Part 14 - Masa Kritis

Aku melepas genggaman tangan Nathan dan Tania lalu berlari menghampiri tubuh Adrian tersungkur di lantai. Air mataku mengalir tanpa hentinya melihat kondisi tubuh Adrian yang sangat sekarat. Apalagi ia mengorbankan nyawanya demi menyelamatkanku, aku semakin bersalah padanya.

"Penny ...." lirihnya lemas.

"ADRIAN! ADRIAN! JANGAN TINGGALKAN AKU BEGITU SAJA! Ini semua salahku," teriakku menjerit menangis sambil menahan darahnya mengalir deras dari perutnya hingga tanganku kini berlumuran darah.

Adrian meraih tanganku masih menampakkan senyuman. "Jangan menangis, Penny. Jangan salahkan ... dirimu."

"Kamu pasti selamat, Adrian. Maka dari itu, kamu harus tetap bertahan."

"Penny ...." Secara perlahan kedua matanya terpejam dan tangannya terjatuh lemas.

Aku menepuk pipinya panik. "ADRIAN! SADARLAH ADRIAN!"

Ray terlihat sangat panik berusaha melarikan diri. Namun sudah terlambat karena polisi sudah datang mengepung tempat ini sehingga ia tidak bisa kabur ke mana pun lagi.

Aku menghampiri Ray sambil menerima borgol pemberian dari Tania untuk memborgol Ray. "Kamu ditangkap atas pelaku pembunuhan. Kamu berhak menyewa pengacara untuk membelamu atau hak untuk berdiam diri saja. Oh iya satu hal lagi, kalau sampai terjadi sesuatu yang buruk pada Adrian, aku akan memastikan hukumanmu jauh lebih berat."

Ray tidak menanggapi perkataanku. Aku memerintahkan petugas kepolisian membawa Ray menuju kantor polisi. Usai itu, aku kembali menghampiri tubuh Adrian sekarat menahan aliran darahnya lagi hingga tim paramedis menjemputnya.

Tak lama kemudian, tim paramedis menghampiri kami dan membawa kami berdua ke rumah sakit. Setibanya di rumah sakit, aku langsung diberi pengobatan oleh dokter dan aku harus dirawat di rumah sakit dalam dua hari lagi. Sebenarnya bagiku luka yang kualami tidak terlalu parah. Malahan aku lebih mencemaskan kondisi Adrian saat ini.

Setelah lukaku diobati, aku langsung berlari menuju ruang operasi tempat Adrian dioperasi. Tubuhku terjatuh lemas tepat di depan pintu ruangan sambil menggigit bibir bawahku dengan ketakutan. Operasi ini sudah berjalan satu jam tapi masih belum ada kabar. Aku tetap menunggu selesainya operasi walaupun sampai berjam-jam dan semua pengunjung rumah sakit mengamatiku terus menangis seperti ini di depan ruang operasi.

Tiga jam kemudian, aku masih menunggu tepat di luar ruang operasi. Melihat kondisiku yang tidak berdaya begini, Tania kebetulan lewat sini langsung berlari menghampiriku sambil membawakan sekantong plastik.

"Penny! Kenapa kamu duduk di lantai?" tegurnya menuntunku menduduki sebuah bangku kosong.

Mataku semakin berkaca-kaca. "Aku ... sangat mencemaskannya."

"Sudahlah sebaiknya kamu mengurus dirimu sendiri dulu. Aku bawakan makanan untukmu. Kamu harus makan agar tetap kuat," tutur Tania sambil mengeluarkan bungkusan makanannya.

Aku menggeleng lesu menahan tangannya ingin menyuapiku. "Nanti saja deh aku makan. Aku harus menunggu operasi ini selesai baru bisa makan dengan tenang."

"Adrian pasti baik-baik saja, aku yakin dia pasti kuat untuk menghadapinya." Tania berusaha menghiburku sambil menggenggam tanganku.

