Part 2 - Kasus Pembunuhan Pertama

Aku bersama rekan timku sangat yakin bahwa ini merupakan kasus pembunuhan jika dilihat dari bekas goresan yang terdapat di perut korban. Lalu, aku meminta bantuan salah satu anggota tim forensik untuk secepatnya mengautopsi mayat tersebut. Setelah kami menelusuri seluruh area TKP sampai penuh ketelitian, tidak ada satu pun barang bukti yang ditinggalkan oleh pembunuh. Pembunuhan ini terlihat sempurna dan sepertinya sudah direncanakan pelaku sejak awal.

"Jadinya sekarang kita harus gimana? Dari tadi tidak ada jejak yang ditinggalkan pelaku," keluh Nathan mendesah lesu.

"Yang pasti kita kembali ke kantor dulu dan menunggu hasil autopsi dari tim forensik. Kita akan menyelidikinya mulai dari sana dulu," lontarku sambil bertopang dagu.

Aku dan semua rekan timku memutuskan untuk kembali ke kantor sambil menunggu hasil autopsi yang dikirimkan tim forensik. Beberapa jam kemudian, akhirnya hasil autopsi dikirimkan melalui email. Dengan sigap aku membuka emailnya dan mengambil laptopku menuju ruang rapat bersama dengan yang lain untuk mengadakan rapat dengan Pak John.

"Korban bernama Alya berusia 30 tahun dengan tinggi 165 cm pada tanggal 12 Januari 2020 ditemukan telah meninggal di pinggir sungai dekat persimpangan minimarket Fantastic. Berdasarkan hasil autopsi, korban memiliki luka goresan yang sangat dalam dan ususnya merobek sehingga korban kehilangan banyak darah sebelum petugas medis membawanya menuju ke rumah sakit," ujarku menjelaskannya dengan rinci mengenai hasil autopsi.

"Tadi setelah kami mengecek di TKP, tidak ada barang yang mencurigakan seperti pisau ataupun benda lainnya yang tertinggal di sana setelah pihak kepolisian menyegel tempat tersebut," tambah Tania menautkan kedua alisnya.

"CCTV di sekitar TKP sepertinya telah rusak dan menurut persepsiku, pelaku dengan sengaja merusak CCTV itu terlebih dahulu sebelum melakukan pembunuhan," lontar Nathan melanjutkan penjelasannya.

"Saksi itu apakah besok kita bisa menginterogasinya?" tanya Pak John menatapku.

"Bisa, Pak. Besok setelah makan siang, aku akan menginterogasinya," jawabku langsung.

"Nathan, coba kamu cek CCTV di minimarket Fantastic. Siapa tahu pelaku itu terekam secara tidak sengaja pada CCTV minimarket tersebut," titah Pak John dengan tegas menatap Nathan.

"Baik, Pak, saya segera ke sana," patuh Nathan.

"Rapatnya cukup sampai di sini saja. Berhubung ini kasus pembunuhan maka kalian harus tetap berwaspada, mulai hari ini dan seterusnya kalian akan bekerja lembur," ucap Pak John keluar dari ruang rapat.

Usai melakukan rapat, Nathan bergegas menuju minimarket tersebut mengecek rekaman CCTVnya. Sedangkan aku, Tania, dan Ray menuju ke TKP lagi untuk mencari bukti yang akurat.

Di area TKP, kami bertiga menelusurinya lagi di setiap titik area tersebut tanpa terlewatkan. Memang pertama kali kita menghadapi masalah besar ini. Aku pun sebenarnya masih belum bisa menyesuaikan teknik penyelidikan kasus pembunuhan. Otak aku harus dipaksakan berpikir mencari cara supaya bisa mendapatkan bukti penting.

"Tania, tolong kamu cari di bagian sebelah sana!" pintaku kepada Tania tegas.

"Baiklah, Penny," sahut Tania bergegas menuju ke daerah yang kuperintahkan barusan.

Sorot mataku beralih pada Ray. "Apakah kamu sudah dapat benda yang mencurigakan, Ray?"

"Belum nih. Sepertinya pelaku lebih licik dari dugaan kita," jawab Ray pasrah.

