? kayaknya harus mikir seratus sekali deh. Soalnya saya gak sudi dengan cewek t e t e k tepos" Vania mendengar nya langsung melebarkan matanya. Sementara Bu Yeyen menepuk jidatnya seraya mengeleng kepalanya pelan.

"Dih siapa juga mau sama burung Lo yang ke tek kayak ulat bulu, dih.." Vania memutar bola matanya malas seraya menatap jijik.

"Emang Lo dah pernah nengok, burung gue?" Tanya sinis Alaska seraya tersenyum miring.

Vania mengeleng kepalanya pelan. "Enggak.." balasnya polos.

"Terus Lo jadi orang jangan sotoy, lihat aja belum pernah dah sok ngatain" Cibir Alaska dengan sinis.

"Lah Lo juga, jangan sok ngatain orang. Minimal sadar diri dek" Balas cibir Vania yang gak mau kalah.

"Gue bilang kenyataannya kok, gak perlu Lo buka baju dah tau gue kalau t e t e k Lo itu tepos" Ucap datar Alaska. Mendengar itu, Vania memperhatikan tubuhnya. Benar juga apa yang di bilang Alaska.

Mendengar muridnya bicara yang sudah tak sepatutnya, Bu Yeyen pun mengeluarkan jurus nya.

"Diam..." Pekik Bu Yeyen sampai menggelegar satu sekolah suara nya. Sampai Alaska dan vania menutupi kupingnya masing-masing.

Satu menit Bu Yeyen teriak. Guru itu pun berhenti dan melanjutkan perkataannya.

"Jadi gimana ni kalian di luar kan sekolah? atau di nikahkan, cocok soalnya sama-sama bandel" Ujar Bu Yeyen membuat Vania melongo.

"Jangan lah Bu, gini aja mending kita lihat cctv" Ujar Vania memberikan pendapat.

"Gila Lo mana ada toilet di taruh cctv, emang kalau di toilet di taruh cctv untuk di jadikan tontonan badar bok\*p apa?" Celetuk Alaska. Vania yang mendengarnya, merasa benar juga.

Sementara Bu Yeyen yang mendengarnya, melongo. Mendengar omongan muridnya terlalu frontal padahal di depan mereka itu ada guru.

"Yaudah begini ibu kasih keringanan, bila kedapatan kejadian itu terulang lagi. Siap-siap kalian berdua saya keluarkan dari sekolah ini. Dan kalian berdua tidak bebas dari hukuman, hukuman kalian adalah kutip 100 daun kering, gak lebih gak kurang, sekarang juga" Titah Bu Yeyen. Vania yang dapat hukuman seperti itu hanya pasrah.

"Ibu kukira saya pemulung apa? kutip-kutip daun" Spontan Alaska.

"Hah apa kamu bilang Alaska?"

Marahnya bad boy

Panas matahari siang yang cukup terik. Alaska Kalingga putra, di panggil dengan sebutan Alaska, anak yang terkenal bad boy di sekolah ini. Tengah duduk santai di bawah pohon rindang dekat lapangan.

Mata cowok itu tertuju pada gadis yang sedang mengutip daun kering. Sementara Bu Yeyen yang berada di lapangan, berkacak pinggang melihat siswa nya itu.

"Alaska..." Pekik Bu Yeyen dengan berkacak pinggang.

"Kenapa kamu diam hah! kutip sana daun kering" Titah Bu Yeyen dengan tangannya memegang rol panjang.

Alaska yang sedang enak-enak duduk santai merasa terganggu. "Kenapa gak ibu kutip sendiri aja coba" Gumam cowok itu masih mampu di dengar oleh guru BK tersebut tapi samar.

"Kamu tadi bilang apa hah?" Tanya guru BK tersebut.

"Saya gak ada bilang apa-apa" Balas Alaska datar seraya memasukan tangan nya ke saku celana abu-abunya. Ia pun melenggang pergi seraya bergumam.

"Dasar guru BK budeg" Cibir Alaska tapi tidak terdengar oleh guru BK tersebut.

Bu Yeyen yang melihat punggung Alaska kian menjauh. Menggerutu kesal. "Ihh lama-lama bisa mati muda saya menghadapi anak nakal itu" Setelah mengatakan itu Bu Yeyen pun melangkah pergi, dan memutuskan melihat mereka dari kejauhan.

