Part 7 - The Reason

Tiga puluh menit kemudian, akhirnya Adrian menerima laporan mengenai pelacakan truk dari rekannya. Jika dilihat lagi rekaman CCTV, truk itu mengarah ke daerah pemukiman.

Setibanya di daerah pemukiman, ternyata pelaku telah melarikan diri meninggalkan truk. Tim forensik telah mengecek keseluruhan truk, tapi tidak ada jejak maupun sidik jari yang tertinggal, bahkan sehelai rambut pun tidak ada. Kamera dasbor truk juga sudah hilang yang diambil oleh pelaku.

"Apakah rekan timmu sudah menghubungi seluruh tempat sewa truk?" tanya Adrian padaku.

"Sudah kuminta mereka menghubunginya, tapi belum mendapat informasi apa pun," jawabku mendesah pasrah sambil menatap layar ponsel sekilas.

drrt...drrt...

Ponsel Adrian berbunyi, lalu ia langsung mengangkat panggilan teleponnya.

"Apa? Kamu sudah menemukannya? Baiklah aku segera ke sana," ucap Adrian terburu-buru menutup panggilan teleponnya lalu kembali menatapku.

"Apakah rekan timmu menemukan sesuatu lagi?" tanyaku mulai penasaran melihat ekspresi wajahnya terlihat ada secercah harapan.

"Truk yang dikendarai pelaku itu merupakan truk buangan yang dibuang di tempat pembuangan kendaraan. Truk itu telah dicuri oleh pelaku sejak tiga hari yang lalu," ujar Adrian menjelaskannya padaku.

Senyuman tipis terbit pada sudut bibirku. “Syukurlah, aku akan kasih tahu rekanku dulu.”

“Kamu ikut aku pergi ke tempat itu.”

Setibanya di tempat pembuangan kendaraan, aku dan Adrian langsung menemui pemilik tempat itu Akan tetapi, pemilik tempat itu juga tidak tahu nama dan rupa wajah pembunuh. Aku masih tidak memercayainya dan menanyakannya sekali lagi untuk memastikannya. Metodenya sama seperti saat membeli nomor ponsel sementara, tidak ada bukti transaksi terkait dengan pelaku.

"Jadinya Anda sungguh tidak mengetahui sosok pelakunya?" tanyaku menyipitkan mataku dengan nada mulai ketus.

"Saya sungguh tidak mengetahui wajahnya seperti apa!" celetuk pemilik tempat ini.

Secara terpaksa aku dan Adrian meninggalkan tempat ini tanpa mendapatkan hasil. Aku berjalan dengan lemas hingga kepalaku pusing sekali karena hari ini aku belum makan sama sekali. Kakiku sudah lemas sekali hingga tubuhku terjatuh. Belum sempat ambruk ke tanah, dengan sigap Adrian menangkap tubuhku.

"Penny? Penny? Kamu kenapa? Wajahmu terlihat pucat sekali," tanya Adrian sangat panik menatap wajahku sambil merangkul tanganku.

Aku memijit dahiku sambil berusaha sahutku berlagak kuat di hadapannya walaupun sebenarnya tubuhku sudah tidak bertenaga sekarang. "Aku baik-baik saja. Hanya tubuhku sedikit lemas saja karena dari pagi sampai sekarang aku belum makan."

Adrian membulatkan mata sambil menepuk jidat. "Aduh, Penny! Kamu bekerja tanpa mengenal waktu sampai tubuhmu lemas begini! Kalau waktunya makan, kamu harus makan. Jangan terlalu fokus dengan pekerjaan terus! Kamu bisa terjatuh sakit!"

"Tidak apa-apa, ini demi pekerjaan. Kamu mulai lagi cerewet seperti ibuku." Aku berusaha membangkitkan tubuhku namun tubuhku kembali hampir terjatuh lagi dan langsung ditahan Adrian.

"Tuh kamu lihat sendiri, kan berdiri saja sudah tidak ada tenaga. Ayo, kita istirahat dulu mampir makan di restoran! Kali ini aku yang mentraktirmu!" ajak Adrian sambil menggendong tubuhku memasuki mobilnya.