Di tengah pencarian barang bukti, Nathan lari tergesa-gesa menghampiriku. Melihat mimik wajahnya terlihat stress, aku punya firasat ia membawakan kabar buruk mengenai hasil pencariannya.

"Bagaimana hasilnya? Apakah CCTV minimarket itu merekam pelakunya?" tanyaku yang penasaran.

"CCTVnya nyala tapi rekamannya sangat buruk dan buram jadi kita tidak bisa melihat pelaku dengan jelas," jawab Nathan dengan napas tersengal-sengal.

"Ya sudah, tidak masalah. Yang penting kamu sudah pergi memeriksanya. Ayo sekarang kita lanjut mencari barang bukti lagi!" Aku menepuk pundaknya mengajaknya membantuku mencari barang bukti.

Pada akhirnya kami mencari barang bukti tersebut sampai malam bahkan aku tidak menyadarinya karena terlalu fokus bekerja. Ketika aku sedang sibuk mencari, ponselku tiba-tiba berbunyi.

drrt...drrt...

Dengan sigap aku mengambil ponselku dari saku jaketku. Ternyata itu panggilan telepon dari ibu, lalu aku langsung mengangkatnya.

"Anak nakal, sudah jam berapa ini. Kenapa kamu tidak pulang ke rumah?" tanya ibu terdengar seperti sedang mengomeliku lewat telepon.

"Mulai hari ini aku kerja lembur terus, Bu. Tadi pagi aku dapat informasi bahwa terjadi kasus pembunuhan. Aku harus menyelidikinya terus jadi kemungkinan pulangnya bisa larut malam," jawabku lewat telepon.

"Apa? Kamu yang menyelidiki kasus itu? Itu sangat berbahaya. Kamu harus selalu waspada. Kasus pembunuhan itu tidak main-main." Suara ibu terdengar sangat panik.

"Iya, Bu. Ibu juga harus tetap berwaspada mulai sekarang. Sebaiknya ibu di rumah saja keamanannya lebih terjamin. Di luar sudah tidak aman sekarang. Kalau terjadi sesuatu, ibu harus segera menghubungiku."

"Iya tenang saja kamu tidak perlu mencemaskan ibu."

Setelah aku selesai menutup telepon dari ibu, Tania berteriak heboh hingga membuat semua rekan kerjaku terkejut dan menatap Tania.

"Akhirnya ketemu juga, Penny!" seru Tania dengan girang yang memperlihatkan sebuah ponsel terlihat usang.

"Ayo, kita kembali ke kantor!" ajak Nathan.

Setibanya di kantor, kami langsung membuka ponsel itu. Ponsel itu ternyata terdapat rekaman pembicaraan antara pelaku dengan korban. Jempol kananku menekan tombol putar memutar rekaman suara berdurasi singkat.

"Hentikan perbuatan Anda, lalu cepat serahkan diri ke kantor polisi." Terdengar suara bu Alya dalam rekaman.

"Tidak bisa. Suami Anda banyak berutang kepada saya. Dia harus melunaskan utangnya sekarang juga!!" bentak si pembunuh.

"Kumohon beri kami waktu seminggu lagi. Saat ini kami tidak punya uang untuk melunaskan utangnya." Suara Bu Alya mulai terdengar lemas membujuk si pembunuh.

Tiba-tiba dalam rekaman suara, terdengar suara orang yang sedang berkelahi dan suara pisau yang menusuk Bu Alya. Rekamannya berakhir sampai di situ saja. Aku dan semua rekan timku hanya bisa pasrah. Ternyata rekaman suara ini tidak cukup kuat untuk mengidentifikasi pelakunya.

"Apaan ini? Kenapa hanya sampai di situ saja. Bukti ini masih kurang jelas," keluh Ray menggarukkan kepalanya kesal.

"Aduh pusing! Kita tinggal tunggu besok saja keterangan dari saksi," jawabku yang sudah pasrah.

Keesokan harinya setelah makan siang, aku menginterogasi seorang saksi mata dari kasus pembunuhan ini. Saksi itu bernama Bastian yang terlihat sangat gugup saat memasuki ruang interogasi.

"Selamat siang, Pak Bastian. Perkenalkan saya detektif Penny. Saya yang akan menginterogasi Anda mengenai kasus ini," sambutku dengan ramah.

"Baiklah."

