Sita Istri Seorang PNS

Sita Istri Seorang PNS

Seatap dengan Mertua

Hidup satu atap dengan mertua, bagaikan tinggal dalam jeruji besi.Semua diawasi dan selalu saja ikut campur dalam urusanku dan suamiku.

"Hallah-hallah punya menantu kok ya, begini amat!, bangun siang, udah kaya bos aja" omel mertuaku setiap paginya. Aku bekerja di perusahaan swasta tak jarang mengharuskan aku lembur kerja, dan setiap hari mertuaku mengharuskanku bangun pagi, untuk membuat sarapan dan beberes rumah sebelum aku berangkat kerja lagi.Rasa cape dan lelah jiwa ragaku aku benar-benar tidak sanggup harus hidup seatap dengan mertuaku.Belum lagi sikabnya yang mengangapku seperti kuman.Bayangkan saja untuk makan sehari-hari saja aku tidak boleh memakai piring, sendok juga gelas dari plastik.

"Mas, apa nggak sebaiknya kita cari assiten rumah tangga saja, rasanya aku nggak sanggup kalau setiap hari harus menyelesaikan pekerjaan rumah, nyuci nyapu ngepel semua pekerjaan rumah di bebankan padaku, belum lagi aku harus kerja" ucapku pada Mas Hendra suamiku.

Belum sempat suamiku memberi jawaban atas keluhanku mertuaku rupanya mendengarkan keluhanku pada suamiku.

"Nyari pembantu?, gayamu emang kamu pikir pembantu itu nggak mahal apa?, kamu itu sadar diri. Kamu cuma dari keluarga miskin, beruntung anakku yang PNS mau menikahimu, diluaran sana banyak yang ingin jadi istrinya Hendra kamu jadi perempuan nggak tau diri banget"

"Tapi saya lelah bu, saya juga punya keterbatasan tenaga. Pagi saya harus mengurus rumah sendirian setelah itu baru kerja, pulang kerja rumah kaya kapal pecah, harusnya saya bisa istirahat setelah seharian bekerja tapi saya nggak pernah bisa istirahat" ucapku membela diri

"Kebanyakan alasan kamu, emang dasarnya kamu aja yang pemalas" cecarnya

"Sudah cukup!, Sita bisa nggak sih kamu hargai Ibuku" ucap Mas Hendra membela Ibunya.

"Aku cape mas!" ucapku meninggalkan suami dan mertuaku begitu saja, Selama ini aku banting tulang untuk membantu ekonomi keluarga ini tapi tak pernah sekalipun mereka menghargai keberadaanku, Ibunya selalu merendahkanku dan selalu bilang kalau aku pemalas.

Mas Hendra berusaha mengejarku sampai di kamar, dia terus membujukku agar tidak ngambek, sebenarnya Mas Hendra sangat sayang padaku, namun hal itu berbanding terbalik dengan sikab mertuaku. Semua yang aku lakukan pasti salah dimata mereka.

"Sayang, Maafin Ibu ya!, beliau sudah tua aku harap kamu memakluminya"

"Sampai kapan Mas?, apa yang aku lakukan selalu saja salah di mata Ibu"

"Namanya juga orang tua, tolong dimaklumi ya!. Aku sayang kalian berdua, aku tak ingin kalian ribut terus tolong bersabarlah sedikit demi aku" ucapnya memelas, aku jadi tidak tega melihatnya.

Semenjak saat itu aku bangun lebih awal dan mengerjakan semua urusan rumah sebelum mertuaku bangun aku sudah berangkat, semua aku lakukan agar aku tidak lagi mendengar cacian darinya.

Cape, lelah semua kujalani demi Mas Hendra.