Vania yang sedang mengutip daun kering, dan sudah terkumpul banyak. Tersenyum bangga terhadap dirinya. Setidaknya hukuman ini sedikit lagi selesai. Vania pun menyapu pandangannya ke halaman sekolah dan berhenti pada cowok yang di kenal Bad boy itu.

"Sudah selesai kutip daun dia? cepat banget" Gumam Vania yang tampak dari jauh cowok itu sudah menyelesaikan hukuman nya. Karena berhadapan langsung dengan Bu Yeyen.

Bu Yeyen melebarkan matanya, melihat apa yang di depannya.

"Kaleisha..." Pekik Bu Yeyen yang kesabarannya sudah habis. Alaska yang di hadapan guru BK tersebut menutup kupingnya kuat.

"Sial, bisa-bisa kuping gue budeg dengan ni guru" Batin Alaska di dalam hati.

Setelah puas berteriak, Bu Yeyen menarik nafasnya dalam-dalam. Menetralkan dadanya yang terasa sesak.

"Kaleisha ngapain kamu kutip daun warna hijau, saya suruh kan 100 daun kering" Ucap Bu Yeyen dengan berkacak pinggang.

Alaska menunjukkan dirinya. "Saya Bu?" Tanya Alaska ambigu. Sejak kapan namanya berubah jadi kaleisha.

"Iya kamu!" Tekan Bu Yeyen.

Alaska mendengarnya, menyeringai tipis. "Nama saya Alaska Bu! Alaska Kalingga putra. Bukan kaleisha" Ujar Alaska penuh penekanan.

Bu Yeyen yang salah menyebut nama siswa nya, menjadi malu sendiri.

"Ouh salah ya, sorry. Soalnya nama kamu hampir mirip dengan kaleisha. Kalingga, kaleisha" Ujar Bu Yeyen.

Alaska yang mendengarnya, memutar bola matanya jengah. Mana ada mirip namanya, dengan kaleisha dan Kalingga. Dan juga siapa yang pemilik nama bernama kaleisha itu.

"Kamu ngapain diam aja, darimana kamu petik daun hijau ini!" Ketus Bu Yeyen.

"Iya di pohon mangga dekat lapangan" Jawab Alaska santai. Membuat darah Bu Yeyen menjadi mendidih.

"Silahkan kamu cari daun kering sekarang juga, jangan harap hukuman ini selesai, sebelum 100 daun kering terkumpul" Ucap Bu Yeyen dengan penuh penekanan.

Alaska pun melenggang pergi seraya berdecak kesal. Cowok itu pun mengutip daun kering yang berjatuhan. Langkah cowok itu berhenti, melihat tumpukan daun kering yang sudah terkumpul. Dan ide jahil nya pun terlintas di pikiran nya.

Kemudian tumpukan daun kering milik Vania itu di ambil diam-diam oleh Alaska. Sedangkan Vania sibuk mengikat rambutnya yang panjang terurai, membelakangi tumpukan daun itu. Dan tidak mengetahui kalau daun kering nya diambil. Ia pun menoleh kebelakang dan melihat daunnya hanya tersisa sedikit.

"Mana daun kering nya kok tinggal segini" Tanya Vania dengan dirinya sendiri.

"Gak mungkin kan hilang begitu aja" Batin Vania dalam hatinya. Dia pun menatap kejauhan punggung Alaska yang seperti tangannya memengang daun kering.

"Heih.. heih" Panggil Vania kepada murid yang berlalu lalang.

"Napa?" Tanya siswa yang di hentikan oleh Vania.

"Lo ada lihat tu cowok lewat sini gak" Tunjuk Vania kearah Alaska.

Siswa yang melihat Alaska tiba-tiba saja jadi takut. Ia pun langsung mengeleng kepalanya.

"Gak tahu.." Ucap siswa itu lalu berlenggang pergi. Siswa tersebut tidak menjawabnya karena ia gak mau harus berurusan dengan cowok yang terkenal sadis di sekolah ini. Apalagi Alaska tipe cowok yang tidak beri ampun pada orang mengusik ketenangan nya.

"Ck' Napa sih itu orang tinggal jawab aja sih" Gerutu Vania seraya menggaruk kepalanya yang gak gatal. Dengan wajahnya di tekuk kesal, cewek itu memulai mengumpul daun kering di awal lagi.