"Boleh tolong ceritakan bagaimana kejadian itu bisa terjadi?" tanyaku mulai berfokus pada penyelidikannya.

"Jadi begini, waktu itu saya sedang galau karena saya ditolak lamaran kerja. Maka dari itu, saya melampiaskan dengan berjalan di sekitar pinggiran sungai. Saat saya sedang berjalan, tiba-tiba saya mendengar ada seorang wanita dan pria yang sedang bertengkar," ucap Pak Bastian dengan suaranya mulai gemetar.

"Apakah hanya mereka berdua saja di sana? Atau adakah orang lain selain mereka berdua di sana?" tanyaku mulai penasaran.

"Waktu itu sudah terlalu gelap jadi tidak terlalu lihat dengan jelas. Karena saya penasaran, maka saya mendengar pembicaraan mereka dari jauh bersembunyi di suatu tempat sambil mengintip mengamati insidennya. Tiba-tiba wanita itu ditusuk menggunakan pisau yang berukuran sangat besar. Saat melihat itu, saya langsung ketakutan dan langsung kabur agar tidak ketahuan," ujar Pak Bastian yang gugup hingga keringat dingin terus mengalir pada wajahnya.

"Waktu itu pukul berapa Anda berjalan di pinggir sungai itu?"

"Kalau tidak salah sih jam satu malam." jawab Pak Bastian yang semakin gugup.

Sebenarnya aku masih meragukan kesaksian Bastian bisa disimpulkan samar-samar. Tapi, apa boleh buat pernyataan darinya juga bisa dijadikan bukti daripada aku tidak mendapatkan bukti apa pun. "Pertanyaan terakhir, waktu itu Anda melihat korban ditusuk pelaku berapa kali ya?"

"Saya lihat pelaku menusuk korban kalau saya tidak salah ingat sebanyak dua kali," jawab Pak Bastian terbata-bata.

Lagi-lagi jawaban meragukan. Aku hanya bisa mendesah pasrah mengakhiri perbincangan kami. "Baiklah sesi interogasinya sampai di sini dulu. Terima kasih Pak Bastian atas kerja samanya mengenai kasus ini. Anda sekarang boleh meninggalkan ruangan ini."

Setelah Pak Bastian meninggalkan ruangan, aku memanggil Nathan untuk berbicara secara pribadi. Jika dilihat Pak Bastian saat sesi interogasi, sikapnya sedikit aneh yang membuatku semakin meragukannya selain ingatannya yang samar-samar.

"Nathan, tolong kamu awasi Pak Bastian diam-diam," titahku kepada Nathan.

"Memangnya ada apa, Penny? Apakah dia melakukan sebuah kesalahan?" tanya Nathan dengan heran.

"Buat jaga-jaga saja. Soalnya tadi saat aku menginterogasinya, tatapan matanya itu seperti tidak ingin melihatku dan tangannya gemetar," jawabku dengan curiga.

"Mungkin dia gugup. Dia pasti trauma karena telah menyaksikan kejadian tak terduga itu," ucap Nathan yang tidak percaya.

"Yang pasti kamu mengawasi dia saja sekarang. Aku agak curiga dengan tingkah lakunya," lontarku mempertegasnya.

Malam harinya, saat aku masih di kantor, aku masih menunggu jawaban dari Nathan sambil membaca tumpukan berkas kasus di meja kerjaku. Memikirkan pernyataan dari saksi saja sudah membuatku mulai sakit kepala.

Drrt…drrt…

Suara getaran ponselku menandakan Nathan yang menghubungi sekarang. Jempol kananku langsung menggeser layar ponselku.

"Penny, aku sudah memantaunya dari tadi. Sepertinya dari tadi dia belum keluar rumah," ucap Nathan lewat telepon.

"Baikah sebentar lagi aku akan membantumu memantaunya. Aku pergi ke minimarket beli makanan dulu supaya bisa sambil ngemil," ucapku sambil menutup telepon bergegas mengambil kunci mobilku dan memakai jaketku sambil berlari keluar dari kantor memasuki mobilku.

Setibanya di minimarket, aku bergegas membeli beberapa makanan ringan untukku dan untuk Nathan. Saat aku sedang berlari terburu-buru menuju kasir, tiba-tiba aku menabrak seorang pemuda yang terlihat tampan memakai setelan jas formal. Perasaanku menjadi tidak enak telah menabrak pemuda itu sampai barangku dan barangnya berjatuhan hingga berserakan di lantai.

