Alamanda, Perawat Untuk Anakku
Seorang laki laki muda yang gagah dan tampan keluar dari mobil sambil menggendong seorang anak perempuan yang cantik jelita dan imut, berusia kira kira empat tahun. Akan tetapi wajah cantik jelita anak perempuan balita itu tampak pucat.
Marcellino Hanson nama laki laki muda itu berusia kira kira 26 tahun, ekspresi wajahnya terlihat dingin dan kaku tanpa senyuman. Sejak kematian Patricia sang isteri tercinta, akibat sel kanker yang menggerogoti tubuh isterinya. Marcel merasakan syaraf senyum dan tawa di wajahnya sudah tidak berfungsi lagi. Dan kini Charlotte puteri semata wayangnya juga sering demam dan mengeluh mudah lelah, semakin membuat Marcel tidak bisa tersenyum apalagi tertawa.
“Papa.. aku bisa jalan sendiri kok, tetapi pelan pelan tidak bisa cepat.” Ucap lirih Charlotte pada Sang Papa. Tampak Marcel mencium pipi Charlotte dan tetap menggendong tubuh mungil puteri tercintanya. Marcel terus melangkah menuju ke lift yang akan membawa mereka ke lantai tempat ruang CEO Hanson Company berada. Ruang tempat Marcel bekerja.
Beberapa karyawan yang berpapasan dengan mereka memberi salam sapaan dan tersenyum ramah. Bahkan ada beberapa karyawati yang menyapa secara berlebihan dengan senyuman dan tatapan mata genit. Marcel menjawab dengan anggukan kepalanya. Sedangkan Charlotte tampak menatap tajam pada karyawati yang menyapa dengan genit Sang Papa.
Charlotte anak cantik dan memiliki tingkat kecerdasan tinggi, puteri semata wayang Marcel itu terkenal galaknya minta ampun jika berhadapan pada perempuan perempuan yang berusaha mendekati Papanya.
Sesaat kemudian Marcel sudah masuk ke dalam lift. Dia terpaksa mengajak Charlotte ke kantor karena ada pertemuan penting yang tidak bisa diwakilkan, sementara Charlotte tidak mau ditinggal di Mansion.
“Nanti kita langsung pulang setelah acara rapat Papa selesai, Sayang...” Ucap Marcel sambil mengusap lembut dahi Charlotte dan Marcel pun masih merasakan suhu demam tubuh Charlotte, meskipun tadi sudah minum obat penurun panas.
“Sayang nanti kita ke rumah sakit ya, biar Charlotte sehat dan tidak mudah lelah. Bisa sekolah setiap hari.” Ucap Marcel selanjutnya karena khawatir dengan kondisi kesehatan anaknya. Meskipun sudah ditangani oleh Dokter pribadi yang datang ke Mansion akan tetapi kondisi kesehatan anaknya belum juga membaik. Hanya membaik sebentar dan kambuh lagi. Saran dari Dokter harus melakukan foto rontgen pada bagian tubuh yang dikeluhkan oleh Charlotte.
“Enggak mau.. takut mati seperti Mama dan nanti Papa hanya sendiri. Aku mau menemani Papa.” Ucap lirih Charlotte. Marcel pun mengusap usap lembut kepala Charlotte dan tidak ingin hati Charlotte bersedih karena mengingat kematian Mamanya, Marcel hanya diam sambil terus mengusap usap kepala Charlotte.
TING
Suara alarm lift berbunyi, sebagai tanda mereka sudah sampai di lantai yang dituju. Marcel segera keluar dari pintu lift itu, sambil terus menggendong anaknya, telapak tangan kiri Marcel masih bisa membawa tas kerjanya. Marcel terus berjalan dengan langkah lebar menuju ke ruang kerjanya.
“Aku yang tekan password ya Pa..” pinta Charlotte saat mereka sudah sampai di depan pintu ruang kerja Marcel. Tangan mungil Charlotte terulur pada tombol password dan siap menekan.
“Papa belum kasih tahu password nya pada kamu Sayang..” ucap Marcel dengan nada suara lembut penuh kasih.
“Aku sudah tahu Papa.” Ucap Charlotte lalu tampak jari jari mungilnya menekan nekan tombol password. Dan sesaat kemudian pintu bisa terbuka. Charlotte tersenyum lebar sedangkan Marcel tampak mengernyitkan dahinya dan terus masuk ke dalam ruang kerjanya.
“Bagaimana kamu tahu password pintu Papa.” Gumam Marcel masih heran, sementara Charlotte hanya tertawa kecil.
Marcel lalu berjalan menuju ke sofa yang ada di dalam ruang kerjanya itu. Marcel mendudukkan Charlotte di sofa lalu memberikan tablet milik Charlotte yang tadi juga berada di tas kerja Marcel. Charlotte pun duduk sambil menyandarkan punggung mungilnya pada sandaran sofa dan jari jari mungilnya mulai mengaktifkan tablet miliknya. Charlotte segera sibuk dengan layar tabletnya dia tidak hanya bermain game saja akan tetapi dia juga mencari cari informasi cara meretas hand phone Papanya, karena dia tidak ingin Sang Papa pacaran dengan perempuan lain. Sejak usia tiga tahun Charlotte sudah bisa membaca dengan lancar.
