Balas Dendam? Tentu Saja!
"Ayah, nanti kalau ayah pulang rapat, jangan lupa untuk membawakan Alina makanan kesukaan Alina ya ayah. Dan hati hatilah ayah di jalan." Ucap Alina sambil memeluk ayahnya dengan erat.
"Baik sayang, akan ayah belikan nanti, saat pulang rapat nanti. Kalau kamu Clara, kamu mau apa sayang?." Tanya ayahnya kepada Clara, adik tiri Alina.
"Aku mau pakaian yang bagus ayah, yang lagi viral itu. Pasti ayah tahu kan, itu saja deh ayah." Jawab Clara ikut memeluk ayahnya dari samping, sambil berpegangan tangan bersama.
"Baik, akan ayah belikan kalian hadiah, saat ayah pulang rapat nanti. Kalau begitu, kalian istirahatlah. Dan ayah pergi dulu ya, dah." Mencium kening Alina dan Clara dan langsung keluar dari rumah, untuk mengurus rapatnya.
Alina dan Clara melambaikan tangannya bersamaan. Dan langsung masuk ke kamarnya masing masing.
Malam pun tiba. Dimana mereka sedang makan malam bersama, dengan kedua istri ayatnya.
"Aku tidak sabar bu, untuk mendapatkan hadiah dari ayah. Benarkan Clara." Ucap Alina bahagia kepada ibunya yang bernama Lumina, ibu kandung Alina.
"Tentu saja. Aku akan senang, kalau ayah membawa pakaian yang indah khusus untukku." Jawab Clara sambil mengunyah makanannya.
Selesai makan malam. Merekapun langsung berkumpul di ruang tamu, untuk menonton televisi. Dan saat tiba berita. Tiba tiba saja ada pemberitahuan dari siaran televisi.
"Pemirsa, telah di kabarkan, kalau telah terjadi kecelakaan hebat di jalan mawar, dekat tepi jurang. Di duga kecelakaan tersebut terjadi, dikarenakan supir mengantuk. Dan mobil sudah jatuh ke jurang, bersama penumpang tersebut."
Dan penumpang tersebut sudah di bawa ke rumah sakit. Di identifikasi, penumpang tersebut terdiri dari dua orang, yaitu supir dan penumpang. Dan polisi sudah mencari tahu lebih lanjut, bahwa korban bernama tuan
Saat Alina mengetahui berita duka tentang kematian ayahnya, dia pergi ke sebuah pertemuan, yang memang berlangsung melalui lembah yang dalam. Alina Gabriella langsung tidak percaya bahwa ayahnya telah meninggal, meninggalkan dia dan ibunya.
“Ayah, kenapa ayah ninggalin kami ayah. Kan ayah janji, kalau sepulang ayah rapat nanti. Ayah akan membelikan hadiah untuk kami. Kenapa ayah berbohong. Ayah jahat, ayah jahat.” Tangis pecah di samping makam ayahnya.
“Yang sabar ya sayang, ini semua sudah kehendak tuhan.” Ucap ibunya menenangkan Alina.
“Akhirnya meninggal juga kamu. Kini aku bisa menguasai harta keluarga Alina.” Ucap batin ibu Clara sambil tersenyum tipis.
Setahun setelah kematian ayahnya, ibu tirinya memilih untuk menikah lagi, sementara ibu kandung Alina tidak ingin menikah lagi karena bertekad untuk membesarkan Alina.
Namun, sejak ibu tirinya menikah lagi, kehidupan Alina dan ibunya berubah seketika, dan dia sering disiksa, dicambuk habis-habisan oleh kakak tiri, ibu tiri, dan ayah tirinya.
Bahkan ibunya sendiri disiksa dan disekap di ruang bawah tanah yang merupakan tempat sampah. Hingga tiga tahun berlalu. Di sana, Alina mengalami penderitaan selama 3 tahun dan ia masih duduk di bangku kelas 3 SMA.