Bagi Tania, Adrian pasti akan baik-baik saja. Bagiku, aku sangat takut. Aku takut Adrian mungkin akan terbaring koma dalam waktu lama karena menolong orang tidak penting sepertiku.

Tangisanku semakin pecah hingga air mataku terus membasahi pipiku. "Ini semua salahku sehingga dia bisa kritis begini, Tania. Gara-gara aku, dia sekarang tidak sadarkan diri. Kalau operasinya gagal gimana? Aku tidak ingin kehilangan salah satu sahabat setiaku."

Tania memelukku hangat sambil mengelus punggungku. "Jangan salahkan dirimu. Operasinya pasti berjalan lancar. Aku yakin sekali."

Beberapa saat kemudian, salah satu dokter yang menangani operasi Adrian keluar dari ruang operasi menghampiriku.

"Operasinya berjalan dengan lancar, hanya saja sampai sekarang pasien belum sadarkan diri. Untungnya pelurunya tidak menembus tubuhnya terlalu dalam sehingga tidak merusak organ tubuhnya. Saat ini pasien sudah bisa dipindahkan ke ruang inap," kata dokter memberikan kabar baik hingga membuatku bernapas sedikit lega sekarang.

"Terima kasih banyak, Dok. Terima kasih telah menyelawatkan nyawanya. Pindahkan dia ke bangsal VIP. Kira-kira kapan dia bisa sadarkan diri ya?" tanyaku sudah tidak bisa bersabar menunggu.

"Dia kehabisan banyak darah. Mungkin paling cepat besok malam. Kita tunggu dan lihat saja perkembangannya."

Para perawat keluar dari ruang operasi sambil mengantarkan Adrian yang terbaring tidak sadarkan diri di ranjang menuju bangsal VIP. Sekarang hatiku sangat lega karena kondisi Adrian sekarang sudah tidak terlalu kritis. Dengan sigap aku mengajak Tania menemaniku makan di ruanganku.

"Sekarang kamu sudah berselera makan?" tanya Tania mengukir senyuman tipis padaku.

"Tapi aku masih mengkhawatirkannya. Kalau dia sampai tidak sadarkan diri gimana. Dokter mengatakan bahwa dia kehilangan banyak darah. Aku takut."

"Sudahlah kamu tidak usah berpikiran aneh lagi. Lebih baik kamu cepat habiskan makanannya sebelum makanannya dingin menjadi tidak enak," celoteh Tania mulai mengeluarkan jurus cerewetnya.

"Iya ibuku yang sangat cerewet! Sekarang kamu bisa lihat aku sedang makan," keluhku sambil mencubit pipi Tania lembut.

Setelah aku berbincang lama dengan Tania, aku pergi mengunjungi Adrian. Sampai sekarang ia masih belum sadarkan diri walaupun tanda vitalnya tetap stabil. Aku terus menunggunya sadarkan diri dari pagi hingga malam hari tidak peduli tubuhku terasa pegal.

Aku sudah menunggunya selama seharian penuh, Adrian masih belum sadarkan diri juga. Sekarang aku merasa takut, takut sekali hingga aku tidak berani melihatnya. Aku sudah berdoa selama berjam-jam tapi ia masih membuka matanya. Aku menggenggam tangannya menangis terisak-isak sambil menggenggam tangannya hingga membasahi punggung tangannya.

"Jangan menangis, Penny." Aku merasakan sentuhan jempolnya sedang mengusap kelopak mataku hingga membuat mataku terbelalak melihatnya telah sadar di hadapanku.

Dengan sigap aku langsung berlari keluar memanggil dokter bersangkutan. Lalu dokter tersebut mengikutiku memasuki kamar memeriksa kondisi Adrian.

"Sekarang pasien sudah baik-baik saja, hanya pasien tidak boleh banyak bergerak dulu. Pasien harus istirahat yang cukup sampai kondisinya pulih sepenuhnya," pesan dokter tersebut padaku.

"Baiklah, terima kasih banyak, Dok," balasku tersenyum lebar.

