Mahkota Dewi Dijual Sahabatnya 100 Juta
"Berapa Surti?" Tanya wanita paruh baya yang biasa dipanggil Mami. Wanita yang bernama Arinta itu sedang menanyakan harga gadis yang akan menjadi target bisnis haramnya. Gadis itu bernama Dewi yang baru saja dijual oleh Surti. Dewi dan Surti bersahabat baru tiba sore tadi dari kampung halaman.
"Sahabat saya ini masih suci Mami, 100 juta menurut saya tidak mahal. Karena, Mami akan mendapatkan keuntungan berlipat dari para pelanggan." Jawab Surti.
"Hahaha..." Kedua wanita tidak bermoral itu, tertawa sambil bersulam. Kemudian meneguk minuman beralkohol.
***************
"Dewi... Bangun..." Kata wanita berusia 43 tahun membangunkan putrinya. Seperti biasa bu Endang minta diantar ke pasar. Setelah lulus sekolah satu tahun yang lalu Dewi belum mendapatkan pekerjaan di kampungnya.
"Iya Bu." Mendengar suara sang ibu, Dewi membuka mata melihat bu Endang menyembulkan kepalanya di pintu. Dewi segera beranjak ke kamar mandi, tetapi belum berani mandi sebab masih jam tiga pagi. Setelah cuci muka dan membuang hajatnya Dewi ambil jaket yang ia gantung di balik pintu kemudian mengenakan.
"Mari Bu." Kata Dewi, sambil mengeluarkan motor yang berada di ruang tamu, karena memang tidak ada tempat lagi.
"Ayo" Bu Endang segera naik ke atas motor. Begitulah pekerjaan Dewi, selalu membantu bu Endang belanja sayuran yang akan dijual keliling oleh pak Adi. Sementara bu Endang akan berjualan di rumah. Sebenarnya pak Edi melarang Dewi kepasar karena masih terlalu pagi akan dikerjakan sendiri, tetapi Dewi tidak tega membiarkan bapaknya terlalu lelah.
Pulang dari pasar, pak Adi merapikan sayuran di gerobak, kemudian mendorongnya keliling kampung, sementara Dewi membantu bu Endang menata sayuran di teras rumah.
"Dewi." Panggil wanita berpakaian glamor pagi-pagi sudah tiba di rumah Dewi. Dewi dan bu Endang menatap Surti yang sedang berjalan ke arahnya terkesiap.
"Surti, kamu baru merantau satu tahun, tetapi sudah sukses ya." Dewi menatap sahabatnya mengenakan pakaian bagus dan dandan cantik membuatnya kagum. Lalu Dewi melempar pandangan ke pinggir jalan sudah di parkir mobil mewah.
"Kamu mau ikut?" Tanya Surti tersenyum, mengangkat tanganya memamerkan gelang emas di tangan, lalu duduk di kursi plastik yang biasa bu Endang gunakan untuk menunggui dagangannya.
"Memang ada lowongan, Sur? Kamu bekerja di perusahaan apa, jika ada lowongan tentu aku mau." Dewi bersemangat.
"Boleh Wi, aku bekerja di perusahaan asing bagian menejer pemasaran. Jika kamu mau, ada lowongan bagian sales." Surti tersenyum. Dalam hati dia bersorak belum sampai membujuk Dewi, tetapi Dewi sudah menawarkan diri.
"Waah... kamu hebat Sur. Baru bekerja setahun, tetapi sudah di angkat menjadi menejer." Dewi semakin kagum. Keinginannya untuk ikut Surti semakin kuat.
Dewi dan Surti ngobrol panjang lebar, lalu memutuskan untuk ikut Surti. Setelah berhasil membujuk Dewi, Surti pun pamit pulang. Sementata bu Endang, merasa tidak srek dengan keputusan Dewi.
"Kamu yakin mau ikut Dia?" Tanya bu Endang. merasa ragu melepas anaknya pergi bersama Surti. Sebagai seorang Ibu tentu bu Endang merasa ada keganjilan.
"Iya Bu, boleh ya Bu." Dewi membujuk bu Endang, dengan pergi ke Jakarta Dewi berharap akan bernasib baik dan bisa membantu bapak dan ibunya menyekolahkan kedua adiknya.Tidak ada pilihan bagi bu Endang selain mengangguk.
Sore harinya Dewi berjanji bertemu dengan Firmansyah kekasihanya mengutarakan maksud Dewi sekaligus pamit karena besok pagi akan berangkat ke Jakarta.
"Kamu yakin mau pergi bersama Surti Wi, aku merasa jika Surti itu wanita yang tidak baik." Kata Firman sama seperti bu Endang tidak ikhlas melepas kepergian Dewi.
