Seorang laki laki muda yang gagah dan tampan keluar dari mobil sambil menggendong seorang anak perempuan yang cantik jelita dan imut, berusia kira kira empat tahun. Akan tetapi wajah cantik jelita anak perempuan balita itu tampak pucat.
Marcellino Hanson nama laki laki muda itu berusia kira kira 26 tahun, ekspresi wajahnya terlihat dingin dan kaku tanpa senyuman. Sejak kematian Patricia sang isteri tercinta, akibat sel kanker yang menggerogoti tubuh isterinya. Marcel merasakan syaraf senyum dan tawa di wajahnya sudah tidak berfungsi lagi. Dan kini Charlotte puteri semata wayangnya juga sering demam dan mengeluh mudah lelah, semakin membuat Marcel tidak bisa tersenyum apalagi tertawa.
“Papa.. aku bisa jalan sendiri kok, tetapi pelan pelan tidak bisa cepat.” Ucap lirih Charlotte pada Sang Papa. Tampak Marcel mencium pipi Charlotte dan tetap menggendong tubuh mungil puteri tercintanya. Marcel terus melangkah menuju ke lift yang akan membawa mereka ke lantai tempat ruang CEO Hanson Company berada. Ruang tempat Marcel bekerja.
Beberapa karyawan yang berpapasan dengan mereka memberi salam sapaan dan tersenyum ramah. Bahkan ada beberapa karyawati yang menyapa secara berlebihan dengan senyuman dan tatapan mata genit. Marcel menjawab dengan anggukan kepalanya. Sedangkan Charlotte tampak menatap tajam pada karyawati yang menyapa dengan genit Sang Papa.
Charlotte anak cantik dan memiliki tingkat kecerdasan tinggi, puteri semata wayang Marcel itu terkenal galaknya minta ampun jika berhadapan pada perempuan perempuan yang berusaha mendekati Papanya.
Sesaat kemudian Marcel sudah masuk ke dalam lift. Dia terpaksa mengajak Charlotte ke kantor karena ada pertemuan penting yang tidak bisa diwakilkan, sementara Charlotte tidak mau ditinggal di Mansion.
“Nanti kita langsung pulang setelah acara rapat Papa selesai, Sayang...” Ucap Marcel sambil mengusap lembut dahi Charlotte dan Marcel pun masih merasakan suhu demam tubuh Charlotte, meskipun tadi sudah minum obat penurun panas.
“Sayang nanti kita ke rumah sakit ya, biar Charlotte sehat dan tidak mudah lelah. Bisa sekolah setiap hari.” Ucap Marcel selanjutnya karena khawatir dengan kondisi kesehatan anaknya. Meskipun sudah ditangani oleh Dokter pribadi yang datang ke Mansion akan tetapi kondisi kesehatan anaknya belum juga membaik. Hanya membaik sebentar dan kambuh lagi. Saran dari Dokter harus melakukan foto rontgen pada bagian tubuh yang dikeluhkan oleh Charlotte.
“Enggak mau.. takut mati seperti Mama dan nanti Papa hanya sendiri. Aku mau menemani Papa.” Ucap lirih Charlotte. Marcel pun mengusap usap lembut kepala Charlotte dan tidak ingin hati Charlotte bersedih karena mengingat kematian Mamanya, Marcel hanya diam sambil terus mengusap usap kepala Charlotte.
TING
Suara alarm lift berbunyi, sebagai tanda mereka sudah sampai di lantai yang dituju. Marcel segera keluar dari pintu lift itu, sambil terus menggendong anaknya, telapak tangan kiri Marcel masih bisa membawa tas kerjanya. Marcel terus berjalan dengan langkah lebar menuju ke ruang kerjanya.
“Aku yang tekan password ya Pa..” pinta Charlotte saat mereka sudah sampai di depan pintu ruang kerja Marcel. Tangan mungil Charlotte terulur pada tombol password dan siap menekan.
“Papa belum kasih tahu password nya pada kamu Sayang..” ucap Marcel dengan nada suara lembut penuh kasih.
“Aku sudah tahu Papa.” Ucap Charlotte lalu tampak jari jari mungilnya menekan nekan tombol password. Dan sesaat kemudian pintu bisa terbuka. Charlotte tersenyum lebar sedangkan Marcel tampak mengernyitkan dahinya dan terus masuk ke dalam ruang kerjanya.