Disitulah, dia tidak pernah merasakan perhatian, dan kasih sayang lagi. Bahkan dia jarang menemui ibunya yang berada di ruang bawah tanah yang sangat kotor itu. Karena ia sudah disibukkan oleh perintah dari keluarga tirinya.
“Cepat kamu bersihkan lantai itu dengan kain. Jangan pakai pel. Cepat, dasar bodoh.” Ucap ibunya memukul kepalanya dengan ringan.
“Iya bu, ini juga sedang dibersihkan.” Jawab Alina yang sudah kelelahan.
“Cepat, lama banget sih jadi orang. Sama kayak ibunya yang jelek dan kusam itu. Pantas saja ayah kamu mencari wanita lain. Orang anak sama ibu, sama sama jelek. Hahahahah.” Hina dari mulut ibu tirinya, dan membuat Alina hanya diam. Dan mengepalkan kedua tangannya, dan memilih diam saja.
“kenapa aku harus merasakan semua penderitaan ini. Aku hanya ingin kembali bahagia seperti dulu. Kenapa aku malah tersiksa selama 3 tahun. Apa tidak ada keajaiban yang datang pada diriku yatuhan.” Tangis pecah Alina di tengah malam, dan di kamar usangnya.
Tiba tiba ada yang mengetuk pintunya, dan itu adalah ibu tirinya. Alina pun langsung membukakan pintu kamarnya.
"Eh, ibu. Ada apa ibu?." Tanya Alina langsung mengusap air matanya.
"Kau habis apa. Nangis terus, cengeng amat jadi orang. Ini, tolong kamu setrika kan pakaianku dulu. Tadi aku lupa memberitahukan mu." Jawab ibu tirinya memerintahkannya kembali.
"Tapi ini kan sudah malam bu." Ucap Alina yang sudah kelelahan, dan baru saja duduk di tempat tidurnya.
"Jangan banyak alasan kau. Kau mau aku cambuk ibu mu." Mengancam ibu tirinya.
"Jangan bu, jangan. Baiklah, Alina akan menyetrikanya sekarang." Jawab Alina yang langsung mau, karena ia tidak mau kalau ibunya di siksa lagi oleh keluarga tirinya.
Alina pun terpaksa menyetrika di tengah malam, dan keluarga tirinya malah enak enakan tidur dengan santai.
Pagi pun tiba. Di mana Alina sudah bangun duluan, dan hanya tidur sebentar. Alina sedang membuat sarapan, untuk keluarga tirinya. Dan setelah membuat sarapan, keluarga tirinya langsung datang untuk sarapan. Dan seperti biasanya, Alina tidak diperbolehkan makan di meja makan. Dan ia makan di lantai.
Selesai makan, Alina pun berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki, karena ia tidak diperbolehkan untuk naik mobil bersama Clara adiknya.
Sesampai sekolah, Alina pun langsung duduk di kursinya. Dan seperti biasanya ia duduk dibelakang, dengan teman temannya yang tidak memandang fisiknya.
“Halo Alina cantik. Tumben banget kamu lama datang?.” Tanya teman dekatnya.
“Tadi ada urusan di rumah, jadinya sibuk sebentar deh. Yang terpenting tidak terlambat. Heheheheh.” Jawab Alina tertawa tipis.
Alina cukup bahagia, kalau ia berada di sekolah. Karena ia memiliki teman yang mau mendengarkan isi hatinya, dan mendukungnya.
Namun semua itu justru membuat Clara, adik tiri Alina, jadi sangat membencinya.
“Enak aja dia bahagia di sekolah ini. Akan aku balas kamu.” Ucap batin Clara meliriknya dengan tatapan sangat membencinya.
Ia memiliki niatan buruk, untuk membuat teman teman dekat Alina membencinya.
“Lebih baik aku kerjain saja si Alina deh. Mampus kamu Alina, semua orang akan membencimu. Rasain kamu.” Ucap batin Clara tersenyum tipis.