"Maafkan saya. Saya tidak sengaja menabrak Anda karena saya sedang terburu-buru. Biar saya yang mengambilkan barang-barang Anda," sesalku sambil mengambil semua barang milik pemuda itu.

"Tidak apa-apa. Anda tidak perlu repot mengambilkannya untuk saya.” Suara lembut pemuda itu sangat nyaman di telingaku membuatku semakin merasa sungkan.

"Tapi ini akibat kecerobohan saya sampai belepotan begini."

"Anda sangat ramah dan baik hati."

Mendengar ucapannya barusan, rasanya semakin nyaman terdengar di telingaku. Ini baru pertama kalinya aku mendapat pujian seperti itu dari pria asing yang baru kutemui sekarang. Kepalaku semakin terangkat bersemangat bertemu sepasang mata gagah yang membuat tubuhku sedikit kaku.

"Perkenalkan saya Jaksa Adrian Christopher," ucap Adrian sambil mengulurkan tangannya memberikan kartu namanya padaku.

"Saya Detektif Penny Patterson. Senang berkenalan dengan Anda," sahutku tersenyum hangat sambil berjabat tangan dan menerima kartu nama darinya.

Terpopuler

Comments

Krystal Zu

Krystal Zu

Ceritanya menarik!
Semangat yaaa~ 🦋🌼

2022-12-12

1

Nurlela Nurlela

Nurlela Nurlela

1. laporan forensiknya terlalu simple, kurang detail & spesipfk
2. koq dpt informasi ttg oembunuhn? bukannya udah dpt tugas lgsung utk menyelidiki & dtg ke TKP?
3. bagaimana mrk bisa lgsung yakin suara perempuan di HP tsb suara si korban (alya/?