“Bagaimana kamu tahu password pintu Papa.” Gumam Marcel masih heran, sementara Charlotte hanya tertawa kecil.
Marcel lalu berjalan menuju ke sofa yang ada di dalam ruang kerjanya itu. Marcel mendudukkan Charlotte di sofa lalu memberikan tablet milik Charlotte yang tadi juga berada di tas kerja Marcel. Charlotte pun duduk sambil menyandarkan punggung mungilnya pada sandaran sofa dan jari jari mungilnya mulai mengaktifkan tablet miliknya. Charlotte segera sibuk dengan layar tabletnya dia tidak hanya bermain game saja akan tetapi dia juga mencari cari informasi cara meretas hand phone Papanya, karena dia tidak ingin Sang Papa pacaran dengan perempuan lain. Sejak usia tiga tahun Charlotte sudah bisa membaca dengan lancar.
Marcel tampak berjalan ke meja kerjanya dan menghubungi Sekretaris untuk menanyakan kesiapan materi rapat. Tidak lama kemudian pintu ruang kerja itu terdengar suara ketukan. Marcel lalu membuka pintu itu dengan remot kontrolnya. Setelah pintu terbuka muncul sosok perempuan cantik dan sexy yang tidak lain adalah Zena sang sekretaris.
“Selamat pagi Tuan Marcel, semua sudah siap. Materi sudah saya kirim ke alamat email Tuan baru saja.” Ucap Sang Sekretaris sambil berjalan melenggang lenggok pinggulnya bergerak ke kiri dan kanan.
“Saya buatkan kopi ya Tuan.” Ucap Sang Sekretaris menawarkan pelayanannya.
“Tidak usah! Papa sudah minum kopi di Mansion.” Teriak Charlotte tanpa menoleh ke arah Zena. Pandangan mata Charlotte masih fokus pada layar tabletnya.
“Ohh ada Nona Charlotte, apa Nona juga mau saya buatkan minuman.” Ucap Zena sambil menoleh ke arah Charlotte. Zena berusaha untuk mendapatkan hati Marcel dan Charlotte. Charlotte hanya diam saja yang masih asyik dengan tabletnya.
“Kami sudah sarapan di Mansion. Kamu lebih baik sekarang pergi ke ruang pertemuan saja.” Ucap Marcel sambil sibuk dengan layar lap topnya untuk mengecek semua persiapan materi. Dan mau tak mau Zena pun keluar meninggalkan ruang itu.
Waktu pun berlalu dan saatnya acara rapat semua divisi akan segera dimulai. Marcel sudah dihubungi oleh Zena jika semua peserta pertemuan sudah masuk ke dalam ruangan.
“Ayo Sayang kita ke ruang pertemuan.” Ucap Marcel sambil bangkit berdiri dengan tangan membawa lap topnya. Marcel berjalan mendekati Charlotte lalu kembali menggendong tubuh mungil Charlotte. Meskipun Charlotte ingin jalan sendiri akan tetapi Marcel tidak sampai hati.
Di dalam ruang pertemuan pun Charlotte duduk tenang sambil sibuk dengan tabletnya, hingga acara pertemuan selesai.
Setelah dua jam lebih acara pertemuan para pimpinan divisi itu pun telah selesai. Para peserta pertemuan tampak masih duduk menunggu Marcel keluar ruangan lebih dulu. Saat Marcel baru saja menutup layar lap topnya. Tiba tiba pintu ruang pertemuan itu terbuka dan muncul sosok perempuan setengah baya, yang sudah dikenal oleh para peserta pertemuan itu. Dialah Nyonya Hanson, Mama dari Marcellino Hanson. Tampak semua mengangguk kepala dan tersenyum memberi sapaan. Akan tetapi di belakang Nyonya Hanson ada satu sosok perempuan muda yang cantik dan sexy. Zena Sang Sekretaris tampak melotot karena merasa kalah sexy.
“Kalau pertemuan sudah selesai silakan kalian semua keluar. Termasuk kamu Zena. Aku dan Millie Amelia calon isteri Marcel ada perlu penting dengan Marcel.” Ucap Nyonya Hanson sambil menatap sinis pada Zena, sebab dia tahu jika Zena menginginkan menjadi Nyonya Marcel Hanson. Mereka semua pun segera pergi meninggalkan ruang pertemuan itu dan hanya tertinggal Marcel dan Charlotte yang masih duduk di kursi.