Setelah dokter tersebut meninggalkan kami berdua, Adrian menatapku mengukir senyuman hangatnya padaku.

"Penny ...."

"Bagaimana kondisi tubuhmu? Terutama perutmu apakah masih terasa sakit?" tanyaku sangat mencemaskannya sambil menduduki kursi di sebelah ranjang.

Adrian tidak meresponsku. Pandangannya berbinar-binar seolah-olah seperti tidak terjadi sesuatu buruk menimpanya.

Helaan napas kasarku dihembuskan dari mulutku lalu tanpa kusadari, aku memeluknya erat sekarang. "Kamu membuatku takut saja!"

Kedua lengannya mengelus punggungku. "Maafkan aku membuatmu takut sampai memelukku erat begini."

"Habisnya kamu tidak respons sama sekali saat aku mengunjungimu. Kalau sampai terjadi hal yang aneh gimana."

"Tenang saja. Aku kan kuat jadi bisa menghadapi masalah ini."

Aku melepas pelukan lalu memukuli lengannya pelan. "Kamu benar-benar bodoh. Kenapa kamu melindungiku dari tembakan itu sih? Gara-gara kamu menyelamatkanku, sekarang kamu jadi dirawat dan tidak bisa pergi ke mana pun."

"Aku paling tidak suka melihat sahabatku terluka parah di hadapanku. Jadi aku berlari dan menolongmu," ungkap Adrian dengan tatapan penuh makna.

Nada bicaranya seolah-olah menganggapku seperti kekasihnya. Sahabat tapi bagiku ia melindungiku sangat berlebihan. Mendengar ia masih berlagak angkuh, membuatku semakin kesal saja meski ia bermaksud baik mengorbankan nyawanya demi aku.

"Tapi bagaimana kamu bisa menemukanku? Padahal sistem navigasi ponselku dimatikan," tanyaku mulai penasaran menautkan kedua alisku.

"Dari bros yang kuberikan padamu," jawab Adrian.

Mataku terbelalak ketika mengetahui bros pemberiannya bukanlah sebuah bros biasa. Bisa dikatakan selama ini aku memakai sebuah bros yang telah dipasang sebuah alat pelacak.

"Bros bunga Magnolia itu? Tapi bagaimana bisa?" tanyaku bingung sambil berkacak pinggang.

Adrian menggarukkan kepala menunduk malu. "Sebenarnya aku memasang alat pelacak di bros itu sebelumnya. Gara-gara kamu belakangan ini diincar oleh pembunuh terus, jadi buat jaga-jaga kupasang alat itu takut terjadi sesuatu buruk padamu. Tenang saja, aku melacakmu jika terjadi hal darurat saja. Setelah aku mengetahui kamu diculik, aku langsung hubungi rekan timmu untuk membantuku mencarimu. Maaf aku telah memasang alat pelacak tanpa izin terlebih dahulu."

Aku tidak membutuhkan permintaan maafnya. Ia mengorbankan nyawanya demi aku sudah cukup membuatku semakin bahagia memiliki sahabat yang sangat perhatian. Bisa dikatakan, hanya Adrian satu-satunya orang yang memperlakukan sahabatnya sejauh ini.

"Tidak apa-apa. Aku justru berterima kasih kepadamu karena telah menyelamatkanku sampai rela mengorbankan nyawamu. Aku akan membalas budi padamu suatu hari nanti," balasku tersenyum manis padanya.

"Omong-omong, kapan kamu boleh keluar dari rumah sakit?" tanya Adrian.

"Besok pagi aku sudah boleh keluar dari rumah sakit kok. Sebelum aku pergi, aku akan mengunjungimu dulu."

Adrian menggeleng. "Tidak usah repot mengunjungiku. Aku bisa mengurus diriku sendiri."

"Aku harus memastikan kondisi tubuhmu sebelum aku meninggalkan rumah sakit."

Adrian memutar bola mata dan menghembuskan napas pasrah. "Baiklah kalau itu keinginanmu, aku tidak akan melawanmu."