Selepas istirahat, dan Alina keluar duluan bersama teman temannya, dan disitulah Clara dan teman temannya mempunyai ide untuk menjatuhkan dan membuat semua orang yang ada di kelasnya membencinya. Dan Clara, dengan teman temannya langsung keluar dari kelas, untuk ke kantin, agar langsung tidak dicurigai oleh Alina kalau Clara lah yang menjebaknya.
Jam pelajaran pun masuk, dan semua murid langsung masuk ke dalam kelas. Dan guru pun ikut masuk, dan mau memulai pembelajaran. Saat itu juga, Clara memulai aktingnya, dan berakting panik.
“Dimana dompetku, kenapa tidak ada di tasku. Pasti ada yang mencurinya.” Akting panik Clara.
Sontak semua langsung menatap ke arahnya ”Coba kamu cari baik baik, mana tahu terselip.” Ucap pak guru tersebut.
Dan Clara menjelaskan kalau tidak ada dompetnya sama sekali di tasnya. Dan teman teman Clara memanasi untuk tas semua murid diperiksa oleh Clara. Pak guru pun mengizinkan Clara untuk memeriksa semua tas murid, termasuk Alina. Saat bagian tas Alina diperiksa, Clara langsung mendapatkan dompetnya yang berada di tas Alina.
“Sudah aku katakan kan, kalau ada pencuri di kelas ini. Dan ternyata kamu Alina, kenapa kamu tega mengambil uang yang paling berharga ini. Kamu kan bisa memintanya dengan baik baik, karena kamu kakak aku. Tidak perlu sampai mencuri begini.” Ucap Clara kembali memainkan aktingnya.
Sontak semua murid langsung menatap ke arah Alina, dan Alina berusaha menjelaskan semuanya, kalau bukan dia pencurinya.
“Bohong, ini semua fitnah. Bukan aku pelakunya, tadi kan aku makan bersama dengan kalian.” Ucap Alina kepada teman dekatnya.
“Tapi tadi kamu izin ke toilet kepada kami, mungkin saja itu memang perbuatan kamu, untuk mencuri dompet Clara, dan berbohong kepada kami, kalau kau mau izin ke toilet. Padahal kau sedang mengambil dompet Clara. Jujur deh kamu Alina.” Ucap teman temannya tegas kepada dirinya.
Dan Alina terus menjelaskannya, tapi tidak ada satupun yang mau percaya kepadanya.
Dan pada akhirnya Clara yang menang dalam permainannya sendiri, dan Alina masuk kedalam perangkapnya.
Alina pun langsung dipanggil ke ruang bk, untuk ditindak lebih. Di ruang bk, pak guru langsung mewawancarai dirinya, kenapa dia mau mencuri dompet adiknya sendiri. lagi lagi Alina mencoba menjelaskannya, tapi pak guru malah marah kepadanya.
"Kalau memang kamu pencurinya, bicaralah yang jujur. kami tidak akan memukul mu." Ucap pak guru tersebut, sambil melipat kedua tangannya.
“Memang bukan saya pelakunya pak, saya benar benar jujur pak. demi tuhan, saya sama sekali tidak mencuri dompetnya.” Ucap Alina dengan tegas, sambil meneteskan air matanya.
“Baiklah jika kamu tidak mau jujur, terpaksa kamu harus diskor selama 1 minggu, dan jangan datang ke universitas, sebelum hukuman itu kau lakukan.” Ucap pak guru tersebut terus terang.
Alina berusaha menjelaskannya kembali. Tapi tetap saja tidak ada yang mau mendengarkannya, dan Alina hanya bisa diam kembali, dan tak melawan lagi. karena tetap saja dia akan kalah, karena ia tidak punya teman lagi, yang akan mempercayainya.
“Kenapa semua tidak percaya denganku. Apa karena aku jelek, dan gendut ini. Kenapa semua tidak berpihak denganku.” Ucap batin Alina menahan air matanya yang sudah membendung.
Alina pun kembali ke kelasnya, dan saat di dalam kelas. Alina langsung dibully oleh teman sekelasnya.