“Mama, aku dan Charlotte sudah mau pulang. Kenapa Mama malah ke sini.” Ucap Marcel sambil menatap Nyonya Hanson.
“Aku datang ke sini untuk mengenalkan Millie pada semua orang di sini. Millie adalah calon istrimu. Agar perempuan perempuan di sini tidak genit genit pada kamu. Benar kan Charlotte Sayang ...” ucap Nyonya Hanson sambil mendekat pada tempat duduk cucunya. Dan Charlotte terlihat tidak memedulikan dia masih asyik dengan tabletnya.
Akan tetapi tiba tiba..
“Papa... tanganku sakit sekali...” teriak Charlotte dengan nada dan ekspresi wajah yang menahan sakit. Marcel pun segera bangkit berdiri dan menggendong tubuh Charlotte. Sambil menggendong tubuh mungil Charlotte tangan Marcel menyambar tas kerjanya dan berjalan meninggalkan ruang pertemuan itu.
“Charlotte kamu kenapa Sayang?” Teriak Nyonya Hanson sambil melangkah mengikuti Marcel.
“Cel.. Tunggu aku!” teriak Nyonya Hanson lagi sambil berjalan lebih cepat akan tetapi sosok Marcel sudah masuk ke dalam lift. Dan Millie yang berjalan di belakang Nyonya Hanson terlihat tersenyum licik.
“Hmmm anak itu pasti juga tidak lama lagi akan menyusul Mamanya dan aku akan menjadi istri Marcel tanpa harus merawat anak penyakitan itu.” Gumam Millie dalam hati sambil tersenyum dan berjalan di belakang Nyonya Hanson.
Marcel yang sudah sampai di dekat mobil segera membuka pintu mobil dan memasukkan tubuh mungil Charlotte, dia mendudukkan pelan pelan tubuh anaknya di jok depan di samping jok kemudi.
“Sabar ya Sayang...” ucap Marcel sambil mengusap usap lembut lengan Charlotte yang dikeluhkan sakit.
“Kita ke rumah sakit sekarang ya Sayang..” ucap Marcel sambil menatap sendu wajah mungil Charlotte. Dan Charlotte menjawab dengan menggelengkan kepalanya pelan, air mata pun tampak mulai menggenang.
“Baiklah.. kita pulang ke Mansion nanti dioles krim anti sakit. Papa tadi lupa bawa... Maaf Sayang..” Ucap Marcel tampak menyesali keteledorannya karena tergesa gesa berangkat ke kantor dan krim anti rasa sakit Charlotte ketinggalan. Marcel pun segera menutup pintu mobil itu dan dia berjalan cepat mengitari mobil bagian depan. Setelah masuk ke dalam mobil Marcel segera melajukan mobil menuju Mansion Hanson dengan kecepatan tinggi
Beberapa menit kemudian mobil sudah memasuki halaman Mansion Hanson. Marcel segera turun dari mobil setelah mobil berhenti tidak jauh dari pintu utama Mansion. Sambil menggendong tubuh mungil Charlotte. Marcel berjalan dengan cepat menuju ke pintu utama Mansion.
“Aku sudah tidak sakit Papa..” ucap Charlotte di dalam gendongan Marcel.
“Iya tetapi tetap harus diobati.” Ucap Marcel terus melangkah dengan cepat untuk masuk ke dalam Mansion. Marcel terus melangkah menuju tangga, dia menaiki anak tangga dengan cepat. Tidak lama kemudian dia sudah sampai di depan pintu kamar Charlotte.
“Marcel.. Charlotte.. kenapa kalian meninggalkan Oma..” teriak Nyonya Hanson yang baru saja masuk dari pintu utama. Tampak dia hanya sendirian tidak lagi bersama Millie, karena Millie hanya mengantar Nyonya Hanson lalu dia segera pergi katanya sedang ada urusan penting.
Marcel tampak tidak menghiraukan teriakan Sang Mama, dia segera membuka pintu kamar anaknya. Pengasuh Charlotte yang melihat Marcel berjalan cepat sambil menggendong Charlotte segera berlari menuju ke kamar Charlotte agar siap siaga jika mendapat perintah dari Tuannya.
