Good Partner
Versi buku cetak jauh lebih rapi dan memakai POV 3. Selain itu, terdapat banyak adegan tambahan tidak ada di aplikasi. Silakan order lewat chat aku langsung. Happy reading.
**********
Kota Magnolia merupakan salah satu kota kecil terdamai dan memiliki angka kriminal terendah di dunia. Setiap tahunnya, kota tersebut hampir tidak memiliki catatan kriminal, peristiwa kriminal yang terjadi pun hanya peristiwa pencopetan di jalan dan itu jarang sekali terjadi. Maka dari itu, pekerjaan polisi, detektif, dan semacamnya di kota tersebut jarang bekerja lembur.
Namaku Penny. Pekerjaanku adalah seorang detektif wanita yang bekerja di divisi kecelakaan lalu lintas. Selama ini sih pekerjaanku tidak begitu berat dan jarang banget lembur. Tidak seperti polisi dan detektif di kota lainnya yang setiap hari mengintai penjahat hingga tengah malam. Bahkan aku masih sempat makan bareng timku saat pulang kerja.
Karena hari sudah gelap sekarang, aku sedang merapikan berkas-berkas yang berserakan di meja kerjaku bersiap-siap ingin meninggalkan kantor.
Saat pulang kerja, aku dan timku makan malam di sebuah restoran baru dibuka. Ternyata restoran baru itu memiliki bangunan gaya classic dan unik. Aku berdecak kagum ketika mengamati design interior dan exterior bangunan itu. Sebelum memasuki ke restoran tersebut, kami diberi sebuah kertas kecil yang berisi nomor undian oleh petugas di sana.
Saat kami sedang menikmati hidangan makanannya, tiba-tiba seorang MC yang memimpin acara pembukaan restoran menaikki panggung dan membacakan pengumuman pemenang undiannya. Aku dan rekan timku sudah pasrah tidak mengharapkan memenangkan undian tersebut. Pemenang undian akan mendapatkan sebuah powerbank. Powerbank adalah hadiah impianku selama ini karena powerbank di rumahku sudah rusak sejak sebulan yang lalu.
"Terima kasih kepada para hadirin yang telah hadir dalam acara pembukaan Peaceful Restaurant, sekarang saya akan mengumumkan pemenang undiannya," kata MC tersebut sambil menggenggam selembaran amplop lalu membukanya perlahan.
"Sudah pasrahlah. Kita juga tidak akan dapat hadiahnya. Kemungkinan peluang salah satu dari kita yang menang undian itu 0.00001 persen," kata Tania, salah satu rekan timku mendesah pasrah.
"Pemenang undiannya adalah pengunjung nomor ... 75. Selamat kepada pengunjung nomor 75. Apakah ada yang mendapatkan nomor 75? Jika tidak ada, maka hadiah akan hangus," kata MC.
Saat aku melihat kertasku dan ternyata nomorku adalah 75. Aku sampai terkejut dan tidak bisa berkata apa-apa. Akhirnya impianku mendapatkan powerbank terwujud. Lalu, aku langsung bergegas menaiki panggung. Semua temanku ketika memandangiku sedang menuju panggung, tatapan mereka sangat iri terutama Tania.
Ketika aku sedang menerima hadiah, seorang pria tua berpakaian formal yang merupakan pemilik restoran memberikanku sebuah kupon.
"Selamat Anda pemenang undiannya. Saya sebagai pemilik restoran ini memberikan sebuah kupon makan secara gratis selama dua bulan di restoran ini," sorak pemilik restoran tersebut tersenyum padaku.
"Terima kasih Pak, saya akan menggunakan kupon ini dengan baik," jawabku dengan ramah.
Keesokan pagi, seperti biasa aku selalu dibangunkan oleh ibuku. Di benak pikiran ibu, aku bagaikan kebo yang suka tidur dan bermalasan.
"Penny, cepat bangun! Nanti telat masuk kerja. Ibu buatkan menu sarapan favoritmu lho," omel ibu sambil memukul lengan kiriku.