Mendapat perlakuan lembutnya seperti ini, membuatku semakin malu terhadap diriku sendiri sampai merepotkannya terus. Lagi-lagi ia memperlakukanku tidak seperti biasanya, terutama pertama kali aku digendong seorang pria rasanya sangat canggung.

Saat kami sedang menyantap makan malamnya, raut wajah Adrian sangat cemberut memanyunkan bibirnya geram padaku. Perasaan aku hanya terjatuh lemas saja, tapi ia mengambek begini di hadapanku. Padahal yang lemas dan tidak makan seharian itu adalah aku. Aku tahu ia bermaksud untuk menunjukkan rasa sikap pedulinya padaku sebagai partner kerja.

"Sebenarnya aku penasaran denganmu sejak dulu. Mengapa kamu bekerja jadi seorang detektif? Padahal menurutku itu pekerjaan detektif itu sangat berbahaya untuk seorang wanita. Nyawamu bisa terancam terus.” Tiba-tiba Adrian membuka suara melontarkan pertanyaan tidak terduga.

Aku langsung terkejut dan terdiam sejenak. Tumben sekali Adrian bertanya hal pribadi kepadaku. Biasanya pembicaraan kami selalu tentang pekerjaan hingga membuatku bosan mendengarnya. Karena ia bertanya dan aku sudah akrab dengannya, tentunya aku harus terbuka dengannya.

"Untuk mengabulkan keinginan ayahku. Saat aku berusia dua belastahun, sebelum ayahku pergi bekerja ke luar negeri, ayahku berpesan kepadaku untuk bekerja sebagai seorang detektif yang penuh dengan ambisi karena karakterku sejak kecil yang penuh dengan ambisi itu sampai sekarang. Tapi itu adalah perbincangan terakhirku dengan ayahku. Lalu beberapa hari setelah ayahku ke luar negeri, aku tidak mendapat kabar apa pun darinya dan ayahku dilaporkan telah menghilang. Sampai sekarang, semua orang menganggap ayahku telah meninggal karena sudah mencari ke mana pun tetap tidak ditemukan keberadaannya. Oleh karena itu, aku belajar sungguh-sungguh untuk mengabulkan keinginan ayahku dan akhirnya menjadi seorang detektif," tuturku menjelaskan semuanya jujur padanya dengan senyuman hangat.

Mendengar kisahku sekilas, raut wajah Adrian berubah sedikit lesu. "Maaf telah membuatmu teringat dengan ayahmu lagi."

Aku menggeleng pelan menampakkan senyuman ceria. "Tidak apa-apa. Aku selama ini tidak kesepian karena banyak orang yang selalu tetap di sisiku di setiap saat seperti ibuku, rekan timku, dan kamu. Kamu selalu menemaniku setiap saat dan bertemu denganku secara tidak sengaja."

"Karena kamu kuanggap sebagai sahabat setiaku. Sahabat selalu bersama dan menemani setiap saat walaupun di saat kesulitan atau saat bahagia," ungkap Adrian tulus dengan pandangan berbinar padaku.

Mendengar ucapannya barusan, aku terkejut hingga mataku terbelalak. Jadinya selama ini Adrian menganggapku sebagai sahabat setianya, pantas saja ia selalu memedulikan aku walaupun sedikit berlebihan terkadang. Padahal kami baru bertemu juga, bahkan semua temanku tidak pernah mengatakan hal itu kepadaku secara langsung. Aku tidak percaya ia mudah memercayaiku begitu saja.

Karena Adrian sudah menganggapku sebagai sahabatnya, aku juga sedikit penasaran mengenai kehidupan pribadinya. "Kalau boleh tahu, kenapa kamu mau jadi jaksa?"