Setiap bulan gaji Mas Hendra sepenuhnya dikuasai oleh Ibu mertuaku. Aku tidak mempermasalahkanya. Tiap bulan juga aku selalu nombok untuk memenuhi keinginan aneh-aneh dari mertuaku, gaji mas Hendra sebagai seorang PNS hanya separuh dari gajiku yang bekerja di perusahaan swasta, mertuaku tidak pernah tau akan hal itu.Setiap kali aku membeli skincare untuk diriku sendiri memakai uangku sendiri dia selalu memakiku.

"Dasar perempuan ganjen!, beli bedak aja mahal-mahal buat apa? Mau goda suami orang?"

"Astagfirullah bu, istigfar" ucapku

"Kamu yang harusnya istipar!, kerjaanya cuma dandan dan ngabisin uang suami aja!"

"Maaf bu, Saya beli skincare itu pakai uang saya sendiri, saya tidak pernah meminta uang dari Mas Hendra untuk beli skincare" ucapku membela diri.

"Hallah, sok kecantikan kamu!, kamu itu dulu cuma anak seoarang penjual nasi rames sekarang mentang-mentang jadi istri seoarang PNS belagak beli bedak mahal-mahal.Harusnya kamu beli di warung sebelah banyak toh juga sama. Sama-sama bedak, di warung sebelah juga ada lipen sama henbodi, kalau mau pakai yang untuk alis juga ada cuma lima ribu malah,kemarin Ibu sempat tanya, Ini cuma beli bedak aja jutaan" ocehnya panjang lebar mengomentari skincareku.

"Terserah Ibu mau ngomong apa, ini tuntutan pekerjaanku sebagai seorang Marketing"

"Hallah, kerja siang malam juga nggak ada hasilnya aja bangga banget kamu, Marketing itu apa? Kenapa harus cantik? Jangan-jangan kerjaan kamu nggak bener! Kenapa juga kerja harus nuntut kamu cantik, orang kerja itu yang digunakan tanganya bukan tubuh dan wajahnya, aneh sekali kamu ini" kembali ia mencelaku.

Kutinggalkan dia begitu saja, dari pada otakku makin ngeblur mendengar ocehanya.

"Hei....mau kemana kamu? Nggak sopan sekali kamu, orang tua lagi bicara tapi kamu tinggal begitu saja, apa kamu nggak diajari sopan santun sama Emak Kamu yang janda itu, jadi janda kaya Ibumu tau rasa kamu"

Aku menoleh seketika, egoku tersentil saat Mamaku dibawa-bawa

"Cukup Bu, jangan pernah bawa-bawa Mama saya." ucapku geram

"Mama...Mama, orang Miskin saja panggil Emaknya Mama, dia itu pantasnya dipanggil Emak bukan Mama" kembali ia memprotes pangilanku pada Mama.

Aku sudah tidak tahan lagi.Segera kulangkahkan kakiku keluar rumah ini kerumah Mama, rasanya hatiku lelah setiap hari kenyang makan sumpah serapah dan caci maki dari mertuaku, Mas Hendri minggu bukanya dirumah malah mancing sama teman-temanya.Aku dirumah jadi santapan empuk mertuaku. Hingga Malam hari aku tak pulang kerumah mertuaku aku menunggu dijemput Mas Hendri, aku takut pulang kalau tidak ada Mas Hendri kewarasan jiwaku bisa terganggi dengan segala sumpah serapah mertuaku.

Semantara itu Mas Hendri pulang kerumah ketika sudah sore, ia tak mendapatiku dirumah Ibunya.

"Sita kemana Bu, kok nggak ada?"

"Istrimu itu sukanya kelayapan kalau kamu nggak ada dirumah"

"Kemana dia?"

"Mana Ibu tau?, Ibu cuma nasehatin dia aja jangan beli bedak mahal-mahal, kasian kamu cape-cape kerja cuma buat beli bedak, eh malah ngeloyor pergi dasar perempuan tidak tau diri"

"Kenapa Ibu harus berkata seperti itu?, toh selama ini Ibu selalu aku cukupi, tolong jangan usik Sita" ucap Mas Hendra. Ia tidak berani memberi tau, kalau aku membeli skincare pakai uangku sendiri bahkan kebutuhan rumah ini aku yang tanggung.