"Lo kok bisa sih, bisa berurusan dengan Alaska, Lo tahu kan itu cowok. Beh, bandel nya nauzubillah. Bisa-bisa Lo di pukul oleh dia, Nia!" Tia merupakan temannya Vania mengeleng kepalanya. Mendengar cerita bahwa Vania kenak hukuman gara-gara kepergok di toilet berdua dengan Alaska. Padahal itu cuman salah paham.

"Ya aku gak tahu namanya musibah.." Ketus Vania bad mood seraya menyeruput jusnya. Sudah setahun sekolah disini. Baru kali dirinya kenak masalah dengan namanya Alaska itu.

Kini mereka berdua berada di kantin anak MIPA. Bunyi bel istirahat pun sudah berbunyi semenit selalu. Vania dengan santai menyantap baksonya.

"Se- nakal apasih dia sampai-sampai di juluki bad boy di sekolah ini" Tanya Vania dengan kepo. Walaupun Vania sudah lama sekolah sini dia tidak terlalu peduli dengan namanya anak nya famous. Cewek itu juga termasuk orang yang introvert. Dia lebih suka di dalam kelas.

"Bad boy banget, namanya kriminal beh lewat untuk di juluki cowok nakal itu. Semua orang aja di pukul, guru aja di lawan. Apalagi kita-kita ini, dahlah tinggal nama doang" Ujar Tia menjelaskan. Membuat Vania mengangguk kepalanya paham. Benar juga tadi pas di depan Bu Yeyen yang terkenal guru BK killer aja. Cowok itu aja seperti tidak ada sopan santun. Dan seperti tidak ada rasa takutnya sedikit pun.

Kantin MIPA yang terdengar biasa riuh, kini tambah riuh. Suara heboh-heboh begitu terdengar di kantin tersebut. Apalagi suara cewek, yang begitu terdengar alay.

"Anjirrr ganteng banget sih mereka itu"

"Gila vibes ganteng mereka lewat dari drama Korea"

"Ah.. ayang gue"

Teriak heboh cewek melihat 5 cowok remaja, memasuki ke kantin. Lima cowok tersebut merupakan anak geng motor bernama Beatles. Yang terdiri oleh, Aksara Ganendra sebagai ketua, Alaska Kalingga putra sebagai wakil ketua. Karel, Jefri, Bastian merupakan anggota, atau pasukan inti.

"Van! kayak Alaska walaupun sikapnya nakal-nakal nauzubillah, tapi dia ganteng banget ban gke" Seru heboh Tia melihat Alaska bersama sohibnya. Vania yang mendengarnya, menoleh ke arah yang di pandang oleh Tia.

Mata Alaska dan Vania bertemu sejenak sebelum memalingkan wajahnya menatap objek lain.

"Ck' ganteng darimana nya coba?" Ucap Vania seraya memutarkan bola matanya jengah.

"Ganteng bodoh! mata Lo aja katarak!" Cibir Tia yang tidak terima cowok seganteng Alaska melebihi Korea itu di bilang gak ganteng.

"Alay Lo.." Balas Vania sinis. Ia pun menoleh kebelakang kembali melihat cowok famous itu. Vania pun melihat ke belakang bukan fokus untuk melihat Alaska. Melainkan cowoknya yang telah menolong nya semalam, yang tengah duduk di perkumpulan Alaska.

"Gimana Lo tadi di BK, Alaska?" Tanya Jefri yang merupakan penyebabnya Alaska masuk ke BK.

Alaska menaikkan alisnya. Lalu meninju wajah Jefri membuat cowok itu tersungkur ke lantai. Itu membuat mengundang perhatian banyak orang yang berada di kantin.

"Anjirrr ngapain Lo mukul wajah gue bangsat" Emosi Jefri seraya bangun dan membetulkan duduknya kembali di atas kursi.

"Hukuman buat Lo" Jawab santai Alaska seraya tersenyum miring. Jefri mendengarnya tersenyum kecut.

"Tia Lo ada gak sih, punya nomor wa namanya Aksara" Tanya Vania dengan antusias.

Tia mengeleng kepalanya. "Gak ada.." Balas nya seraya menyuapkan bakso ke dalam mulutnya.