"Untuk mencari kebenaran ayahku. Ayahku dikurung di penjara selama tujuh tahun karena menggelapkan uang perusahaan tempat ayahku bekerja. Padahal menurutku, ayahku bukan tipe orang yang suka berbuat hal kotor. Tapi saat aku selalu mengunjunginya di penjara, ayahku selalu berkata bahwa memang ayahku pelakunya. Maka dari itu, aku bekerja sebagai jaksa untuk menyelidiki kasus itu kembali secara diam-diam. Setiap harinya aku selalu menganalisis berkas kasus tersebut," jawab Adrian menceritakannya panjang lebar padaku.

Mendengar kisahnya, aku kasihan padanya, meski ia berusaha menutupi kesedihannya selalu tersenyum padaku. Satu hal yang membuatku ingin tertawa adalah keinginan kami bekerja pada profesi masing-masing, yaitu ada kaitannya dengan ayah kami. Entah kebetulan atau tidak, aku merasa nasib Adrian mirip sepertiku.

"Berarti kita berdua memiliki kesamaan yaitu menjalankan karier demi ayah kita," paparku tertawa santai dengannya.

"Aku harap aku bisa segera menangkap penjahat yang telah menjebak ayahku.”

"Aku yakin kamu pasti bisa menangkapnya," lanjutku dengan percaya diri.

"Setelah menghabiskan makanannya, aku mengantarkanmu pulang ke rumahmu, ya. Kamu harus beristirahat cukup di rumah supaya tubuhmu kembali kuat," usul Adrian mulai menunjukkan sikap kepeduliannya padaku.

Lagi-lagi aku diperlakukan manis berlebihan, sikapnya terus begini sepanjang hari menambah rasa maluku. "Maaf telah merepotkanmu karena mobilku ada di kantor polisi."

"Tidak masalah, ini demi sahabatku. Aku harus selalu membantu sahabatku."

Aku berinisiatif mengeluarkan beberapa lembar uang kertas melihat harga menu makanan di restoran ini lumayan mahal. "Omong-omong, makanannya biar aku saja yang bayar ya."

Dengan lincah Adrian menahan tanganku. "Jangan, Penny! Biar aku saja yang mentraktirmu."

"Tapi Adrian--"

"Sudahlah aku hanya ingin melakukannya dengan sepenuh hatiku. Karena kamu adalah sahabatku, maka dari itu aku hanya mentraktir khusus untukmu saja," tutur Adrian santai sambil menyantap makanannya.

Setibanya di depan rumahku, tatapan Adrian sangat terkejut saat melihat rumah tante Desy. Adrian juga menuruni mobilnya bersamaku melangkah menuju ke sana. Lalu tante Desy menghampirinya dengan raut wajah penuh kerinduan.

"Putraku, tumben kamu pulang mengunjungi ibu," sambut Desy sambil memeluk Adrian dengan hangat.

Aku membulatkan mataku dengan sempurna melihat perlakuan tante Desy terhadap Adrian. Jadi tante Desy merupakan tetangga baru itu adalah ibunya Adrian. Lalu Adrian itu berarti tetanggaku selama ini? Betapa bodohnya aku terlalu sibuk dengan pekerjaan sampai tidak mengetahui hal semacam ini.

"Aku sedang mengantar sahabatku pulang ke rumahnya. Aku tidak menyangka bahwa ternyata kita tetangga sebelah," ujar Adrian sambil menatapku.

"Tapi kenapa aku selama ini tidak pernah melihatmu?" tanyaku bingung.

"Selama ini aku tinggal di apartemen elit dekat kantorku. Kalau aku tinggal bersama ibuku di sini, jarak antara kantor dengan rumahku lumayan jauh.”

Tante Desy menatapku dengan pandangan berbinar. "Oh, jadi teman baikmu yang selama ini kamu ceritakan pada ibu adalah Penny?"

Mendengar nada bicara sang ibu mulai heboh, pipi Adrian mulai memerah. "Iya benar, Bu."

"Ini sungguh luar biasa! Bagaimana kalian bisa saling bertemu? tanya Desy menatap kami girang.

Aku dan Adrian saling melempar pandangan malu sekilas. Karena bermula dari kecerobohanku, aku yang memulai membuka suaraku dulu. "Kami bertemu secara tidak sengaja di minimarket.”

