Firmansyah mendesak Dewi agar memberi alasan mengapa tiba-tiba membatalkan pernikahan. Namun melihat Dewi terus menangis Firmansyah tidak tega.
"Wi, jangan batalkan pernikahan ini. Aku mohon." Pinta Firmansyah lembut, menggengam dua tangan Dewi. Pemuda 25 tahun yang mempunyai usaha desainer alat-alat rumah tangga yang berbahan kayu jati itu, tidak percaya dengan sang kekasih. Mengapa pergi hanya 3 bulan sudah berubah. Andai bisa memutar waktu, Firman akan menikahi gadis pujaan hatinya sejak lulus sekolah, daripada tidak kuat menghadapi perubahan Dewi seperti sekarang.
Alasan Firman tidak menikahi Dewi saat itu, lantaran Firman ingin Dewi cukup umur, tetapi ternyata justru begini jadinya.
Firman menatap inten wajah kekasihnya itu mencari jawaban ada apa? Tetapi masih menjadi misteri bagi Firman, akan penolakan Dewi. Padahal kemarin orang tua Dewi sudah menerima lamaran.
Sementara Dewi hanya bisa menangis, kenapa berat sekali untuk mengatakan dengan jujur.
"Aku..." Kata Dewi menarik napas panjang. Dewi memantapkan hati saat ini harus jujur.
"Loh, ada Nak Firman," Kata pak Adi yang baru keluar, menghentikan ucapan Dewi. Pak Adi pun akhirnya bergabung.
"Pak Adi, saya ijin menjemput Dewi, Ibu ingin bertemu," Kata Firman tanpa berunding. Membuat wajah Dewi seketika mendongak, menatap Firman. Sudah hampir satu jam berhadapan dengan Firman baru kali Dewi menatapnya. Dewi tentu belum siap bertemu calon mertuanya.
"Oh, silahkan saja." Jawab pak Adi lalu menatap putrinya habis menangis dahinya berkerut, tetapi tidak berani bertanya. Pak Adi mengira jika anak dan calon menantunya sedang bertengkar.
"Ayo naik." Pinta Firmansyah, menepuk jok motor.
"Aku nggak mau bertemu Ibu, Mas. Aku belum siap." Tolak Dewi diplomamatis.
"Ya sudah, sekarang naik dulu." Firman hendak mengajak Dewi ke tempat yang tenang agar Dewi bisa mengungkapkan masalahnya dengan tenang.
Motor Firmansyah melaju sedang menuju salah satu wisata di Surabaya. Hanya 30 menit mereka tiba di tempat itu.
"Ayo." Firman menggandeng tangan Dewi. Hati Dewi merasa sedikit tenang ketika kakinya menginjak jembatan. Angin sore spoi-spoi basah menyapu wajah cantik dan pria tampan itu. Mememori masa-masa manis di tempat itu sering mereka lalui berdua.
Jembatan itu bukan sekedar jembatan, tetapi jembatan ini yang menjembatani cinta mereka berdua, dua tahun yang lalu. Mereka mengukir kenangan indah di tempat ini.
"Kamu sedikit lebih tenang?" Tanya Firman, saat keduanya berdiri berpegangan pagar menatap air jernih yang mengalir tenang.
"Apa setelah aku pergi, Mas Firman pernah kesini?" Tanya Dewi pada akhirnya. Firman melirik kekasihnya tersenyum tipis. Ia senang Dewi sudah mulai mau bicara.
"Bukan pernah, tetapi sering," Jawab Firman lirih. Lalu melepas pegangan tangannya dari pagar. Beralih memegang kedua telapak tangan Dewi. Kedua saling berhadapan. Namun, lagi-lagi Dewi menunduk.
Firmansyah peka apa yang terjadi bahwa Dewi menyembunyikan masalah besar. Tatapan mata Dewi sebagai jawaban.
"Wi, kamu ingat tidak? Di tempat ini dulu kita pernah berjanji. Jika aku pergi jauh, kamu akan setia menunggu aku. Begitu juga dengan aku, ketika kamu memutuskan pergi ke Jakarta walaupun berat aku melepas kamu. Karena aku percaya kamu akan memegang janji itu," Tutur Firman, sedetik pun tidak melepas pandangan matanya dari wajah Dewi yang sudah kembali ke model awal, yaitu menunduk.
"Ingat." Jawab Dewi menahan air mata agar tidak jatuh.