"Aku kembali ke ruanganku dulu ya. Aku harus membereskan barangku dulu."

"Baiklah, kamu istirahat dulu saja. Sampai jumpa besok."

Setelah berpamitan dengan Adrian, aku langsung pergi ke ruanganku dan membereskan barang-barangku. Keesokan harinya sebelum aku mendatangi Adrian, aku mampir beli makanan dulu. Setelah itu, aku mampir sebentar mengunjungi Adrian untuk memberikan makanan.

"Ini untukmu. Tadi aku sebelum ke sini mampir sebentar membelikanmu makanan," ucapku sambil membukakan bungkusan makanan.

"Terima kasih, Penny. Kamu harus berangkat ke kantor sekarang. Tenang saja, aku baik-baik saja. Saudaraku juga bisa merawatku di sini."

"Tapi apakah kamu sudah membuang angin? Kata dokter kamu harus buang angin dulu lalu boleh makan."

"Tenang tadi sudah kok."

Setibanya di kantor polisi, aku melihat Ray sedang duduk termenung sendirian di ruang tahanan sementara. Hari ini aku akan menginterogasinya dan mendapatkan jawaban langsung darinya.

"Mari kita masuk ke ruang interogasi!" ajakkuajakku dengan nada tegas.

Petugas kepolisian mengawalnya memasuki ruang interogasi. Caranya berjalan seperti tidak merasa bersalah dan mengangkat kepalanya penuh percaya diri di saat situasi seperti ini.

