Dewi menjatuhkan lututnya ke lantai. Tangisnya pecah. Tidak menyangka bahwa Surti sahabatnya tega melakukan ini kepadanya.
"Sekarang kamu mandi yang bersih jangan menangis! Mana ada pria yang mau sama kamu, kalau mata kamu bengkak kebanyakan menangis!" Hardik Arin, lalu keluar kamar mengunci pintu kembali.
Dewi duduk memeluk lutut, apa yang akan ia lakukan kini? Kabur. Tentu tidak mungkin, tidak ada celah di kamar ini untuk berlari. Dewi mengangkat wajahnya ingat sesuatu, lalu berdiri membuka tas. Sekarang ia harus menghubungi Firman agar kekasihnya itu menjemputnya.
Dewi membuka resleting tas di tempat yang bersembunyi. Di situlah Dewi menyimpan handphone dan dompet. Namun tidak menemukan handphone mau pun dompet di dalamnya.
Masih ada harapan bagi Dewi, kemungkinan ia lupa meletakan dua benda tersebut, lalu mengeluarkan isi tas termasuk pakaian. Namun, Dewi lagi-lagi kecewa.
"Kurangajar kamu Surti!" Gumam Dewi, mengepalkan tangan. Dia yakin jika handphone dan dompet itu diambil Surti sebelum berangkat kemari.
Dewi membiarkan barang-barang nya di luar tas. Ia lantas tidur di lantai tanpa alas menggunakan tas sebagai bantal. Tidak sudi dia mandi apa lagi sampai berdandan. Lebih baik mati, daripada melayani para pria hidung belang. Jika wanita tadi marah, kemudian menuntutnya karena tidak mampu membayar ganti rugi. Masuk penjara akan lebih mulia daripada masuk neraka.
************
"Ada yang spesial Mam?" Tanya Casanova saat menemui Arinta di ruangan. Sang Casanova yang duduk di depan Arin itu sedang melihat foto wanita.
"Hehehe... memang martabak? Kok spesial." Arinta terkekeh. Pria itu rupanya sudah sering datang ke tempat itu. Nyatanya Arinta sudah sangat mengenal.
"Agh... kalau yang ada di foto ini saya sudah mencoba semuanya Mam, tetapi sudah bosan. Kalau gitu saya balik saja." Casanova pun berdiri. Namun tangan kekarnya di tahan Arin.
"Ada yang paling spesial, tetapi yang ini mahal sekali. Sebab wanita yang satu ini sangat polos sudah pasti Dia masih suci." Kata Arin tersenyum. Dewi baru saja datang tentu belum masuk dalam daftar foto.
"Ada fotonya tidak?" Casanova memastikan. Jika wanita yang di suguhkan Arin tidak menarik, walaupun masih suci Casanova tidak akan mau menerima.
"Lihat ini." Arinta menunjukan foto Dewi di handphone. Foto yang baru saja Arin abadikan tanpa Dewi sadari. Casanova tersenyum tipis menatap foto Dewi. Gadis tanpa polesan dan terlihat habis menangis pun masih sangat cantik, apalagi jika di poles sedikit.
"Berapa yang ini?" Tanya Casanova.
"Karena gadis ini masih suci seperti yang saya ceritakan di atas. 100 Juta saja." Tegas Arin. Tanpa penawaran.
Casanova pun mengangguk lalu meninggalkan Arin. Waktu sudah dini hari di luar kamar hanya ada tiga orang penjaga. Pria itu melangkah cepat ingin segera bertemu mangsanya.
Ceklak Ceklak.
Casanova membuka kunci tampak gadis yang sedang tidur di lantai terkejut. Dewi berjalan ngesot menjauhi pria yang sedang mengunci pintu hingga tiba di sudut tempat tidur. Dewi duduk di pojokan kedua tanganya memegang pundak kiri dan kanan menutupi milik berharganya.
"Ampun Tuan, tolong bebaskan saya." Dewi menangis berguncang sambil memeluk lutut. Namun, sang Casanova mengangkat dagu Dewi menatapnya lekat.
"Mana bisa begitu? Saya sudah membeli kamu kepada Mami satu malam 100 juta." Ujar Casanova menatap Dewi lekat.
"Diam!" Bentak Dewi, menutup kedua telinganya. Setiap kali mendengar kata "dijual 100 juta" Hatinya bak tertancap sebilah pisau.