2021-07-01

2

Ridho Talita

Ridho Talita

lanjot

2021-06-27

2

lihat semua
Episodes
1 Part 1 - Kota yang Damai
2 Part 2 - Kasus Pembunuhan Pertama
3 Part 3 - Kind Hearted Prosecutor
4 Part 4 - Pencarian Pak Tommy
5 Part 5 - Partner Kerja yang Peduli
6 Part 6 - Targetnya Adalah Aku
7 Part 7 - The Reason
8 Part 8 - First Gift From Him
9 Part 9 - Terungkap
10 Part 10 - Luka yang Membekas
11 Part 11 - Healed
12 Part 12 - Teror
13 Part 13 - Iblis
14 Part 14 - Masa Kritis
15 Part 15 - Best Gift Ever
16 Part 16 - It's Not Over Yet
17 Part 17 - Our Friendship Is Over
18 Part 18 - Cold Hearted Girl
19 Part 19 - Best Friend
20 Part 20 - Dunia Sempit
21 Part 21 - Sudah Lama Tak Berkunjung
22 Part 22 - Jebakan
23 Part 23 - Interogasi
24 Part 24 - Chip Misterius
25 Part 25 - Versailles
26 Part 26 - Topeng yang Dilepas
27 Part 27 - I'm Right Here For You
28 Part 28 - Keberadaan Ayah
29 Part 29 - Bertemu Ayah
30 Part 30 - Bodyguard
31 Part 31 - Kartu Cadangan
32 Part 32 - Pengejaran
33 Part 33 - Menyusup
34 Part 34 - Kerja Sama Tim
35 Part 35 - Pilihan
36 Part 36 - Melarikan Diri
37 Part 37 - I Promise To Protect You
38 Part 38 - Masa Kritis Kedua Kalinya
39 Part 39 - Akhir Persidangan
40 Part 40 - Be My Girlfriend
41 Part 41 - Date With Him
42 Part 42 - Keributan di Pagi Hari
43 Part 43 - Pendatang Baru
44 Part 44 - Persaingan yang Ketat
45 Part 45 - Ucapan Menusuk
46 Part 46 - Barang Korban yang Menghilang
47 Part 47 - Menginap
48 Part 48 - Pelaku Mengintaiku
49 Part 49 - Polisi yang Mencurigakan
50 Part 50 - Bangun Kesiangan
51 Part 51 - Pernyataan Kesaksian
52 Part 52 - Like Shining Star
53 Part 53 - Permintaan Maafku yang Tulus
54 Part 54 - Artikel yang Terkubur
55 Part 55 - Sulk
56 Part 56 - Perkelahian dengan Pelaku
57 Part 57 - Pelaku yang Mengincar Tania
58 Part 58 - Sakit Perut
59 Part 59 - Reporter Yulia dalam Bahaya
60 Part 60 - I Need You
61 Part 61 - Harga Diri yang Busuk
62 Part 62 - Berkas Kasus yang Akhirnya Ditemukan
63 Part 63 - Jealous
64 Part 64 - Psikopat Sesungguhnya
65 Part 65 - Berdebat
66 Part 66 - Strategi Darurat
67 Part 67 - Botol Obat Misterius
68 Part 68 - Rekaman CCTV
69 Part 69 - Tertangkap Basah
70 Part 70 - Merelakannya
71 Part 71 - Perasaan Sebenarnya
72 Part 72 - Penyakit Josh
73 Part 73 - Tabrak Lari
74 Part 74 - Kejujuran
75 Part 75 - You're My Only Love
76 Part 76 - Tidak Berdaya
77 Part 77 - Motif Pembunuhan
78 Part 78 - Find Him
79 Part 79 - Heart To Heart
80 Part 80 - Aku Memercayaimu
81 Part 81 - Kemenangan
82 Part 82 - Yes Or No
83 Part 83 - Special Surprise
84 Part 84 - Family
85 Part 85 - Two Love Birds