“Tuan apa Nona sakit lagi?” tanya pengasuh Charlotte sambil membuka pintu kamar Charlotte. Tampak Marcel sudah membaringkan tubuh mungil Charlotte di tempat tidur.
“Kamu ambilkan baju ganti Nona Kecil dan jangan kamu pijit pijit lengan dia, takutnya malah semakin sakit.” Ucap Marcel karena dia terkadang melihat pengasuh Charlotte memijit mijit lengan anaknya, jika Charlotte merasa kesakitan. Tampak Marcel mengambil krim anti rasa sakit dan mengoles oles krim itu pada lengan mungil Charlotte.
“Baik Tuan, kalau di desa orang sakit tangan dipijit pijit sembuh.” Ucap sang pengasuh sambil membawakan baju ganti Charlotte.
“Sudah tidak sakit Papa..” ucap Charlotte sambil tersenyum menatap Sang Papa. Marcel lalu menyudahi dalam mengoles oles krim anti sakit pada lengan mungil Charlotte. Marcel lalu mencium puncak kepala Charlotte.
Marcel bangkit berdiri, tidak lupa menaruh tablet kesayangan Charlotte di samping tubuh Charlotte. Marcel keluar dari kamar Charlotte berjalan menuju ke ruang kerjanya. Tampak Nyonya Hanson ikut masuk ke dalam ruang kerja Marcel. Seperti biasanya, dia menyuruh Marcel segera mencari pengganti Patricia dengan alasan agar Charlotte ada yang mengurusinya dengan baik dan Marcel bisa bekerja dengan tenang.
“Aku rasa Millie sangat cocok untuk kamu Cel. Dia cantik dan pintar, Mama sudah kenal betul dengan keluarganya. Keluarganya termasuk orang terpandang. Tadi rencana Mama mau mengajak Millie melihat lihat kantormu. E... malah Charlotte sakit dan kamu langsung pulang.” Ucap Nyonya Hanson sambil duduk di sofa yang ada di dalam ruang kerja Marcel.
“Ma aku belum pikirkan itu. Yang aku pikirkan sekarang adalah kesehatan Charlotte.” Ucap Marcel sambil membuka layar lap topnya.
“Kamu itu bagaimana kalau kamu punya istri, Charlotte punya Mama yang memperhatikan dia. Mungkin Charlotte sakit karena sedih hatinya. Kesehatan jiwa bisa mempengaruhi fisik. Buktinya kadang dia sakit dan tiba tiba sembuh.” Ucap Nyonya Hanson masih terus saja menyuruh Marcel untuk segera menikah. Dan Marcel hanya diam saja, karena didiamkan Nyonya Hanson pun bangkit berdiri dan pergi meninggalkan ruang kerja Marcel.
Waktu pun terus berlalu. Hingga selesai acara makan malam, Charlotte tampak baik baik saja, bahkan tadi sore dia sempat dengan pengasuhnya bermain main di taman samping dan terlihat ceria. Marcel tampak senang.
“Sayang minum obatnya terus bobok ya.. biar besok bisa bangun segar dan bermain main lagi. Kalau besok seharian tidak sakit dan tidak demam lusa bisa masuk sekolah.” Ucap Marcel sambil memberikan obat pada Charlotte setelah selesai makan malam.
“Iya Papa...” ucap Charlotte lalu dia nurut minum obat yang diberikan oleh Sang Papa. Charlotte pun setelah selesai minum obat bersama sang pengasuhnya berjalan menuju ke kamarnya untuk segera pergi tidur.
Akan tetapi di tengah malam hari, di saat semua sudah tidur dengan nyenyak. Charlotte yang tidur di dalam kamarnya ditemani oleh pengasuhnya, terbangun karena merasakan nyeri lagi pada lengannya. Tubuhnya pun juga kembali demam tinggi.
“Nanny sakit lagi hiks.. hiks... “ rintih Charlotte
“Nanny....” teriak Charlotte. Dan pengasuh yang tidur di bed terpisah dengan Charlotte langsung bangun dan mendekati tubuh Charlotte, dia segera mengoles krim anti sakit dan memegang dahi Charlotte yang demam tinggi. Pengasuh itu terlihat bingung. Akan pergi untuk membangunkan Marcel tetapi tidak tega meninggalkan Charlotte yang menangis dan meringis menahan sakit.