"Lalu sejak hari itu, aku terus bertemu dengannya secara tidak sengaja." Adrian melanjutkan penjelasanku.

Tante Desy menanggapi penjelasan kami sambil terus manggut-manggut. "Begitu rupanya. Sepertinya memang kalian sudah ditakdirkan bertemu terus deh."

Mendengar perkataan sang ibu terkesan ambigu, pipi Adrian semakin memerah dan tangan kanannya menggaruk kepala gugup.

"Kamu masuk dulu saja. Hari ini kamu sudah bekerja sampai kelelahan jadi harus istirahat yang cukup," saran Adrian memecah suasana canggung.

"Baiklah, aku masuk ke dalam rumahku dulu ya, Tante," pamitku ramah.

"Kapan-kapan kamu dan ibumu makan di rumahku ya sambil berbincang. Sekalian juga supaya hubunganmu dengan putraku semakin dekat," tutur Desy menggenggam tanganku membuat Adrian semakin gugup sekarang.

Adrian menepuk jidat mendengar pikiran ibunya sungguh berbeda jauh dari apa yang dipikirkannya. "Astaga, Bu! Aku dan Penny hanya sebatas sahabat saja."

Aku juga merasa canggung mendengar perkataan tante Desy. Apalagi mustahil Adrian mengajakku berkencan, pasti ada wanita lain mendahuluiku.

Tapi, aku tetap harus menunjukkan sikap kesopananku menuruti keinginan tetangga baruku. "Baiklah, Tante. Kalau aku ada waktu luang, aku dan ibuku pasti akan makan bersama di rumah tante."

"Bagus jadinya kita semua bisa saling mengenal lebih dekat lagi terutama hubungan kalian berdua!" sorak Desy penuh antusias membuat Adrian menggelengkan kepalanya.

"Aku permisi masuk ke rumahku dulu, ya," pamitku sopan.

Sedangkan Adrian dan ibunya terburu-buru memasuki rumah mereka. Baru menginjak satu langkah di depan pintu utama, akhirnya Adrian kembali bernapas lega setelah menghadapi masa canggung. Lalu, Adrian menuntun ibunya menuju ruang tamu menduduki sofa.

"Aduh, ibu kenapa berbicara seperti itu di hadapan Penny!" keluh Adrian.

"Memang ibu berbicara sesuai dengan kenyataan. Bukankah hubunganmu dengan Penny sangat dekat sekarang?"

"Hubungan kami dekat tapi sebagai sahabat. Tidak melebihi itu kok," bantah Adrian langsung.

"Walaupun hubungan kalian sebagai sahabat, ibu yakin sekali pasti akan melebihi itu kok suatu hari nanti," ujar Desy asal bicara membuat Adrian semakin tersipu malu.

"Tapi--“

Desy mengukir senyuman hangat menggenggam kedua tangan Adrian. "Memang sekarang kamu masih belum menyimpan perasaan padanya. Firasat ibu, kamu pasti menyukainya. Apalagi dilihat tingkahmu setiap kali menceritakannya pada ibu, kamu terlihat sangat memedulikannya sedangkan kalian baru berteman."

Adrian hanya bisa pasrah saja dengan perkataan ibunya. Lebih memilih tidur di kamarnya daripada berdebat dengan ibunya di malam hari.

Keesokan harinya, kali ini aku tidur tidak seperti kebo lagi. Aku berinisiatif bangun lebih awal lalu sarapan sebelum berangkat ke kantor. Karena mobilku ada di kantor polisi jadinya Adrian yang mengantarku ke kantor.

Kini penampilanku sudah terlihat lebih segar daripada kemarin. Karena tas kerjaku tertinggal di kantor, aku hanya membawa diriku keluar dari rumahku. Pada saat bersamaan Adrian juga melangkah keluar dari rumahnya lalu menghampiriku.

"Pagi, Penny," sapa Adrian.

"Pagi juga, Adrian. Maaf ya aku merepotkanmu terus. Aku banyak berutang budi padamu," ucapku yang merasa bersalah padanya.

