Bab 16

Tepatnya dini hari di salah satu negara B, di dalam apartemen seorang pria sedang mengotak atik komputer, mencari akun wanita yang sudah membuatnya gila. Namun, wanita itu rupanya tidak pernah menggunakan medsos untuk bersosialisasi.

"Aagghhh" Dengus pria itu segera beranjak lalu membuka laci hendak menghubungi seseorang. Sebab selama dua hari ini belum mendapat laporan dari orang suruhannya di Indonesia.

Namum sebelum mengambil handphone ia ambil Ikat rambut berwarna hitam lalu ia cium. Ikat rambut ini sebagai pengobat rindu selama kurang lebih tiga bulan tidak bisa pulang ke Indonesia, lantaran ada hal yang harus diselesaikan di negaranya.

"Dewi... kamu memang Dewi ku." Ucapnya, tersenyum tipis, tanganya memilin Ikat rambut.

Pria yang tidak lain adalah, Bramastya si Casanova itu meninggalkan laci, membawa ikat rambut ke tempat tidur. Seperti biasa kala tidak bisa memejamkan mata, benda yang harganya 2000 rupiah dapat 4 itu, ia jadikan teman tidur. Bram menumpuk bantal lalu bersandar, pikiranya ingat tiga bulan yang lalu di salah satu rumah.

"Ampun Tuan, tolong bebaskan saya," Gadis cantik meringkuk di pojokan ketakutan karena kehadiran dirinya.

"Mana bisa begitu? Saya sudah membeli kamu kepada Mami 100 juta." Ia angkat dagu gadis lugu tanpa polesan cantik alami, tetapi pria itu menganggap gadis di depanya sungguh luar biasa. Berbeda dengan semua wanita yang pernah ia jadikan pem*as na*su bejatnya.

"Diam!" Bentak Dewi menepis tangan pria yang wajahnya menonjolkan negara B itu. Dewi menutup kedua telinganya dengan telapak tangan air matanya mengalir tanpa henti.

Bramastya terkekeh lalu sekali rengkuh Dewi sudah berada dalam gendongan.

"Lepas!" Bentak gadis itu, meronta-ronta dalam gendongan Bramastya. Namun, gerakan kaki Dewi yang meronta-ronta itu menyenggol-nyenggol bagian organ vital Bram. Justeru membuat na*su nya semakin tidak terkendali ingin segera menyalurkan hasratnya.

Pria itu menidurkan wanita yang akan menjadi pemuasnya tanpa berpikir panjang segera menindih dan menghajar tanpa ampun.

"Ampun Tuan, lebih baik bunuh saja saya Tuan" Dewi menangis lirih mencakar wajah Bramastya. Namun pria itu justeru menjadi seperti Harimau kelaparan menerkam tubuh Dewi dan pada akhirnya kenikmatan surga dunia telah pria itu capai.

Berbeda dengan Dewi dunianya kini sudah hancur. Hidup pun tidak ada gunanya. Bayangan pria di Surabaya yang sedang menunggu dirinya apa jadinya jika tahu akan hal ini.

"Brengsek kau! Baj*ngan kau!" Si gadis mencakar-cakar tangan si pria yang tidak bergeming. Masih merasakan nikmat dan tidak ingin terganggu oleh tangisan si gadis yang sedang menangis membungkus tubuh bu*il nya dengan selimut.

Bram memilih pura-pura tidur, tetapi ketika mendengar tangis Dewi menjauh ke kamar mandi, Bram membuka mata.

Matanya menatap langkah si gadis yang berjalan berpegangan tembok hatinya tersentuh. Ada sedikit penyesalan apa yang sudah ia lakukan kepada gadis yang masih sangat sempit, ia terobos dengan paksa.

Suara tangis yang menyayat hati terdengar di telinga Bramastya. Hingga pintu kamar mandi di tutup dengan kasar suara tangis Dewi masih terdengar lirih.

Lagi-lagi perasaan bersalah Casanova yang sudah menundukan entah berapa wanita hingga tak terhitung, tetapi untuk yang satu ini berbeda.

Pria itu terus merenung, seburuk-buruknya manusia masih ada sisi baiknya walaupun hanya seujung kuku. Hingga dua jam kemudian, tidak ada lagi suara tangis dari kamar mandi selain gemericik air.

"Kenapa lama sekali" Gumam Bramastya lalu mengenakan celana pendek tanpa baju, hendak mengecek si gadis ke kamar mandi. Namun, langkahnya berhenti kala mata elangnya menangkap noda merah di atas kasur lalu ia usap dengan telapak tangan. Belum pernah pria itu melihat noda dari semua wanita yang dia tiduri kecuali kali ini. "Pantas saja rasanya berbeda" Pria itu manggut-mangut.