Pengasuh itu lalu segera menggendong Charlotte dan berjalan meninggalkan kamar untuk menuju ke kamar Marcel yang letaknya di sebelah kamar Charlotte.
“Tuan.. Tuan .. bangun Tuan! Nona sakit lagi!” Teriak sang pengasuh sambil kakinya menendang nendang daun pintu. Sebab tangan sang pengasuh menggendong dengan erat tubuh Charlotte yang kesakitan dan demam tinggi.
Pintu segera terbuka. Marcel yang memakai piama tidur itu tampak wajahnya panik dan segera mengambil tubuh Charlotte dan segera dibawa masuk ke dalam kamarnya.
“Pa.. sakit sekali Pa...” rintih Charlotte sambil terisak isak. Marcel masih menggendong tubuh mungil Charlotte, didekap dengan erat tubuh mungil anaknya itu bagai memberi energi agar rasa sakit puterinya berkurang. Marcel tangan kanannya meraih hand phone di atas nakas. Dia segera menghubungi Dokter pribadinya agar segera datang.
“Sabar Sayang... “ ucap Marcel lalu membaringkan tubuh Charlotte di atas tempat tidurnya, dia usap usap lengan Charlotte dengan lembut.
Sesaat Nyonya Hanson pun datang ke kamar Marcel karena sudah dibangunkan oleh Sang Pengasuh. Nyonya Hanson terlihat mengompres dahi Charlotte. Dengan alat kompres yang dibawa oleh Sang Pengasuh.
Beberapa menit kemudian Dokter pribadi keluarga Hanson pun datang. Dan setelah memeriksa dan melihat perkembangan dari catatan medis Charlotte. Charlotte di diagnosa menderita penyakit yang sama dengan Patricia sang Mama, cuma beda organ yang diserang. Charlotte menderita kanker tulang. Marcel dan Nyonya Hanson tampak kaget dan sangat sedih.
"Kanker tulang." gumam Marcel dalam hati tampak wajahnya menegang.
“Tuan untuk memastikan besok harus foto rontgen. Malam ini saya beri suntik anti nyeri. Dan saya ganti obatnya.” Ucap Dokter itu sambil menuliskan resep baru. Marcel pun segera mengirim resep itu ke aplikasi apotek online.
“Nona cantik besok ke rumah sakit ya, hanya sebentar saja.” Ucap Pak Dokter dan Charlotte masih tidak mau dia hanya menggeleng gelengkan kepalanya dan air mata terus mengalir sebab takut mati seperti Sang Mama jika ke rumah sakit. Charlotte memberi istilah bukan rumah sakit tapi rumah mati. Rumah yang menyebabkan Mamanya dan juga Opanya mati dan pergi meninggalkannya.
“Dok, apa ada cara lain?” tanya Marcel yang wajahnya terlihat tampak kusut dan bingung. Dokter pribadi itu pun tampak berpikir pikir.
“Coba nanti saya usahakan untuk mendatangkan alat dan orang yang mengoperasikan foto rontgen ke sini.” Jawab Dokter pribadi itu, Marcel pun tampak lega.
“Carikan perawat juga yang bisa tinggal di Mansion ini.” Ucap Marcel selanjutnya dan Dokter pribadi itu tampak mengangguk anggukkan kepala, sedangkan Nyonya Hanson terlihat menatap Marcel dengan tatapan tidak suka dengan kemauan Marcel yang mendatangkan perawat ke dalam Mansion.
“Cel, bagaimana kalau Millie saja yang merawat Charlotte.” Ucap Nyonya Hanson.
“Ma, butuh orang yang benar benar punya latar belakang medis.” Ucap Marcel sambil mengusap usap rambut kepala Charlotte yang sudah tidur.
“Kalau bisa perawat laki laki.” Ucap Nyonya Hanson kemudian.
Di pagi harinya kira kira pukul delapan lewat lima belas menit. Di pintu gerbang mansion Hanson masuk satu buah bis milik rumah sakit ternama di ibu kota. Di belakang bis itu ada mobil milik dokter pribadi keluarga Hanson yang berjalan mengikuti bis itu dengan jarak aman.