"Hoamm. Iya sebentar ibu, lima menit lagi ya aku bangun lalu sarapan," jawabku dengan muka bantal sambil menguap.
"Setiap hari selalu saja begini. Ini anak lama kelamaan jadi kebo beneran!" sindir ibu.
"Aku bukan kebo, Bu," sahutku bermalasan.
"Kalau kamu bersikap seperti ini terus, tidak ada seorang pria yang akan menyukaimu. Sebaiknya kamu mengubah sikap burukmu lalu berkencanlah dengan seorang pria dan menikah dengannya," lanjut ibu mulai menceramahiku.
Mendengar ocehan ibu yang cerewet, telingaku mulai memanas padahal ini masih pagi. Memang sih usiaku sudah hampir 30 tahun, tapi aku belum berkencan dengan siapa pun karena selama ini aku terlalu fokus bekerja.
"Anak ini memang sulit diatur! Makananmu ada di meja ya, sampai lima menit lagi kamu tidak bangun, ibu makan makananmu," ancam ibu tersenyum licik sambil meninggalkan kamarku.
Setelah mendengar ancaman ibu, aku langsung beranjak dari ranjang kemudian langsung menuju ruang makan tanpa merapikan penampilanku yang terlihat berantakan sekarang. Untunglah makananku masih utuh dan belum dimakan ibu.
"Kamu ini kalau diancam baru bangun ya, mau sampai kapan kamu begini terus!" omel ibu menatap menyeringai padaku sambil melipat kedua tangannya di depan dada.
"Hehe maaf, Bu. Lain kali aku bakal rajin bangun pagi deh," sahutku tertawa terkekeh sambil menggarukkan kepalaku.
"Kalau misalnya sampai beneran terjadi sesuatu gimana? Seperti tiba-tiba ada kasus yang terjadi dan harus kamu selidiki secara darurat. Kamu harus berpikir lebih panjang, Penny," celoteh ibu.
"Tidak mungkin terjadi hal gituan, Bu. Aku sudah bekerja sebagai detektif selama lima tahun dan selama ini belum ada kasus yang berat. Lagi pula kota ini kan terlihat aman saja, Bu," lontarku sambil makan.
"Ya sudahlah ibu lelah berbicara denganmu seperti kebo terus. Cepat habiskan makanannya, habis itu langsung ke kantor. Ibu sangat heran baru kali ini bertemu wanita yang hidup berantakan gini. Semoga saja ada pria yang menyukaimu, walaupun kamu bermalasan terus," gerutu ibu menyindirku sambil menggelengkan kepalanya.
Usai menghabiskan sarapanku, aku kembali menuju kamarku dan menatap hadiah powerbank beserta kupon yang kudapatkan semalam. Aku masih tidak menyangka bahwa aku ini anak yang sangat beruntung dalam sehari langsung mendapatkan jackpot. Kalau mengingat kejadian semalam, ini kejadian langka dalam hidupku.
Tanpa berlama-lama di kamarku, aku bergegas mengambil tas kerjaku sambil merapikan rambutku di hadapan cermin, lalu melangkah keluar dari kamarku terburu-buru. Saat aku ingin memasuki mobilku, ada seorang wanita paruh baya menghampiriku sambil membawa sekantong plastik makanan.
"Selamat pagi, perkenalkan namaku Desy. Aku baru pindah ke sebelah rumahmu hari ini, ini hadiah dariku, semoga kita bisa menjalin hubungan dengan baik sebagai tetangga," sapa Desy tersenyum ramah sambil memberikan makanan tersebut untukku.
"Pagi juga, Tante. Semoga kita memiliki hubungan yang baik terus. Terima kasih atas makanannya. Perkenalkan saya Penny, senang berkenalan dengan Anda," sahutku sopan berjabat tangan dengannya sambil menerima pemberiannya.
"Kamu tidak perlu berbicara bahasa formal padaku. Kita berbincang santai saja seperti teman."
"Baiklah, Tante."
"Sepertinya kamu sedang terburu-buru ingin berangkat kerja. Baiklah kalau begitu tante tidak akan mengganggumu."