Terpopuler

Comments

Dhina ♑

Dhina ♑

#231

2021-03-23

1

Author Rayana Lovely

Author Rayana Lovely

huaaaa😭😭 ini pasti karena benih2 cinta mulai tumbuh🤧🤧

2021-02-15

1

Pujas_erha🤓

Pujas_erha🤓

like💙

2021-02-01

1

lihat semua
Episodes
1 Part 1 - Kota yang Damai
2 Part 2 - Kasus Pembunuhan Pertama
3 Part 3 - Kind Hearted Prosecutor
4 Part 4 - Pencarian Pak Tommy
5 Part 5 - Partner Kerja yang Peduli
6 Part 6 - Targetnya Adalah Aku
7 Part 7 - The Reason
8 Part 8 - First Gift From Him
9 Part 9 - Terungkap
10 Part 10 - Luka yang Membekas
11 Part 11 - Healed
12 Part 12 - Teror
13 Part 13 - Iblis
14 Part 14 - Masa Kritis
15 Part 15 - Best Gift Ever
16 Part 16 - It's Not Over Yet
17 Part 17 - Our Friendship Is Over
18 Part 18 - Cold Hearted Girl
19 Part 19 - Best Friend
20 Part 20 - Dunia Sempit
21 Part 21 - Sudah Lama Tak Berkunjung
22 Part 22 - Jebakan
23 Part 23 - Interogasi
24 Part 24 - Chip Misterius
25 Part 25 - Versailles
26 Part 26 - Topeng yang Dilepas
27 Part 27 - I'm Right Here For You
28 Part 28 - Keberadaan Ayah
29 Part 29 - Bertemu Ayah
30 Part 30 - Bodyguard
31 Part 31 - Kartu Cadangan
32 Part 32 - Pengejaran
33 Part 33 - Menyusup
34 Part 34 - Kerja Sama Tim
35 Part 35 - Pilihan
36 Part 36 - Melarikan Diri
37 Part 37 - I Promise To Protect You
38 Part 38 - Masa Kritis Kedua Kalinya
39 Part 39 - Akhir Persidangan
40 Part 40 - Be My Girlfriend
41 Part 41 - Date With Him
42 Part 42 - Keributan di Pagi Hari
43 Part 43 - Pendatang Baru
44 Part 44 - Persaingan yang Ketat
45 Part 45 - Ucapan Menusuk
46 Part 46 - Barang Korban yang Menghilang
47 Part 47 - Menginap
48 Part 48 - Pelaku Mengintaiku
49 Part 49 - Polisi yang Mencurigakan
50 Part 50 - Bangun Kesiangan
51 Part 51 - Pernyataan Kesaksian
52 Part 52 - Like Shining Star
53 Part 53 - Permintaan Maafku yang Tulus
54 Part 54 - Artikel yang Terkubur
55 Part 55 - Sulk
56 Part 56 - Perkelahian dengan Pelaku
57 Part 57 - Pelaku yang Mengincar Tania
58 Part 58 - Sakit Perut
59 Part 59 - Reporter Yulia dalam Bahaya
60 Part 60 - I Need You
61 Part 61 - Harga Diri yang Busuk
62 Part 62 - Berkas Kasus yang Akhirnya Ditemukan
63 Part 63 - Jealous
64 Part 64 - Psikopat Sesungguhnya
65 Part 65 - Berdebat
66 Part 66 - Strategi Darurat
67 Part 67 - Botol Obat Misterius
68 Part 68 - Rekaman CCTV
69 Part 69 - Tertangkap Basah
70 Part 70 - Merelakannya
71 Part 71 - Perasaan Sebenarnya
72 Part 72 - Penyakit Josh
73 Part 73 - Tabrak Lari
74 Part 74 - Kejujuran
75 Part 75 - You're My Only Love
76 Part 76 - Tidak Berdaya
77 Part 77 - Motif Pembunuhan
78 Part 78 - Find Him
79 Part 79 - Heart To Heart
80 Part 80 - Aku Memercayaimu
81 Part 81 - Kemenangan
82 Part 82 - Yes Or No