"Biar bisa hemat dia, jangan hanya bisa ngabisin uang suami aja, nggak bersyukur banget punya suami mapan dan kerja PNS"

"Haduh Ibu!" ucap Mas Hendri sambil mengelengkan kepalanya lalu ia segara Mandi dan ganti baju kemudian hendak menyusulku

"Mau kemana kamu?" tanya Mertuaku pada Mas Hendri.

"Mau, susul Sita"

"Memangnya kamu tau dia dimana?"

"Palingan dia dirumah Mama"

"Nggak usah dijemput!, entar manja dikit-dikit kabur dasar perempuan nggak tau diri banget"

Mas Hendri tak menghiraukan ucapan Ibunya ia langsung memancal pedas gas sepada motornya menuju rumah Mama untuk menjemputku.

Tbc

Hai..hai..ini karya author yang kesekian ya. Ayo ramekan!

Jangan lupa Like, Comment dan favorite ya men temen

Terpopuler

Comments

Muj Ran

Muj Ran

amit² deh punya mertua gaya setan gitu 🙄😡

2024-02-11

0

Zhu Yun💫

Zhu Yun💫

aku mampir kakak. semangat ya.. 🥰💪

2023-07-09

0

Red Jasmine

Red Jasmine

Bismillah....mari kita simak perjuangan Sita

2023-07-07

0

lihat semua
Episodes
1 Seatap dengan Mertua
2 Wacana pindah rumah
3 Pindah Rumah
4 Temen Curhat
5 Semakin nyaman
6 Sita sakit
7 Amel kecelakaan
8 Solusi sementara
9 Sita dilabrak
10 Lari dari masalah
11 Makin kacau
12 Skandal
13 Dilabrak mertua
14 Rizal
15 Makan malam bertiga
16 Huru hara
17 Makin terjerumus
18 Amel minta Dres
19 Tarno
20 Mulai curiga
21 Mulai menyelidiki Hendra
22 Waspada
23 Pengakuan
24 Dihadang Istri Erwin
25 Terbakar api cemburu
26 Rencana promil
27 Desy Hamil
28 Masalah baru
29 Kembali berulah
30 Tak dapat mengelak lagi
31 Memanas
32 Desy
33 Masih tentang Desy
34 Kena batunya
35 Pisah rumah
36 Rencana bercerai
37 Suami Desy pulang
38 Wali murid berdemo
39 Surat panggilan dari pengadilan agama
40 Sidang perdana
41 Sidang putusan
42 Sudah jatuh tertimpa tangga pula
43 Banting stir
44 Susah move on (Sumo)
45 Omset penjualan Warung Mama Sita naik pesat
46 Desy menikah dengan Hendra
47 Demo warga
48 Sita makin bersinar
49 Diambang batas
50 Terhalang restu
51 Masih belum dapat restu
52 Bertemu Alien
53 Lamaran untuk Amel
54 Keributan dipagi hari
55 Masih harus bersabar
56 Mamanya Sita kecelakaan
57 Kondisi Mamanya Sita membaik
58 Kejadian tak terduga
59 H-3
60 Sah
61 Sita Hamil
62 Dipermalukan
63 Ultimatum
64 Desy melahirkan
65 Fakta yang mengejutkan
66 Rendra putra kandung Yoga
67 Sudah jatuh tertimpa tangga pula
68 Cauvade sydrome
69 Tak terima
70 Diluar Nurul
71 Pelajaran berharga
72 Drama belum berakir
73 Terusir dari rumah
74 Nasib Hendra
75 Rini
76 Madu yang pahit
77 Kejutan ulang tahun
78 Masih tentang mantan
79 Wina mengamuk
80 Adu bogem mentah
81 Lupakan aku
82 Rini meminta maaf pada Sita
83 Semprawut
84 Pasrah
85 Marahan
86 Drama yang tak berujung
87 Aksi nekat Hendra
88 Tragis
89 Mulai menata diri
90 Situasi yang tidak kondusif
91 Memanas
92 Meminta untuk berpisah
93 Simalakama
94 Meminta waktu
95 Keputusan akhir
96 Aksi Wina
97 Adu domba
98 Rini di Demo
99 Hanya demi anak
100 Didatangi dept collector
101 Santet
102 Tidak puas
103 Pengobatan
104 Undangan pesta anggota DPR
105 Panik
106 Tragis
107 Boni di tahan
108 Rini kecelakaan
109 Cinta buta
110 Penangkapan Boni
111 Drama tak kunjung usai
112 Ending
Episodes