"Kalau begitu aku permisi berangkat kerja dulu ya, Tante," pamitku sopan.
"Hati-hati di jalan ya, Penny," pesan tante Desy padaku sambil melambaikan tangannya.
Setibanya di kantor, semua rekanku menatapku dengan iri saat melihat powerbank yang kubawa sekarang pada tanganku.
"Powerbanknya bagus ya," ucap Ray dengan iri.
"Katanya kemarin tidak akan dapat undiannya. Benar-benar kamu tidak bisa dipercaya, Penny," gerutu Tania memanyunkan bibirnya.
"Aduh kenapa kalian iri padaku sih! Semalam aku sedang beruntung saja. Lagi pula selama ini ketika aku mengikuti lomba undian juga tidak pernah menang sekali pun seperti kalian," ujarku menautkan kedua alisku sambil berkacak pinggang.
Saat kami sedang asyik berbincang, kepala detektif menghampiri kami sambil membawa sebuah berkas kasus.
"Kalian semua kumpul di ruang rapat sekarang!" titah Pak John dengan tegas.
Kami semua langsung menurutinya dan mengikutinya menuju ruang rapat.
Di ruang rapat, hanya ada kami berlima saja. Sepertinya ada sesuatu yang tidak beres sampai panggil kami ke ruang rapat. Suasana di ruang rapat makin tegang.
"Pagi ini sekitar pukul 06.30, ditemukan mayat wanita di pinggir sungai. Kalian harus segera pergi ke TKP untuk menyelidiki kasus tersebut!" titah Pak John yang tegas.
Semua orang bergeming termasuk aku. Apakah aku tidak salah mendengar? Bahkan tatapanku melihat mimik wajah Tania yang masih polos pasti juga sulit memercayai perkataan Pak John.
"Ditemukan mayat? Mungkin wanita itu hendak bunuh diri, bukan dibunuh." Tania membulatkan matanya dengan sempurna tidak memercayai perkataan Pak John barusan, berusaha berpikir positif karena selama ini tidak ada kasus pembunuhan di kota ini.
"Ada saksi mata yang menyaksikan kejadian tersebut. Besok kita harus mewawancarai saksi mata tersebut. Saksi tersebut mengatakan bahwa ini bukan bunuh diri, tapi pembunuhan," lanjut Pak John menambahkan penjelasannya pada kami.
Tubuhku sekarang seperti tidak berdaya. Ini baru pertama kali aku mendengar kasus pembunuhan terjadi pada kota ini. Keringat dingin mulai mengalir di seluruh leherku, mataku terbelalak masih tetap tidak memercayainya walaupun Pak John sudah menegaskannya.
"Ini tidak mungkin, biasanya di kota ini, kan tidak ada kasus pembunuhan. Mungkin orang itu salah sangka," bantahku dengan tidak percaya.
"Kalau kalian tidak percaya dengan perkataan saya, kalian bisa menyelidikinya sendiri di TKP sekarang," timpal Pak John santai.
Aku dan semua rekan timku bergegas berlari keluar dari kantor ini memasuki mobil van hitam berangkat menuju TKP.
Setibanya di TKP, tempat tersebut dipenuhi dengan kerumunan orang dan para reporter TV. Selain itu, seluruh area tersebut terdapat banyak bercak darah berceceran di tanah.
Saat aku dan rekan timku sedang mengecek kondisi fisik keseluruhan tubuh mayat itu, mataku terbelalak ternyata mayat tersebut terdapat goresan yang sangat panjang di bagian perutnya. Benar yang dikatakan Pak John saat di ruang rapat, kasus ini merupakan kasus pembunuhan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 157 Episodes
Comments
martina melati
gt donk... hrs sergap, agar kasusny lekas terungkap beneran pembunuhan, bunuh diri ato kecelakaan
2024-09-28
0
martina melati
knp bsk sih? bukanny hr ini aja, gercap donkkk
2024-09-28
0
💗vanilla💗🎶
mampir ni thor 😁
2024-03-17
1