"Kamu di Jakarta bekerja sebagai apa?" Firman mengangkat dagu Dewi agar menatapnya. Firman bukan bermaksud meremehkan apa pekerjaan Dewi, tetapi hanya ingin memastikan mungkin dengan pertanyaan ini bisa memancing mengungkap isi hati Dewi.
"Hanya sebagi office Girls Mas," Jujur Dewi.
"Wi, apa kamu tidak yakin jika aku menikahi kamu, lantas tidak bisa mencukupi kebutuhan kamu?"
"Bukan itu Mas," Potong Dewi cepat. Dewi melepas tangan Firman lalu menopang dagu dengan siku tertumpu di sela-sela pagar.
"Mas Firman memang bisa mencukupi kebutuhan aku, tetapi awalnya aku hanya ingin seperti Surti. Bukan ingin muluk-muluk mempunyai seperti apa yang Surti punya. Mobil mewah, perhiasan, atau apapun milik Surti. Tetapi aku hanya ingin mandiri dan mengumpulkan pundi-pundi rupiah selain bisa membantu adik juga punya tabungan dari jerih payah aku sendiri. Apa aku salah Mas." Dewi mulai membuka isi hatinya.
"Ya, aku mengerti, tetapi jika kamu ingin mandiri tidak harus pergi ke Jakarta Dewi, disini pun banyak pekerjaan." Bantah Firman. Padahal firman sudah menawarkan Dewi agar membantunya bekerja sebagai kasir di mebel miliknya tetapi Dewi menolak.
Keduanya lantas diam hingga beberapa menit kemudian.
"Lalu ngomong-ngomong... apa pekerjaan Surti?" Tanya Firman. Dewi terlonjak kaget, wajahnya merah padam. Semua itu tidak lepas dari perhatian Firman.
"Katakan Dewi, perubahan sikap kamu pasti ada hubungannya dengan Surti kan?" Firman menggoyang pundak Dewi.
"Hiks hiks hiks." Tangis Dewi pecah. Lalu mengangguk.
Firman membuang napas kasar, ketika Dewi minta ijin pergi, hati Firman berat melepas karena tidak percaya dengan Surti. Firman menangkap perangai buruk Surti.
"Lalu apa yang dilakukan Surti kepadamu Dewi? Sekarang katakan Dewi," Desak Firman.
"Kamu benar Mas, Surti itu wanita murahan! Menjajakan tubuhnya kepada pria hidung belang!" Tutur Dewi sesekali mengusap air matanya.
"Lalu apa hubungannya dengan kamu Dewi, apa yang Surti perbuat?! Apa wanita jal*ng itu menjual kamu Dewi?!" Tandas Firman membungkuk menatap tajam wajah Dewi. Firman ingat, Surti pernah merayu dirinya mengajak berbuat mesum, tentu Firman menolak. Pikiran Firman menjurus ke arah 21 plus telah menimpa Dewi.
"Iya Mas! Aku bukan Dewi yang dulu lagi! Aku wanita kotor!" Jawab Dewi kencang sambil menangis. Bagusnya hari kerja, suasana jembatan sangat sepi.
"Sekarang kita putus Mas! Cari gadis di kampung ini yang masih suci!" Dewi lantas berjalan meninggalkan Firman. Namun baru beberapa langkah Dewi jatuh tersungkur di tengah-tengah jembatan.
"Dewi! Bangun Dewi!" Seru Firman duduk di tengah jembatan mengangkat kepala Dewi ke pangkuannya. Menepuk-nepuk pipi kekasihnya itu, tetapi tubuh Dewi sudah tidak sadarkan diri.
Dengan perasaan campur aduk, Firmansyah menggendong Dewi meninggalkan motornya menuju jalan raya, kemudian menyetop taksi membawa Dewi ke klinik terdekat.
...~Bersambung~...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
Elisanoor
Ya Allah Firman kesian, begitulah Firman jadi laki pas pasan ,kalah ama duit, klo aja Firman bnyak duit mah bkl bantuin ekonomi Dewi jadi kagak kudu pergi merantau, aduh kasian bener si Firman .
2023-09-30
0
mom mimu
kayanya Dewi hamil ya... duhh makin kasian sama bang firman... yg sabar ya bang, dewi cuman korbannya Surti tuhh...
2023-07-11
0
Eka elisa
tu firman dewi bukn dewi yg dulu surti udh hncurin smua nya yg dewi miliki... emng kmu mau trima dewi? tpi blom tentu ibu bp kmu mau trima dewi kan.... wah dwi pingsan krna cpe nanggung pndritaan... dn kyaknya dewi hmil deh... enthlah hy emk yg tau...
2023-07-11
2