"Sudahlah kamu santai saja padaku. Kamu tidak usah sungkan di hadapanku. Malahan aku sangat bahagia melayani sahabatku seperti ini," balas Adrian tersenyum malu sambil menyentuh pundakku.

Setibanya di kantor, aku langsung dipanggil oleh Pak John untuk bertemu dengannya di ruang rapat. Perasaanku selalu tidak enak saat dipanggil ke ruang rapat.

"Ada sesuatu yang harus kuselesaikan, Pak John?" tanyaku dengan gugup.

"Kasus kematian Pak Tommy, kita tutup saja kasusnya karena tidak ada bukti yang mendukung bahwa dia dibunuh. Jadi kita berasumsi bahwa ini kasus kecelakaan biasa," ujar Pak John tegas.

Terpopuler

Comments

KS_Hyde

KS_Hyde

Ya Tuhan knp kisah nya begini semua, g ada happy² nya:)

2023-10-08

1

senja

senja

Penny tu ketua ya? makanya sll dipanggil

2022-03-30

1

senja

senja

kl yg bilang ngomel seperti Ibu itu Adrian, kl nikah seolah karna cwe itu suka ngomel seperti Ibu nya, makanya dinikahi

2022-03-30

1

lihat semua
Episodes
1 Part 1 - Kota yang Damai
2 Part 2 - Kasus Pembunuhan Pertama
3 Part 3 - Kind Hearted Prosecutor
4 Part 4 - Pencarian Pak Tommy
5 Part 5 - Partner Kerja yang Peduli
6 Part 6 - Targetnya Adalah Aku
7 Part 7 - The Reason
8 Part 8 - First Gift From Him
9 Part 9 - Terungkap
10 Part 10 - Luka yang Membekas
11 Part 11 - Healed
12 Part 12 - Teror
13 Part 13 - Iblis
14 Part 14 - Masa Kritis
15 Part 15 - Best Gift Ever
16 Part 16 - It's Not Over Yet
17 Part 17 - Our Friendship Is Over
18 Part 18 - Cold Hearted Girl
19 Part 19 - Best Friend
20 Part 20 - Dunia Sempit
21 Part 21 - Sudah Lama Tak Berkunjung
22 Part 22 - Jebakan
23 Part 23 - Interogasi
24 Part 24 - Chip Misterius
25 Part 25 - Versailles
26 Part 26 - Topeng yang Dilepas
27 Part 27 - I'm Right Here For You
28 Part 28 - Keberadaan Ayah
29 Part 29 - Bertemu Ayah
30 Part 30 - Bodyguard
31 Part 31 - Kartu Cadangan
32 Part 32 - Pengejaran
33 Part 33 - Menyusup
34 Part 34 - Kerja Sama Tim
35 Part 35 - Pilihan
36 Part 36 - Melarikan Diri
37 Part 37 - I Promise To Protect You
38 Part 38 - Masa Kritis Kedua Kalinya
39 Part 39 - Akhir Persidangan
40 Part 40 - Be My Girlfriend
41 Part 41 - Date With Him
42 Part 42 - Keributan di Pagi Hari
43 Part 43 - Pendatang Baru
44 Part 44 - Persaingan yang Ketat
45 Part 45 - Ucapan Menusuk
46 Part 46 - Barang Korban yang Menghilang
47 Part 47 - Menginap
48 Part 48 - Pelaku Mengintaiku
49 Part 49 - Polisi yang Mencurigakan
50 Part 50 - Bangun Kesiangan
51 Part 51 - Pernyataan Kesaksian
52 Part 52 - Like Shining Star
53 Part 53 - Permintaan Maafku yang Tulus
54 Part 54 - Artikel yang Terkubur
55 Part 55 - Sulk
56 Part 56 - Perkelahian dengan Pelaku
57 Part 57 - Pelaku yang Mengincar Tania
58 Part 58 - Sakit Perut
59 Part 59 - Reporter Yulia dalam Bahaya
60 Part 60 - I Need You
61 Part 61 - Harga Diri yang Busuk
62 Part 62 - Berkas Kasus yang Akhirnya Ditemukan
63 Part 63 - Jealous
64 Part 64 - Psikopat Sesungguhnya
65 Part 65 - Berdebat
66 Part 66 - Strategi Darurat
67 Part 67 - Botol Obat Misterius
68 Part 68 - Rekaman CCTV
69 Part 69 - Tertangkap Basah