"Apa ini yang namanya darah kesucian wanita?" Tanya Bram, kepada dirinya sendiri.

Pria itu beranjak menyusul ke kamar mandi, ia merasa khawatir dengan si gadis.

"Dewi ku..." Panggilnya, tanpa mengetuk lalu ia dorong pintu kamar mandi, rupanya tidak dikunci. Matanya melebar kala menatap Dewi tergeletak tanpa sehelai kain pun di bawah guyuran air shower. Pria itu berjongkok menatap wajah Dewi yang sudah pucat karena kedinginan.

Pria itu melangkah cepat mematikan shower, lalu menarik handuk yang digantung hingga robek ujungnya.

"Dewi..." Ujar pria blasteran Indonesia dan negara B itu membungkus tubuh Dewi dengan handuk seperti bayi, kemudian di bopongnya ke kamar menidurkan di kasur. Setelah mengeringkan tubuh Dewi dengan handuk.

Tanpa ragu ia membuka lemari tetapi tidak ada pakaian sepotong pun disana. Ia putar bola matanya tatapan mata nya tertuju ke pinggir tas. Rupanya pakaian Dewi dibiarkan di lantai.

Bramastya ambil baju piama kemudian memasang ke tubuh Dewi yang sudah pingsan lalu menutup dengan selimut. Malam itu Bram tidur memeluk tubuh Dewi tanpa Dewi sadari.

Bramastya masih mengingat semua kenangan indah baginya tiga bulan yang lalu, tetapi sudah pasti akan menjadi truama Dewi seumur hidup. Bram sadar akan hal ini.

"Dewi ku... sekarang apa kabarmu" Bramastya meletakan ikat rambut di tempat tidur, lalu melanjutkan niatnya menghubungi orang suruhan ke Indonesia.

"Hallo" Jawaban dari seberang.

"Bagaimana dengan wanita ku? Kenapa kalian tidak memberi kabar kepadaku sejak kemarin?!" Tanya Bram suaranya meninggi.

"Menurut pemilik perusahaan, gadis itu sudah tidak bekerja di Jakarta lagi Bos"

"Bodoh! Sekali kalian! Cari sampai ketemu. Lalu laporkan segera kepadaku!" Tandas Bram memutus sambungan telepon lalu melemparkan handphone ke tempat tidur. Bram pun akhirnya tidur.

Malam berlalu dengan senyap tergantikan pagi dengan suara berisik di jalan raya. Semua disibukan dengan segudang aktivitas. Seperti Bramastya. Sebelum melakukan rutinitas pekerjaannya dengan mobil mewahnya pria itu berhenti di salah satu rumah mewah di negaranya.

"Bram, kok kamu tidak pulang-pulang?" Tanya wanita rambut pirang menyambutnya, ketika Bram masuk ke dalam rumah. Namun Bramastya tetap berjalan melewati wanita itu dengan angkuh.

"Bram... kita sarapan dulu ya." Kata wanita itu mengikuti Bram dari belakang. Namun tidak ada sahutan dari Bramastya. Casanova itu menekan tombol lift naik ke lantai dua.

Wanita itu hanya diam di depan lift menatap Bramastya hingga lift tertutup kembali.

Sedetik kemudian, Bramastya masuk ke dalam kamar mewah, membuka baju santai lalu menggantinya dengan kemeja dan jas. Tidak lupa mengenakan dasi. Setelah yakin dengan penampilannya, kemudian ke kamar sebelah.

Rupanya kamar sebelah itu adalah ruang kerjanya dilihat dari tumpukan dokumen dan buku. Bramastya ambil dokumen penting, lalu kembali ke bawah.

"Bram, sekarang kita makan dulu yuk" Ajak wanita itu, bermaksud meladeni Bram.

"Jangan sok perhatian!" Sentak Bram, menatap sinis wanita itu tanganya menarik kursi lalu duduk, ambil roti yang sudah disiapkan oleh ART.

...~Bersambung~...

Terpopuler

Comments

Helen Nirawan

Helen Nirawan

dasar playboy , isshh

2025-02-17

1

Elisanoor

Elisanoor

🤣🤣🤣🤣 sini gw selepet pake karet Ban dah elu Bram 🤣🤣🤣

2023-09-30

0

mom mimu

mom mimu

mas Bram udh nikah kah??? kayanya wanita itu bininya ya...

2023-07-15

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!