Sesaat kemudian bis itu telah berhenti. Begitu juga mobil milik pak Dokter pribadi, pintu mobil milik Pak Dokter terbuka dan muncul sosok Pak Dokter keluar dari pintu depan bagian kemudi. Dan di pintu depan satunya terbuka lalu muncul seorang perempuan muda yang wajahnya tampak cantik alamiah. Perempuan muda itu memakai baju seragam perawat.
“Mari Ners saya kenalkan pada Tuan Marcel dan Nyonya Hanson. Dan tentu saja pada Nona Kecil.” Ucap Pak Dokter pada perempuan muda berbaju seragam perawat itu. Sedangkan pintu bis terbuka akan tetapi tidak ada orang yang keluar dari dalam bis itu.
Dokter pribadi keluarga Hanson itu terus berjalan dan perawat perempuan itu berjalan di sampingnya. Saat mereka berdua sudah sampai di depan pintu utama Mansion Hanson, pintu utama itu sudah terbuka sebelum mereka menekan bel tamu. Marcel tampak berada di depan pintu dengan menggendong Charlotte yang sudah tampil cantik dengan gaun imut nan cantik pula. Charlotte ingin segera melihat bis yang akan memotret tubuhnya. Di samping Marcel berdiri Nyonya Hanson.
“Kenapa perawat perempuan yang Dokter bawa ke sini.” Ucap Nyonya Hanson dengan tatapan sinis pada perawatan perempuan cantik yang berdiri di samping Pak Dokter.
“Maaf Nyonya, kenalkan ini Alamanda Juliana, perawatan muda kami tetapi dia sudah berpengalaman dalam merawat anak anak yang bermasalah kesehatannya seperti Nona Charlotte.” Ucap Pak Dokter dan Sang Perawat cantik yang bernama Alamanda itu tersenyum ramah sambil menganggukkan kepala dan mengulurkan tangannya akan tetapi Nyonya Hanson menerima uluran tangan itu dengan malas.
“Terima kasih Dok bagi saya yang penting bisa bekerja secara profesional. Saya tidak mempermasalahkan jenis kelamin.” Ucap Marcel lalu dia mempersilahkan Dokter dan Alamanda sang perawat untuk masuk ke dalam ruang tamu Mansion. Akan tetapi saat mereka mau melangkah masuk.
“Pa.. foto sekarang.” Ucap Charlotte dan terus merengek mengajak Sang Papa untuk berjalan menuju ke bis rumah sakit. Entah apa yang sudah dijelaskan Marcel pada Charlotte hingga anak itu tampak semangat untuk segera menuju ke bis untuk foto. Mungkin Marcel menjelaskannya kalau Charlotte akan difoto bagai foto model.
Akhirnya Dokter dan Alamanda pun tidak jadi masuk ke dalam Mansion. Alamanda menawarkan diri untuk menggendong Charlotte akan tetapi Charlotte tidak mau tangan mungilnya malah semakin erat memeluk tubuh Sang Papa, wajah cantik dan imutnya pun juga disembunyikan di dada bidang Marcel. Mereka semua berjalan menuju ke bis rumah sakit. Sebuah bis yang di dalamnya ada satu ruang yang digunakan untuk melakukan foto rontgen.
Beberapa menit kemudian proses foto rontgen bagian tubuh Charlotte pun telah selesai. Charlotte tampak bibirnya cemberut mungkin proses pemotretan tidak sesuai dengan apa yang dijelaskan oleh Sang Papa.
“Nanti Papa potret kamu yang banyak lagi. Mau potret di mana hemm? Di taman depan taman belakang taman samping.. .” Ucap Marcel sambil menggendong Charlotte turun dari bis rumah sakit.
Alamanda pun sudah mulai bekerja hari itu juga. Marcel dan Alamanda sudah menanda tangani surat kontrak kerja. Sementara bis rumah sakit dan Pak Dokter pamit dan pergi meninggalkan Mansion Hanson.
“Sayang sudah ada Ners yang menjaga dan merawat kamu. Papa pergi kerja ya..” ucap Marcel sambil berjalan masuk ke dalam Mansion. Alamanda sambil membawa travel bag nya berjalan di belakang mereka.