83 Part 83 - Special Surprise
84 Part 84 - Family
85 Part 85 - Two Love Birds
86 Part 86 - My Best Sweetheart
87 Part 87 - Forever Love You
88 Part 88 - Happy Life
89 Part 89 - Only With You
90 Part 90 - My Wish
91 Part 91 - Welcome To Queenstown
92 Part 92 - Eternal Love
93 Special Part 1 - Best Mom and Dad
94 Special Part 2 - I Miss You
95 Special Part 3 - Stick With You
96 Special Part 4 - Let's Play!
97 Special Part 5 - Always Perfect
98 Special Part 6 - Fina In Action
99 Special Part 7 - Because Of You
100 Special Part 8 - Reveal
101 Special Part 9 - Arrest
102 Special Part 10 - In My Heart
103 S2 : Part 1 - Special Day For Us
104 S2 : Part 2 - Always Be Happy With You
105 S2 : Part 3 - My Number One
106 S2 : Part 4 - I Will Miss My Daughter
107 S2 : Part 5 - Korban Menghilang Lama
108 S2 : Part 6 - Kecurigaan Fina dan Hans
109 S2 : Part 7 - Insiden Baru Lagi
110 S2 : Part 8 - Interogasi Nielsen
111 S2 : Part 9 - Ini Tidak Mungkin
112 S2 : Part 10 - Terlepas Tuduhan
113 S2 : Part 11 - Kebenaran Tas Sekolah
114 S2 : Part 12 - Terbunuh
115 S2 : Part 13 - Diremehkan
116 S2 : Part 14 - Our Strength
117 S2 : Part 15 - Target Selanjutnya
118 S2 : Part 16 - Target untuk Memancing Kami
119 S2 : Part 17 - Super Jealous
120 S2 : Part 18 - Call With My Daughter
121 S2 : Part 19 - Sweet Like Chocolate
122 S2 : Part 20 - Kaki Tangan Pelaku
123 S2 : Part 21 - Penghilang Stress
124 S2 : Part 22 - Weekend tidak Menyenangkan
125 S2 : Part 23 - Only Him Can Make Me Happy
126 S2 : Part 24 - Sepotong Pecahan Puzzle
127 S2 : Part 25 - Teman yang Selalu Nyawanya Terancam
128 S2 : Part 26 - Musuh Sebenarnya
129 S2 : Part 27 - Adrian's Mission
130 S2 : Part 28 - Tipuan Maut
131 S2 : Part 29 - Saksi Mata
132 S2 : Part 30 - Nightmare
133 S2 : Part 31 - Gosip
134 S2 : Part 32 - Dissociative Identity Disorder
135 S2 : Part 33 - Tersinggung
136 S2 : Part 34 - Care About You
137 S2 : Part 35 - Bad Feeling
138 S2 : Part 36 - You're My Best Hero
139 S2 : Part 37 - I Love You With All My Heart
140 S2 : Part 38 - Please Come Back To Me!
141 S2 : Part 39 - Precious Moment
142 S2 : Part 40 - Worrying You
143 S2 : Part 41 - Something Strange
144 S2 : Part 42 - Duel
145 S2 : Part 43 - Mission Planning
146 S2 : Part 44 - Secret Mission
147 S2 : Part 45 - Playing Role
148 S2 : Part 46 - Nothing Can Keep Us Apart
149 S2 : Part 47 - Mission Accomplished
150 S2 : Part 48 - My Vitamin
151 S2 : Part 49 - Play With Victoria
152 S2 : Part 50 - The Warmth Of My Little Family
153 S2 : Part 51 - Good Memories
154 S2 : Part 52 - Together Forever
155 Message From Author and Special Thanks
156 Special Anniversary - Visual Character and Other
157 TERBIT CETAK GOOD PARTNER
Episodes