“Dasar pencuri, pergi kamu disana, jangan duduk disini.” Ucap teman dekatnya yang bernama Gista.
Alina pun hanya bisa pasrah dan duduk di ujung kursi yang sudah jelek dan kotor. Dan dia dilempari bola bola kertas oleh Clara dan semua temannya. Lagi lagi Alina hanya bisa diam, melihat perlakuan jahat dari teman temannya.
“Ternyata si gendut pencurinya. Kenapa dulu aku mau berteman dengannya ya. Untung saja dompetku tidak diambil olehnya. Iyyuh.” Ucap yang dulunya teman dekat Alina.
“Tau tuh, lebih baik aku berteman dengan Clara saja. Udah cantik, baik, penyayang lagi. Yakan gays.” Ucap semua temannya.
“Tentunya dong, namanya juga Clara anak orang kaya. Dan sangat jauh dari si gendut itu. Hahahah.” Mengejek Alina, tepat di hadapannya.
Sepulang sekolah, Alina berjalan kaki seperti biasanya. Dan tiba tiba saja turun hujan.
Sontak semua orang langsung berteduh, dan hanya Alina yang tidak berteduh. Ia memilih untuk hujan hujanan. Dan di tengah hujan, ia meneteskan air matanya.
“Andai saja ayah masih hidup. Mungkin saja aku dan ibu tidak akan menderita seperti sekarang ini. Kenapa aku merasakan semua ini, kenapa.” Teriak Alina di tempat yang sepi, sambil menatap langit dan air hujan terus membasahi tubuhnya.
Sepulang sekolah. Ia pun langsung masuk ke dalam, dan saat masuk ke dalam. Ia kembali di marahi oleh ibu tirinya, karena hujan hujanan. Bukannya di berikan handuk. Ia malah ditampar, sampai hidungnya mengeluarkan darah.
“Kenapa ibu menamparku. Apa salahku bu?.” Tanya Alina sedikit tegas.
Ibu tirinya kembali menamparnya. “Kamu sudah basah basahan begini, terus masuk ke rumah saja. Enak banget kamu ya. Kamu gak tahu, kalau rumah ini sudah dibersihkan."
"Sebagai hukuman, jangan makan kamu malam ini. Cepat kamu kerjakan semua pekerjaan rumah. Dan sapu semua rumah ini.” Jawab ibu tirinya menjambak rambutnya dulu, dan langsung meninggalkannya sendirian.
“Kenapa air mata ini terus keluar sih. Sial.” Ucap batin Alina mengusap air matanya, dan juga membersihkan darah yang ada di hidungnya.
Malam pun tiba, dimana Alina baru menyelesaikan pekerjaannya. Dan ia langsung mandi. Setelah mandi, ia menuju meja makan, untuk membuat makan malam.
Setelah membuat makan malam, Alina meletakannya di meja makan. Dan keluarga tirinya sudah datang ke meja makan.
“Mari kita makan.” Ucap Alina.
“Hei, ingat yang aku katakan tadi. Kamu tidak boleh makan malam ini. Makan saja sana tanah itu. Pergi kamu.” Ucap ibu tirinya, langsung mendorongnya hingga jatuh.
“Kasihan banget sih kak. Makanya jangan lahir di dunia yang tidak mau berpihak denganmu ini. Mending kamu menangis saja sana di kamar. Hahahah.” Ejek Clara tertawa, dan ayah, juga ibunya tertawa mengejek Alina.
Alina menahan air matanya, dan langsung berlari masuk ke kamarnya. Di kamarnya, ia langsung melukai tangannya, dengan kaca. Dan menangis dalam diam.
“Aku juga tidak mau di lahirkan. Ini semua salah tuhan, yang tidak mau memberi aku kebaikan di hidupku.” Tangis Alina sambil menahan sakit tangannya, yang ia lukai.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
Lena Laiha
hah, ibu tiri durjana
2023-09-04
0
Zhu Yun💫
Ayo Alina... kamu harus jadi wanita yang kuat, lawan mereka... 🤭
2023-07-01
0