"Ih pelit banget sih Lo, bagi dong" Pinta Vania dengan matanya berbinar-binar.

"Gak ada Vania, aku gak punya nomor wa mereka" Jawab Tia sebal, terhadap temannya gak mengerti-ngerti. Mendengar Tia tidak mempunyai nomor wa Aksara, Vania memutuskan untuk mencari nya nanti. Sekarang terlebih dulu mengisi perut nya sebelum bel masuk berbunyi.

Selang beberapa menit bel masuk pun berbunyi. Para murid pun berlenggang pergi dari kantin menuju kembali ke kelas. Alaska dan sohibnya yang baru beranjak dari kursi tiba saja berhenti. Melihat Alaska mengepal kedua tangan kuat.

"Lo tahu gak tadi kalau Alaska dengan cewek anak kelas 11 IPS berduaan tadi di toilet. Kira-kira ngapain ya mereka, apa-" Sebelum melanjutkan perkataannya suara meja tersungkur dan suara pecahan kaca terdengar menggema di kantin.

***Brak***..

***Prang***..

"Akkh..." Teriak histeris para murid ketakutan begitu terdengar nyaring. Nyaris hampir saja mereka terkena pecahan gelas dan mangkok berada meja yang tersungkur ke lantai.

"Alaska.." Panggil Aksara seraya menyugar rambutnya ke belakang melihat Alaska sudah mode emosi.

Cewek yang menggunjing tadi, kini bergetar hebat. Melihat Alaska menatap tajamnya.

Rahang laki itu mengeras. Kedua tangannya mengepal kuat. Hingga menonjolkan urat nadinya.

"Lo kayaknya suka banget deh urusin hidup orang" Ucap Alaska dengan nada begitu dingin. Membuat suasana nya hening diam, menjadi suram.

"Apa mulut Lo perlu gue sobek?" Lanjut Alaska dengan nada masih sama.

"Atau Lo mau buktiin kalau gue itu beneran apa gak melakukan berhubungan \*\*\*\* di toilet dengan cewek Lo sebut tadi. Kalau begitu, silahkan Lo panggil dokter terkenal profesor terkenal, dan periksa gue masih perjaka apa gak dan cewek itu masih perawan apa gak. Kalau gue masih perjaka dan cewek itu masih perawan. Lo harus masuk penjara seumur hidup kalau gak di hukum mati" Alaska menatap dengan sorot mata tajam nya. Melihat mata cewek itu yang sudah berair.

"Kalau malah sebaliknya, gue bakal bakal masuk penjara seumur hidup atau di hukum mati juga. Atau Lo bunuh gue silahkan. Gak perlu pikirkan tentang bayaran nya, gue bayar semuanya kalau perlu" Bentak Alaska berakhir cewek itu menangis histeris.

"Huaaa.." nangis cewek tersebut.

Bu Yeyen yang tiba-tiba datang melihat kantin sudah kayak kapal pecah. Langsung menatap penyebabnya. Alaska yang merupakan penyebabnya. Terlihat seperti sangat emosi dari pada biasanya.

"Alaska.." Panggil Bu Yeyen membuat cowok itu langsung menoleh ke arah guru BK itu. Bu Yeyen seketika nyali menciut melihat tatapan tajam Alaska.

"I-kut ibu ke ru-ang BK" Titah Bu Yeyen terbata-bata. Guru BK yang di takuti oleh semua murid di SMA ini. Tiba saja takut oleh satu siswa bernama Alaska Kalingga putra.

"Buset masuk BK lagi itu anak" Celetuk Karel seraya mengeleng kepalanya.

"Udah tiga kali kayaknya hari ini dia masuk BK" Timpal Jefri.

Vania yang melihat akan kejadian itu, melebar matanya. "Gila! ini namanya lebih dari sekedar bad boy ini, cih" Vania berdesis pelan melihat kemarahan seorang terkenal Bad boy.

Dengan santai Alaska mengekori guru BK tersebut. Seperti tidak ada rasa bersalah sedikitpun, dari raut wajah tampannya. Padahal meja yang ia jatuhkan bisa aja nanti kenak para murid di kantin itu, dengan atas meja itu ada gelas dan mangkok. Dia gak mikir resiko itu, apa yang akan terjadi nanti, yang cowok itu pikir bagaimana hatinya puas.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!