86 Part 86 - My Best Sweetheart
87 Part 87 - Forever Love You
88 Part 88 - Happy Life
89 Part 89 - Only With You
90 Part 90 - My Wish
91 Part 91 - Welcome To Queenstown
92 Part 92 - Eternal Love
93 Special Part 1 - Best Mom and Dad
94 Special Part 2 - I Miss You
95 Special Part 3 - Stick With You
96 Special Part 4 - Let's Play!
97 Special Part 5 - Always Perfect
98 Special Part 6 - Fina In Action
99 Special Part 7 - Because Of You
100 Special Part 8 - Reveal
101 Special Part 9 - Arrest
102 Special Part 10 - In My Heart
103 S2 : Part 1 - Special Day For Us
104 S2 : Part 2 - Always Be Happy With You
105 S2 : Part 3 - My Number One
106 S2 : Part 4 - I Will Miss My Daughter
107 S2 : Part 5 - Korban Menghilang Lama
108 S2 : Part 6 - Kecurigaan Fina dan Hans
109 S2 : Part 7 - Insiden Baru Lagi
110 S2 : Part 8 - Interogasi Nielsen
111 S2 : Part 9 - Ini Tidak Mungkin
112 S2 : Part 10 - Terlepas Tuduhan
113 S2 : Part 11 - Kebenaran Tas Sekolah
114 S2 : Part 12 - Terbunuh
115 S2 : Part 13 - Diremehkan
116 S2 : Part 14 - Our Strength
117 S2 : Part 15 - Target Selanjutnya
118 S2 : Part 16 - Target untuk Memancing Kami
119 S2 : Part 17 - Super Jealous
120 S2 : Part 18 - Call With My Daughter
121 S2 : Part 19 - Sweet Like Chocolate
122 S2 : Part 20 - Kaki Tangan Pelaku
123 S2 : Part 21 - Penghilang Stress
124 S2 : Part 22 - Weekend tidak Menyenangkan
125 S2 : Part 23 - Only Him Can Make Me Happy
126 S2 : Part 24 - Sepotong Pecahan Puzzle
127 S2 : Part 25 - Teman yang Selalu Nyawanya Terancam
128 S2 : Part 26 - Musuh Sebenarnya
129 S2 : Part 27 - Adrian's Mission
130 S2 : Part 28 - Tipuan Maut
131 S2 : Part 29 - Saksi Mata
132 S2 : Part 30 - Nightmare
133 S2 : Part 31 - Gosip
134 S2 : Part 32 - Dissociative Identity Disorder
135 S2 : Part 33 - Tersinggung
136 S2 : Part 34 - Care About You
137 S2 : Part 35 - Bad Feeling
138 S2 : Part 36 - You're My Best Hero
139 S2 : Part 37 - I Love You With All My Heart
140 S2 : Part 38 - Please Come Back To Me!
141 S2 : Part 39 - Precious Moment
142 S2 : Part 40 - Worrying You
143 S2 : Part 41 - Something Strange
144 S2 : Part 42 - Duel
145 S2 : Part 43 - Mission Planning
146 S2 : Part 44 - Secret Mission
147 S2 : Part 45 - Playing Role
148 S2 : Part 46 - Nothing Can Keep Us Apart
149 S2 : Part 47 - Mission Accomplished
150 S2 : Part 48 - My Vitamin
151 S2 : Part 49 - Play With Victoria
152 S2 : Part 50 - The Warmth Of My Little Family
153 S2 : Part 51 - Good Memories
154 S2 : Part 52 - Together Forever
155 Message From Author and Special Thanks
156 Special Anniversary - Visual Character and Other
157 TERBIT CETAK GOOD PARTNER
Episodes