70 Part 70 - Merelakannya
71 Part 71 - Perasaan Sebenarnya
72 Part 72 - Penyakit Josh
73 Part 73 - Tabrak Lari
74 Part 74 - Kejujuran
75 Part 75 - You're My Only Love
76 Part 76 - Tidak Berdaya
77 Part 77 - Motif Pembunuhan
78 Part 78 - Find Him
79 Part 79 - Heart To Heart
80 Part 80 - Aku Memercayaimu
81 Part 81 - Kemenangan
82 Part 82 - Yes Or No
83 Part 83 - Special Surprise
84 Part 84 - Family
85 Part 85 - Two Love Birds
86 Part 86 - My Best Sweetheart
87 Part 87 - Forever Love You
88 Part 88 - Happy Life
89 Part 89 - Only With You
90 Part 90 - My Wish
91 Part 91 - Welcome To Queenstown
92 Part 92 - Eternal Love
93 Special Part 1 - Best Mom and Dad
94 Special Part 2 - I Miss You
95 Special Part 3 - Stick With You
96 Special Part 4 - Let's Play!
97 Special Part 5 - Always Perfect
98 Special Part 6 - Fina In Action
99 Special Part 7 - Because Of You
100 Special Part 8 - Reveal
101 Special Part 9 - Arrest
102 Special Part 10 - In My Heart
103 S2 : Part 1 - Special Day For Us
104 S2 : Part 2 - Always Be Happy With You
105 S2 : Part 3 - My Number One
106 S2 : Part 4 - I Will Miss My Daughter
107 S2 : Part 5 - Korban Menghilang Lama
108 S2 : Part 6 - Kecurigaan Fina dan Hans
109 S2 : Part 7 - Insiden Baru Lagi
110 S2 : Part 8 - Interogasi Nielsen
111 S2 : Part 9 - Ini Tidak Mungkin
112 S2 : Part 10 - Terlepas Tuduhan
113 S2 : Part 11 - Kebenaran Tas Sekolah
114 S2 : Part 12 - Terbunuh
115 S2 : Part 13 - Diremehkan
116 S2 : Part 14 - Our Strength
117 S2 : Part 15 - Target Selanjutnya
118 S2 : Part 16 - Target untuk Memancing Kami
119 S2 : Part 17 - Super Jealous
120 S2 : Part 18 - Call With My Daughter
121 S2 : Part 19 - Sweet Like Chocolate
122 S2 : Part 20 - Kaki Tangan Pelaku
123 S2 : Part 21 - Penghilang Stress
124 S2 : Part 22 - Weekend tidak Menyenangkan
125 S2 : Part 23 - Only Him Can Make Me Happy
126 S2 : Part 24 - Sepotong Pecahan Puzzle
127 S2 : Part 25 - Teman yang Selalu Nyawanya Terancam
128 S2 : Part 26 - Musuh Sebenarnya
129 S2 : Part 27 - Adrian's Mission
130 S2 : Part 28 - Tipuan Maut
131 S2 : Part 29 - Saksi Mata
132 S2 : Part 30 - Nightmare
133 S2 : Part 31 - Gosip
134 S2 : Part 32 - Dissociative Identity Disorder
135 S2 : Part 33 - Tersinggung
136 S2 : Part 34 - Care About You
137 S2 : Part 35 - Bad Feeling
138 S2 : Part 36 - You're My Best Hero
139 S2 : Part 37 - I Love You With All My Heart
140 S2 : Part 38 - Please Come Back To Me!
141 S2 : Part 39 - Precious Moment
142 S2 : Part 40 - Worrying You
143 S2 : Part 41 - Something Strange
144 S2 : Part 42 - Duel
145 S2 : Part 43 - Mission Planning
146 S2 : Part 44 - Secret Mission
147 S2 : Part 45 - Playing Role
148 S2 : Part 46 - Nothing Can Keep Us Apart
149 S2 : Part 47 - Mission Accomplished
150 S2 : Part 48 - My Vitamin
151 S2 : Part 49 - Play With Victoria
152 S2 : Part 50 - The Warmth Of My Little Family
153 S2 : Part 51 - Good Memories
154 S2 : Part 52 - Together Forever
155 Message From Author and Special Thanks
156 Special Anniversary - Visual Character and Other
157 TERBIT CETAK GOOD PARTNER
Episodes