"Doakan saja Mas, Mas Firman kan tahu, aku dengan Surti bersahabat sejak kecil." Dewi meyakinkan Firman. Dewi percaya dengan Surti karena dulu tidak jarang Surti menginap di rumah dan main kemana-mana selalu berdua, termasuk mengerjakan tugas sekolah. Firman pun mengalah.
"Bapak, Ibu, aku berangkat." Pamit Dewi kepada kedua orang tuanya. Bu Endang hanya bisa menatap putrinya. Orang tua mana yang akan rela putrinya pergi. Pasalnya ini yang pertama kali bagi Dewi.
"Hati-hati Nak, jika sudah sampai di Jakarta, jangan lupa menghubungi kami." Pak Adi melepas kepergian putrinya.
"Baik Pak, Bu" Dewi pun melangkah pergi. Bu Endang memandang putrinya air matanya bercucuran. Dewi kemudian masuk ke dalam mobil milik Surti yang sudah menjemputnya di depan rumah.
"Surti... ini rumah siapa?" Tanya Dewi polos. Setelah dua hari beristirahat di kos milik Surti, Dewi pun diajak ke salah satu rumah mewah. Dewi tidak tahu jika tempat itu yang akan menghancurkan masa depanya.
"Ini rumah bos aku Wi, mulai malam ini kamu akan tinggal disini." Surti menjelaskan bahwa kos nya yang kecil tidak akan mampu menampung Dewi lama-lama.
Dahi Dewi berkerut. Gadis itu merasa aneh, baru mendengar bahwa seorang bos mengajak calon karyawannya tinggal satu rumah. Namun Dewi menepis keraguan hatinya. Dewi percaya kepada Surti bahwa sahabatnya tidak akan macam-macam.
Dewi mengikuti Surti masuk ke dalam kamar memindai sekeliling. Di kamar ada fasilitas lemari dan satu buah tempat tidur. Dewi lagi-lagi merasa ganjil mana ada bos memberikan kamar semewah ini.
"Kamu yakin Sur, aku tinggal disini?" Pertanyaa itu akhirnya keluar dari mulut Dewi.
"Wi, bos aku itu perempuan, beliau hanya tinggal bersama ART di rumah sebesar ini. Pasti beliau senang menerima kehadiran kamu. Sudah ya, kamu istirahat, aku mau menemui bos aku dulu." Surti pun keluar menutup pintu lalu mengunci dari luar.
Dok dok dok.
"Surti... buka pintunya." Panggil Dewi merasa curiga, perasaannya semakin tidak tenang. Jika memang tidak ada apa-apa, mengapa pintunya di kunci dari luar. Namun, panggilan dan gedoran Dewi sia-sia saja, karena tidak ada tanda-tanda bahwa pintu akan dibuka. Dewi memutuskan duduk di kasur empuk pikiran buruk menghantui.
Ceklak Ceklak.
10 menit kemudian Dewi tersenyum, karena pintunya sudah di buka. Ia segera bangkit dari duduknya. Tetapi yang masuk ternyata bukan Surti, melainkan wanita paruh baya.
"Kamu mandi yang yang bersih, lalu pakai gaun ini. Jangan lupa memakai minyak wangi yang sudah kami siapkan di meja rias." Perintah Arin.
"Tetapi untuk apa saya mengenakan pakaian seperti ini Bu?" Tanya Dewi membentang baju kurang bahan yang diberikan Arin lalu meletakan di kasur.
"Panggil saya Mami, jangan panggil Ibu! Dan satu lagi, mulai malam ini kamu akan melayani tamu saya. Pria yang akan mengencani kamu malam ini adalah orang kaya raya. Jika kamu bisa mengambil hati pria itu akan mendapatkan uang banyak!" Tutur Arinta skeptis.
"Tolong Mami, saya mau pulang. Saya tidak mau bekerja seperti ini." Dewi menitikan air mata. Ia semakin mengerti pekerjaan seperti apa yang diberikan Surti.
"Boleh saja! Saya akan mengabulkan permintaan kamu, tetapi kamu harus membayar ganti rugi. Karena Surti sudah menjual kamu 100 Juta!"
Jegeeerrr.
Dunia seolah runtuh bagi Dewi. Ia menjatuhkan lututnya ke lantai, tangisnya pecah. Seketia ia ingat Firman dan Bapak, ibunya. Padahal mereka sudah melarangnya tetapi nyatanya Dewi lebih percaya Surti.
...~Bersambung~...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
Elisanoor
kurang ajar si Surti
2023-09-30
1
Cidaha (Ig @Dwie.author)
Halo Kak Buna, aku mampir! 🤩🤩🤩
2023-09-28
1
Finagfsa Gfsa
saya mampir...
2023-09-07
1