Updated 157 Episodes

1
Part 1 - Kota yang Damai
2
Part 2 - Kasus Pembunuhan Pertama
3
Part 3 - Kind Hearted Prosecutor
4
Part 4 - Pencarian Pak Tommy
5
Part 5 - Partner Kerja yang Peduli
6
Part 6 - Targetnya Adalah Aku
7
Part 7 - The Reason
8
Part 8 - First Gift From Him
9
Part 9 - Terungkap
10
Part 10 - Luka yang Membekas
11
Part 11 - Healed
12
Part 12 - Teror
13
Part 13 - Iblis
14
Part 14 - Masa Kritis
15
Part 15 - Best Gift Ever
16
Part 16 - It's Not Over Yet
17
Part 17 - Our Friendship Is Over
18
Part 18 - Cold Hearted Girl
19
Part 19 - Best Friend
20
Part 20 - Dunia Sempit
21
Part 21 - Sudah Lama Tak Berkunjung
22
Part 22 - Jebakan
23
Part 23 - Interogasi
24
Part 24 - Chip Misterius
25
Part 25 - Versailles
26
Part 26 - Topeng yang Dilepas
27
Part 27 - I'm Right Here For You
28
Part 28 - Keberadaan Ayah
29
Part 29 - Bertemu Ayah
30
Part 30 - Bodyguard
31
Part 31 - Kartu Cadangan
32
Part 32 - Pengejaran
33
Part 33 - Menyusup
34
Part 34 - Kerja Sama Tim
35
Part 35 - Pilihan
36
Part 36 - Melarikan Diri
37
Part 37 - I Promise To Protect You
38
Part 38 - Masa Kritis Kedua Kalinya
39
Part 39 - Akhir Persidangan
40
Part 40 - Be My Girlfriend
41
Part 41 - Date With Him
42
Part 42 - Keributan di Pagi Hari
43
Part 43 - Pendatang Baru
44
Part 44 - Persaingan yang Ketat
45
Part 45 - Ucapan Menusuk
46
Part 46 - Barang Korban yang Menghilang
47
Part 47 - Menginap
48
Part 48 - Pelaku Mengintaiku
49
Part 49 - Polisi yang Mencurigakan
50
Part 50 - Bangun Kesiangan
51
Part 51 - Pernyataan Kesaksian
52
Part 52 - Like Shining Star
53
Part 53 - Permintaan Maafku yang Tulus
54
Part 54 - Artikel yang Terkubur
55
Part 55 - Sulk
56
Part 56 - Perkelahian dengan Pelaku
57
Part 57 - Pelaku yang Mengincar Tania
58
Part 58 - Sakit Perut
59
Part 59 - Reporter Yulia dalam Bahaya
60
Part 60 - I Need You
61
Part 61 - Harga Diri yang Busuk
62
Part 62 - Berkas Kasus yang Akhirnya Ditemukan
63
Part 63 - Jealous
64
Part 64 - Psikopat Sesungguhnya
65
Part 65 - Berdebat
66
Part 66 - Strategi Darurat
67
Part 67 - Botol Obat Misterius
68
Part 68 - Rekaman CCTV
69
Part 69 - Tertangkap Basah
70
Part 70 - Merelakannya
71
Part 71 - Perasaan Sebenarnya
72
Part 72 - Penyakit Josh
73
Part 73 - Tabrak Lari
74
Part 74 - Kejujuran
75
Part 75 - You're My Only Love
76
Part 76 - Tidak Berdaya
77
Part 77 - Motif Pembunuhan
78
Part 78 - Find Him
79
Part 79 - Heart To Heart
80
Part 80 - Aku Memercayaimu
81
Part 81 - Kemenangan
82
Part 82 - Yes Or No
83
Part 83 - Special Surprise
84
Part 84 - Family
85
Part 85 - Two Love Birds
86
Part 86 - My Best Sweetheart
87
Part 87 - Forever Love You
88
Part 88 - Happy Life
89
Part 89 - Only With You
90
Part 90 - My Wish
91
Part 91 - Welcome To Queenstown
92
Part 92 - Eternal Love
93
Special Part 1 - Best Mom and Dad
94
Special Part 2 - I Miss You
95
Special Part 3 - Stick With You
96
Special Part 4 - Let's Play!
97
Special Part 5 - Always Perfect
98
Special Part 6 - Fina In Action
99
Special Part 7 - Because Of You
100
Special Part 8 - Reveal
101
Special Part 9 - Arrest
102
Special Part 10 - In My Heart
103
S2 : Part 1 - Special Day For Us
104
S2 : Part 2 - Always Be Happy With You
105
S2 : Part 3 - My Number One
106
S2 : Part 4 - I Will Miss My Daughter
107
S2 : Part 5 - Korban Menghilang Lama
108
S2 : Part 6 - Kecurigaan Fina dan Hans
109
S2 : Part 7 - Insiden Baru Lagi
110
S2 : Part 8 - Interogasi Nielsen
111
S2 : Part 9 - Ini Tidak Mungkin
112
S2 : Part 10 - Terlepas Tuduhan
113
S2 : Part 11 - Kebenaran Tas Sekolah
114
S2 : Part 12 - Terbunuh
115
S2 : Part 13 - Diremehkan
116
S2 : Part 14 - Our Strength
117
S2 : Part 15 - Target Selanjutnya
118
S2 : Part 16 - Target untuk Memancing Kami
119
S2 : Part 17 - Super Jealous
120
S2 : Part 18 - Call With My Daughter
121
S2 : Part 19 - Sweet Like Chocolate
122
S2 : Part 20 - Kaki Tangan Pelaku
123
S2 : Part 21 - Penghilang Stress
124
S2 : Part 22 - Weekend tidak Menyenangkan
125
S2 : Part 23 - Only Him Can Make Me Happy
126
S2 : Part 24 - Sepotong Pecahan Puzzle
127
S2 : Part 25 - Teman yang Selalu Nyawanya Terancam
128
S2 : Part 26 - Musuh Sebenarnya
129
S2 : Part 27 - Adrian's Mission
130
S2 : Part 28 - Tipuan Maut
131
S2 : Part 29 - Saksi Mata
132
S2 : Part 30 - Nightmare
133
S2 : Part 31 - Gosip
134
S2 : Part 32 - Dissociative Identity Disorder
135
S2 : Part 33 - Tersinggung
136
S2 : Part 34 - Care About You
137
S2 : Part 35 - Bad Feeling
138
S2 : Part 36 - You're My Best Hero
139
S2 : Part 37 - I Love You With All My Heart
140
S2 : Part 38 - Please Come Back To Me!
141
S2 : Part 39 - Precious Moment
142
S2 : Part 40 - Worrying You
143
S2 : Part 41 - Something Strange
144
S2 : Part 42 - Duel
145
S2 : Part 43 - Mission Planning
146
S2 : Part 44 - Secret Mission
147
S2 : Part 45 - Playing Role
148
S2 : Part 46 - Nothing Can Keep Us Apart
149
S2 : Part 47 - Mission Accomplished
150
S2 : Part 48 - My Vitamin
151
S2 : Part 49 - Play With Victoria
152
S2 : Part 50 - The Warmth Of My Little Family
153
S2 : Part 51 - Good Memories
154
S2 : Part 52 - Together Forever
155
Message From Author and Special Thanks
156
Special Anniversary - Visual Character and Other
157
TERBIT CETAK GOOD PARTNER

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!