“Tidak mau.” Ucap Charlotte dengan ketus. Nyonya Hanson yang berjalan di depan Marcel tampak tersenyum senang.
“Hmm kesempatan buat Millie agar dia segera datang ke sini. Agar perawat itu tidak betah tinggal di sini. Bukannya Charlotte cucuku juga tidak mau menerima kedatangan perawat itu.” Gumam Nyonya Hanson dalam hati lalu dia segera melangkah menuju ke kamarnya untuk menghubungi Millie, agar tidak didengar oleh Marcel percakapannya nanti dengan Millie.
Marcel yang masih menggendong Charlotte tampak menyuruh pelayan dan pengasuh Charlotte untuk menyiapkan tempat tidur dan perlengkapan buat Alamanda, juga menyuruh pelayan untuk membawakan travel bag Alamanda dan dibawa ke kamar Charlotte.
“Tuan, dia juga tidur di kamar Nona Charlotte?” tanya pengasuh Charlotte.
“Ya.” Jawab Marcel sambil melangkah menaiki anak tangga.
“Papa, aku tidak mau. Biar dia tidur di kamar lain saja.” Ucap Charlotte dengan lantang.
“Tapi dia bertugas untuk menjaga dan merawat kamu Sayang. Kalau kamu kesakitan lagi di tengah malam seperti tadi. Dia bisa menyembuhkan kamu.” Ucap Marcel berusaha agar Charlotte mengizinkan Alamanda tidur di kamarnya.
“Biar Nanny yang panggil dia saja atau aku tidur di kamar Papa saja, kalau dia tidur di kamarku.” Ucap Charlotte masih dengan suara lantang. Marcel pun akhirnya mengalah agar hati Charlotte tidak kesal, sebab jika hati Charlotte kesal biasanya kondisi tubuhnya akan melemah.
Alamanda yang mendengar penolakan dari Charlotte hanya diam saja, dia maklum karena memang ada tipe anak yang susah untuk menerima orang baru. Apalagi Alamanda sudah mendapat informasi dari Pak Dokter tentang rekam medis Charlotte termasuk latar belakang Charlotte yang sedih karena kematian Mamanya.
Beberapa saat kemudian tampak Nyonya Hanson berjalan menuju ke ruang tamu dan dengan segera dia membuka pintu utama Mansion.
“Ayo Sayang cepat masuk kita temui Marcel dan Charlotte. Pasti dia mau jika dirawat oleh kamu dan perawat yang kamu bawa.” Ucap Nyonya Hanson saat membukakan pintu buat Millie yang sudah datang dengan membawa satu orang perempuan paruh baya yang memakai baju perawat.
“Iya Tante, perawat yang aku bawa pintar mendongeng pasti anak anak kecil suka pada orang yang pintar mendongeng.” Ucap Millie sambil mengenalkan perawat yang dia bawa.
“Ha... ha... kamu itu memang cantik dan pintar. Sabar ya Sayang menghadapi Marcel dan Charlotte. Maklum saja mereka belum bisa move on dari Patricia, tapi aku yakin kalau kamu tinggal di sini lama lama Marcel dan Charlotte akan jatuh cinta pada kamu.” Ucap Nyonya Hanson sambil memeluk pundak Millie dari samping.
Tiga orang perempuan itu berjalan menuju ke ruang kerja Marcel. Millie terlihat begitu bersemangat. Keinginannya untuk bisa tidur di dalam Mansion Hanson kini sudah bisa terlaksana.
“Hmmm aku akan datangi Kak Marcel jika malam hari nanti..” gumam Millie dalam hati yang berencana untuk menggoda Marcel nanti.
Sesaat ketiga perempuan itu sudah sampai di depan pintu ruang kerja Marcel. Setelah mengetuk ngetuk pintu Nyonya Hanson membuka daun pintu ruang kerja Marcel yang tidak terkunci. Tampak Marcel duduk di kursi kerjanya sambil menatap layar lap topnya dengan serius. Sedangkan Charlotte tampak tiduran di sofa sambil tangannya memegang tabletnya.
Melihat pintu terbuka Marcel pun menoleh ke arah pintu dan betapa kagetnya dia saat melihat Sang Mama masuk dengan membawa Millie dan satu orang yang tidak dia kenal.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!