Updated 157 Episodes

1
Part 1 - Kota yang Damai
2
Part 2 - Kasus Pembunuhan Pertama
3
Part 3 - Kind Hearted Prosecutor
4
Part 4 - Pencarian Pak Tommy
5
Part 5 - Partner Kerja yang Peduli
6
Part 6 - Targetnya Adalah Aku
7
Part 7 - The Reason
8
Part 8 - First Gift From Him
9
Part 9 - Terungkap
10
Part 10 - Luka yang Membekas
11
Part 11 - Healed
12
Part 12 - Teror
13
Part 13 - Iblis
14
Part 14 - Masa Kritis
15
Part 15 - Best Gift Ever
16
Part 16 - It's Not Over Yet
17
Part 17 - Our Friendship Is Over
18
Part 18 - Cold Hearted Girl
19
Part 19 - Best Friend
20
Part 20 - Dunia Sempit
21
Part 21 - Sudah Lama Tak Berkunjung
22
Part 22 - Jebakan
23
Part 23 - Interogasi
24
Part 24 - Chip Misterius
25
Part 25 - Versailles
26
Part 26 - Topeng yang Dilepas
27
Part 27 - I'm Right Here For You
28
Part 28 - Keberadaan Ayah
29
Part 29 - Bertemu Ayah
30
Part 30 - Bodyguard
31
Part 31 - Kartu Cadangan
32
Part 32 - Pengejaran
33
Part 33 - Menyusup
34
Part 34 - Kerja Sama Tim
35
Part 35 - Pilihan
36
Part 36 - Melarikan Diri
37
Part 37 - I Promise To Protect You
38
Part 38 - Masa Kritis Kedua Kalinya
39
Part 39 - Akhir Persidangan
40
Part 40 - Be My Girlfriend
41
Part 41 - Date With Him
42
Part 42 - Keributan di Pagi Hari
43
Part 43 - Pendatang Baru
44
Part 44 - Persaingan yang Ketat
45
Part 45 - Ucapan Menusuk
46
Part 46 - Barang Korban yang Menghilang
47
Part 47 - Menginap
48
Part 48 - Pelaku Mengintaiku
49
Part 49 - Polisi yang Mencurigakan
50
Part 50 - Bangun Kesiangan
51
Part 51 - Pernyataan Kesaksian
52
Part 52 - Like Shining Star
53
Part 53 - Permintaan Maafku yang Tulus
54
Part 54 - Artikel yang Terkubur
55
Part 55 - Sulk
56
Part 56 - Perkelahian dengan Pelaku
57
Part 57 - Pelaku yang Mengincar Tania
58
Part 58 - Sakit Perut
59
Part 59 - Reporter Yulia dalam Bahaya
60
Part 60 - I Need You
61
Part 61 - Harga Diri yang Busuk
62
Part 62 - Berkas Kasus yang Akhirnya Ditemukan
63
Part 63 - Jealous
64
Part 64 - Psikopat Sesungguhnya
65
Part 65 - Berdebat
66
Part 66 - Strategi Darurat
67
Part 67 - Botol Obat Misterius
68
Part 68 - Rekaman CCTV
69
Part 69 - Tertangkap Basah
70
Part 70 - Merelakannya
71
Part 71 - Perasaan Sebenarnya
72
Part 72 - Penyakit Josh
73
Part 73 - Tabrak Lari
74
Part 74 - Kejujuran
75
Part 75 - You're My Only Love
76
Part 76 - Tidak Berdaya
77
Part 77 - Motif Pembunuhan
78
Part 78 - Find Him
79
Part 79 - Heart To Heart
80
Part 80 - Aku Memercayaimu
81
Part 81 - Kemenangan
82
Part 82 - Yes Or No
83
Part 83 - Special Surprise
84
Part 84 - Family
85
Part 85 - Two Love Birds
86
Part 86 - My Best Sweetheart
87
Part 87 - Forever Love You
88