Updated 112 Episodes

1
Seatap dengan Mertua
2
Wacana pindah rumah
3
Pindah Rumah
4
Temen Curhat
5
Semakin nyaman
6
Sita sakit
7
Amel kecelakaan
8
Solusi sementara
9
Sita dilabrak
10
Lari dari masalah
11
Makin kacau
12
Skandal
13
Dilabrak mertua
14
Rizal
15
Makan malam bertiga
16
Huru hara
17
Makin terjerumus
18
Amel minta Dres
19
Tarno
20
Mulai curiga
21
Mulai menyelidiki Hendra
22
Waspada
23
Pengakuan
24
Dihadang Istri Erwin
25
Terbakar api cemburu
26
Rencana promil
27
Desy Hamil
28
Masalah baru
29
Kembali berulah
30
Tak dapat mengelak lagi
31
Memanas
32
Desy
33
Masih tentang Desy
34
Kena batunya
35
Pisah rumah
36
Rencana bercerai
37
Suami Desy pulang
38
Wali murid berdemo
39
Surat panggilan dari pengadilan agama
40
Sidang perdana
41
Sidang putusan
42
Sudah jatuh tertimpa tangga pula
43
Banting stir
44
Susah move on (Sumo)
45
Omset penjualan Warung Mama Sita naik pesat
46
Desy menikah dengan Hendra
47
Demo warga
48
Sita makin bersinar
49
Diambang batas
50
Terhalang restu
51
Masih belum dapat restu
52
Bertemu Alien
53
Lamaran untuk Amel
54
Keributan dipagi hari
55
Masih harus bersabar
56
Mamanya Sita kecelakaan
57
Kondisi Mamanya Sita membaik
58
Kejadian tak terduga
59
H-3
60
Sah
61
Sita Hamil
62
Dipermalukan
63
Ultimatum
64
Desy melahirkan
65
Fakta yang mengejutkan
66
Rendra putra kandung Yoga
67
Sudah jatuh tertimpa tangga pula
68
Cauvade sydrome
69
Tak terima
70
Diluar Nurul
71
Pelajaran berharga
72
Drama belum berakir
73
Terusir dari rumah
74
Nasib Hendra
75
Rini
76
Madu yang pahit
77
Kejutan ulang tahun
78
Masih tentang mantan
79
Wina mengamuk
80
Adu bogem mentah
81
Lupakan aku
82
Rini meminta maaf pada Sita
83
Semprawut
84
Pasrah
85
Marahan
86
Drama yang tak berujung
87
Aksi nekat Hendra
88
Tragis
89
Mulai menata diri
90
Situasi yang tidak kondusif
91
Memanas
92
Meminta untuk berpisah
93
Simalakama
94
Meminta waktu
95
Keputusan akhir
96
Aksi Wina
97
Adu domba
98
Rini di Demo
99
Hanya demi anak
100
Didatangi dept collector
101
Santet
102
Tidak puas
103
Pengobatan
104
Undangan pesta anggota DPR
105
Panik
106
Tragis
107
Boni di tahan
108
Rini kecelakaan
109
Cinta buta
110
Penangkapan Boni
111
Drama tak kunjung usai
112
Ending

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!