"Hehehe..." Casanova terkekeh, lalu mengangkat tubuh Dewi. Dewi meronta-ronta, namun Casanova tidak perduli menidurkan Dewi di atas ranjang. Dewi berontak sekuat tenaga berusa lolos dari pria kekar itu. Namun apalah daya, tenaga Dewi tidak sekuat pria itu.
Jam berlalu Dewi menangis di kamar mandi. Ia merasa hidupnya tidak ada artinya lagi. Andai saja ada racun, Dewi rasanya ingin bunuh diri saja. Tetapi rasanya percuma. Seandainya Dewi melakukan itu dosanya justru semakin banyak.
"Maafkan aku Mas Firman..." Gumamnya di sela-sela isak tangis di bawah guyuran air kran. Ia ingat hubungannya dengan Firmansyah yang ia jalin saat kelas dua hingga saat ini. Firman benjanji akan menikah denganya menunggu usia Dewi genap 20 tahun. Tetapi dengan kejadian ini, tentu akan gagal. Ingat itu, Dewi bingung bagaimana caranya menceritakan kepada Firman? Nyatanya Dewi gagal mempertahankan mahkotanya.
Dada Dewi terasa sesak, karena tidak berhenti menangis, hingga jatuh pingsan tergeletak di kamar mandi.
Sementara di dalam kamar, Casanova sedang meletakan sesuatu entah apa itu di setiap sudut ruangan. Setelah selesai, pria yang usianya di atas 29 tahun itu kemudian keluar menemui Arinta.
"Mana korek?" Tanya Casanova di ruangan Arin. Casanova segera duduk di depannya ambil korek dari tangan Arin, menyulut rokok kemudian menghisapnya. Asap pun memenuhi ruangan Arin, namun wanita itu tampaknya tidak perduli justru ikut merokok.
"Bagaimana servisnya? Menyenangkan bukan?" Tanya Arin tersenyum, saat menerima segepok uang, tidak pakai menghitung langsung memasukan ke dalam laci.
"Luar biasa, untuk yang satu ini jangan ijinkan pria manapun menyentuhnya. Jika melanggar saya akan bakar rumah Mami!" Ancam Casanova.
"Tenang saja, bagi saya yang penting uang. 100 Juta satu malam." Arin menjentikkan jempol dan telunjuk seraya tertawa devil.
*********
Malam berganti pagi, Dewi membuka mata, badanya merasakan tidur di atas kasur empuk. Padahal ia ingat bahwa tadi malam sedang menangis di kamar mandi. Tetapi mengapa bisa tiba-tiba berada di kamar. Sudah pasti ada yang mengangkat tubuhnya. Lalu siapa? Apa mungkin pria brengsek tadi malam itu yang mengangkatnya? Beberapa pertanyaan muncul di benak Dewi.
Dewi pun akhirnya bangun lalu matanya menangkap selembar kertas tanpa dilipat berada di sebelahnya. Dewi ambil kertas tersebut kemudian membacanya.
Honey, terimakasih untuk malam ini. Besok aku akan kembali lagi. Jangan khawatir honey, tidak akan aku ijinkan pria manapun menyentuh tubuhmu. Kamu hanya milikku.
Dewi meremas kertas itu lalu melemparkan ke tembok. Dendamnya berkobar siap membakar orang-orang yang telah menyakiti hatinya.
Dewi hendak ke kamar mandi, ketika turun dari ranjang menatap noda merah di atas kasur, hati Dewi kembali hancur. Air bening mengalir deras. Ia remas kasur dengan penuh Amarah, suatu saat nanti jika bertemu Surti. Ia akan membuat perhitungan.
Dengan tertatih-tatih Dewi ambil air wudhu, akan menjalankan shalat, semoga Allah memberikan ampunan karena kini ia menyadari bahwa dirinya telah kotor.
Ceklak Ceklak.
Saat sedang berdoa mendengar pintu ada yang membuka dari luar.
...~Bersambung~...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
Elisanoor
Aduh gusti, Deudeuh teung nyi Dewi 😆
2023-09-30
0
D'wie author
Malang x nasibmu Dewi. Duh, namaku pun Dewi nih. 🥲
2023-09-28
0
D'wie author
Mantap Dewi. 👍
2023-09-28
0