Part 88 - Happy Life
89
Part 89 - Only With You
90
Part 90 - My Wish
91
Part 91 - Welcome To Queenstown
92
Part 92 - Eternal Love
93
Special Part 1 - Best Mom and Dad
94
Special Part 2 - I Miss You
95
Special Part 3 - Stick With You
96
Special Part 4 - Let's Play!
97
Special Part 5 - Always Perfect
98
Special Part 6 - Fina In Action
99
Special Part 7 - Because Of You
100
Special Part 8 - Reveal
101
Special Part 9 - Arrest
102
Special Part 10 - In My Heart
103
S2 : Part 1 - Special Day For Us
104
S2 : Part 2 - Always Be Happy With You
105
S2 : Part 3 - My Number One
106
S2 : Part 4 - I Will Miss My Daughter
107
S2 : Part 5 - Korban Menghilang Lama
108
S2 : Part 6 - Kecurigaan Fina dan Hans
109
S2 : Part 7 - Insiden Baru Lagi
110
S2 : Part 8 - Interogasi Nielsen
111
S2 : Part 9 - Ini Tidak Mungkin
112
S2 : Part 10 - Terlepas Tuduhan
113
S2 : Part 11 - Kebenaran Tas Sekolah
114
S2 : Part 12 - Terbunuh
115
S2 : Part 13 - Diremehkan
116
S2 : Part 14 - Our Strength
117
S2 : Part 15 - Target Selanjutnya
118
S2 : Part 16 - Target untuk Memancing Kami
119
S2 : Part 17 - Super Jealous
120
S2 : Part 18 - Call With My Daughter
121
S2 : Part 19 - Sweet Like Chocolate
122
S2 : Part 20 - Kaki Tangan Pelaku
123
S2 : Part 21 - Penghilang Stress
124
S2 : Part 22 - Weekend tidak Menyenangkan
125
S2 : Part 23 - Only Him Can Make Me Happy
126
S2 : Part 24 - Sepotong Pecahan Puzzle
127
S2 : Part 25 - Teman yang Selalu Nyawanya Terancam
128
S2 : Part 26 - Musuh Sebenarnya
129
S2 : Part 27 - Adrian's Mission
130
S2 : Part 28 - Tipuan Maut
131
S2 : Part 29 - Saksi Mata
132
S2 : Part 30 - Nightmare
133
S2 : Part 31 - Gosip
134
S2 : Part 32 - Dissociative Identity Disorder
135
S2 : Part 33 - Tersinggung
136
S2 : Part 34 - Care About You
137
S2 : Part 35 - Bad Feeling
138
S2 : Part 36 - You're My Best Hero
139
S2 : Part 37 - I Love You With All My Heart
140
S2 : Part 38 - Please Come Back To Me!
141
S2 : Part 39 - Precious Moment
142
S2 : Part 40 - Worrying You
143
S2 : Part 41 - Something Strange
144
S2 : Part 42 - Duel
145
S2 : Part 43 - Mission Planning
146
S2 : Part 44 - Secret Mission
147
S2 : Part 45 - Playing Role
148
S2 : Part 46 - Nothing Can Keep Us Apart
149
S2 : Part 47 - Mission Accomplished
150
S2 : Part 48 - My Vitamin
151
S2 : Part 49 - Play With Victoria
152
S2 : Part 50 - The Warmth Of My Little Family
153
S2 : Part 51 - Good Memories
154
S2 : Part 52 - Together Forever
155
Message From Author and Special Thanks
156
Special Anniversary - Visual Character and Other
157
TERBIT CETAK GOOD PARTNER

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!