Marcel tampak berjalan ke meja kerjanya dan menghubungi Sekretaris untuk menanyakan kesiapan materi rapat. Tidak lama kemudian pintu ruang kerja itu terdengar suara ketukan. Marcel lalu membuka pintu itu dengan remot kontrolnya. Setelah pintu terbuka muncul sosok perempuan cantik dan sexy yang tidak lain adalah Zena sang sekretaris.
“Selamat pagi Tuan Marcel, semua sudah siap. Materi sudah saya kirim ke alamat email Tuan baru saja.” Ucap Sang Sekretaris sambil berjalan melenggang lenggok pinggulnya bergerak ke kiri dan kanan.
“Saya buatkan kopi ya Tuan.” Ucap Sang Sekretaris menawarkan pelayanannya.
“Tidak usah! Papa sudah minum kopi di Mansion.” Teriak Charlotte tanpa menoleh ke arah Zena. Pandangan mata Charlotte masih fokus pada layar tabletnya.
“Ohh ada Nona Charlotte, apa Nona juga mau saya buatkan minuman.” Ucap Zena sambil menoleh ke arah Charlotte. Zena berusaha untuk mendapatkan hati Marcel dan Charlotte. Charlotte hanya diam saja yang masih asyik dengan tabletnya.
“Kami sudah sarapan di Mansion. Kamu lebih baik sekarang pergi ke ruang pertemuan saja.” Ucap Marcel sambil sibuk dengan layar lap topnya untuk mengecek semua persiapan materi. Dan mau tak mau Zena pun keluar meninggalkan ruang itu.
Waktu pun berlalu dan saatnya acara rapat semua divisi akan segera dimulai. Marcel sudah dihubungi oleh Zena jika semua peserta pertemuan sudah masuk ke dalam ruangan.
“Ayo Sayang kita ke ruang pertemuan.” Ucap Marcel sambil bangkit berdiri dengan tangan membawa lap topnya. Marcel berjalan mendekati Charlotte lalu kembali menggendong tubuh mungil Charlotte. Meskipun Charlotte ingin jalan sendiri akan tetapi Marcel tidak sampai hati.
Di dalam ruang pertemuan pun Charlotte duduk tenang sambil sibuk dengan tabletnya, hingga acara pertemuan selesai.
Setelah dua jam lebih acara pertemuan para pimpinan divisi itu pun telah selesai. Para peserta pertemuan tampak masih duduk menunggu Marcel keluar ruangan lebih dulu. Saat Marcel baru saja menutup layar lap topnya. Tiba tiba pintu ruang pertemuan itu terbuka dan muncul sosok perempuan setengah baya, yang sudah dikenal oleh para peserta pertemuan itu. Dialah Nyonya Hanson, Mama dari Marcellino Hanson. Tampak semua mengangguk kepala dan tersenyum memberi sapaan. Akan tetapi di belakang Nyonya Hanson ada satu sosok perempuan muda yang cantik dan sexy. Zena Sang Sekretaris tampak melotot karena merasa kalah sexy.
“Kalau pertemuan sudah selesai silakan kalian semua keluar. Termasuk kamu Zena. Aku dan Millie Amelia calon isteri Marcel ada perlu penting dengan Marcel.” Ucap Nyonya Hanson sambil menatap sinis pada Zena, sebab dia tahu jika Zena menginginkan menjadi Nyonya Marcel Hanson. Mereka semua pun segera pergi meninggalkan ruang pertemuan itu dan hanya tertinggal Marcel dan Charlotte yang masih duduk di kursi.
“Mama, aku dan Charlotte sudah mau pulang. Kenapa Mama malah ke sini.” Ucap Marcel sambil menatap Nyonya Hanson.
“Aku datang ke sini untuk mengenalkan Millie pada semua orang di sini. Millie adalah calon istrimu. Agar perempuan perempuan di sini tidak genit genit pada kamu. Benar kan Charlotte Sayang ...” ucap Nyonya Hanson sambil mendekat pada tempat duduk cucunya. Dan Charlotte terlihat tidak memedulikan dia masih asyik dengan tabletnya.
Akan tetapi tiba tiba..
“Papa... tanganku sakit sekali...” teriak Charlotte dengan nada dan ekspresi wajah yang menahan sakit. Marcel pun segera bangkit berdiri dan menggendong tubuh Charlotte. Sambil menggendong tubuh mungil Charlotte tangan Marcel menyambar tas kerjanya dan berjalan meninggalkan ruang pertemuan itu.
“Charlotte kamu kenapa Sayang?” Teriak Nyonya Hanson sambil melangkah mengikuti Marcel.
“Cel.. Tunggu aku!” teriak Nyonya Hanson lagi sambil berjalan lebih cepat akan tetapi sosok Marcel sudah masuk ke dalam lift. Dan Millie yang berjalan di belakang Nyonya Hanson terlihat tersenyum licik.
“Hmmm anak itu pasti juga tidak lama lagi akan menyusul Mamanya dan aku akan menjadi istri Marcel tanpa harus merawat anak penyakitan itu.” Gumam Millie dalam hati sambil tersenyum dan berjalan di belakang Nyonya Hanson.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 153 Episodes
Comments
Deliza Yuseva
semangat thoor...
2024-02-19
2
🎐Tsubaki
mampir thoorr..
yang semangat ya..
2023-07-05
3
❤️⃟Wᵃf🎀Mi🆁🅰🅹🅰ᴹᴿˢ🤎§¢❀∂я
sakit apa ya anakny🤔
2023-07-05
0