Updated 157 Episodes

1
Part 1 - Kota yang Damai
2
Part 2 - Kasus Pembunuhan Pertama
3
Part 3 - Kind Hearted Prosecutor
4
Part 4 - Pencarian Pak Tommy
5
Part 5 - Partner Kerja yang Peduli
6
Part 6 - Targetnya Adalah Aku
7
Part 7 - The Reason
8
Part 8 - First Gift From Him
9
Part 9 - Terungkap
10
Part 10 - Luka yang Membekas
11
Part 11 - Healed
12
Part 12 - Teror
13
Part 13 - Iblis
14
Part 14 - Masa Kritis
15
Part 15 - Best Gift Ever
16
Part 16 - It's Not Over Yet
17
Part 17 - Our Friendship Is Over
18
Part 18 - Cold Hearted Girl
19
Part 19 - Best Friend
20
Part 20 - Dunia Sempit
21
Part 21 - Sudah Lama Tak Berkunjung
22
Part 22 - Jebakan
23
Part 23 - Interogasi
24
Part 24 - Chip Misterius
25
Part 25 - Versailles
26
Part 26 - Topeng yang Dilepas
27
Part 27 - I'm Right Here For You
28
Part 28 - Keberadaan Ayah
29
Part 29 - Bertemu Ayah
30
Part 30 - Bodyguard
31
Part 31 - Kartu Cadangan
32
Part 32 - Pengejaran
33
Part 33 - Menyusup
34
Part 34 - Kerja Sama Tim
35
Part 35 - Pilihan
36
Part 36 - Melarikan Diri
37
Part 37 - I Promise To Protect You
38
Part 38 - Masa Kritis Kedua Kalinya
39
Part 39 - Akhir Persidangan
40
Part 40 - Be My Girlfriend
41
Part 41 - Date With Him
42
Part 42 - Keributan di Pagi Hari
43
Part 43 - Pendatang Baru
44
Part 44 - Persaingan yang Ketat
45
Part 45 - Ucapan Menusuk
46
Part 46 - Barang Korban yang Menghilang
47
Part 47 - Menginap
48
Part 48 - Pelaku Mengintaiku
49
Part 49 - Polisi yang Mencurigakan
50
Part 50 - Bangun Kesiangan
51
Part 51 - Pernyataan Kesaksian
52
Part 52 - Like Shining Star
53
Part 53 - Permintaan Maafku yang Tulus
54
Part 54 - Artikel yang Terkubur
55
Part 55 - Sulk
56
Part 56 - Perkelahian dengan Pelaku
57
Part 57 - Pelaku yang Mengincar Tania
58
Part 58 - Sakit Perut
59
Part 59 - Reporter Yulia dalam Bahaya
60
Part 60 - I Need You
61
Part 61 - Harga Diri yang Busuk
62
Part 62 - Berkas Kasus yang Akhirnya Ditemukan
63
Part 63 - Jealous
64
Part 64 - Psikopat Sesungguhnya
65
Part 65 - Berdebat
66
Part 66 - Strategi Darurat
67
Part 67 - Botol Obat Misterius
68
Part 68 - Rekaman CCTV
69
Part 69 - Tertangkap Basah
70
Part 70 - Merelakannya
71
Part 71 - Perasaan Sebenarnya
72
Part 72 - Penyakit Josh
73
Part 73 - Tabrak Lari
74
Part 74 - Kejujuran
75
Part 75 - You're My Only Love
76
Part 76 - Tidak Berdaya
77
Part 77 - Motif Pembunuhan
78
Part 78 - Find Him
79
Part 79 - Heart To Heart
80
Part 80 - Aku Memercayaimu
81
Part 81 - Kemenangan
82
Part 82 - Yes Or No
83
Part 83 - Special Surprise
84
Part 84 - Family
85
Part 85 - Two Love Birds
86
Part 86 - My Best Sweetheart
87
Part 87 - Forever Love You
88
Part 88 - Happy Life
89
Part 89 - Only With You
90
Part 90 - My Wish
91
Part 91 - Welcome To Queenstown
92
Part 92 - Eternal Love
93
Special Part 1 - Best Mom and Dad
94
Special Part 2 - I Miss You
95
Special Part 3 - Stick With You
96
Special Part 4 - Let's Play!
97
Special Part 5 - Always Perfect
98
Special Part 6 - Fina In Action
99
Special Part 7 - Because Of You
100
Special Part 8 - Reveal
101
Special Part 9 - Arrest
102
Special Part 10 - In My Heart
103
S2 : Part 1 - Special Day For Us
104
S2 : Part 2 - Always Be Happy With You
105
S2 : Part 3 - My Number One
106
S2 : Part 4 - I Will Miss My Daughter
107
S2 : Part 5 - Korban Menghilang Lama
108
S2 : Part 6 - Kecurigaan Fina dan Hans
109
S2 : Part 7 - Insiden Baru Lagi
110
S2 : Part 8 - Interogasi Nielsen
111
S2 : Part 9 - Ini Tidak Mungkin
112
S2 : Part 10 - Terlepas Tuduhan
113
S2 : Part 11 - Kebenaran Tas Sekolah
114
S2 : Part 12 - Terbunuh
115
S2 : Part 13 - Diremehkan
116
S2 : Part 14 - Our Strength
117
S2 : Part 15 - Target Selanjutnya
118
S2 : Part 16 - Target untuk Memancing Kami
119
S2 : Part 17 - Super Jealous
120
S2 : Part 18 - Call With My Daughter
121
S2 : Part 19 - Sweet Like Chocolate
122
S2 : Part 20 - Kaki Tangan Pelaku
123
S2 : Part 21 - Penghilang Stress
124
S2 : Part 22 - Weekend tidak Menyenangkan
125
S2 : Part 23 - Only Him Can Make Me Happy
126
S2 : Part 24 - Sepotong Pecahan Puzzle
127
S2 : Part 25 - Teman yang Selalu Nyawanya Terancam
128
S2 : Part 26 - Musuh Sebenarnya
129
S2 : Part 27 - Adrian's Mission
130
S2 : Part 28 - Tipuan Maut
131
S2 : Part 29 - Saksi Mata
132
S2 : Part 30 - Nightmare
133
S2 : Part 31 - Gosip
134
S2 : Part 32 - Dissociative Identity Disorder
135
S2 : Part 33 - Tersinggung
136
S2 : Part 34 - Care About You
137
S2 : Part 35 - Bad Feeling
138
S2 : Part 36 - You're My Best Hero
139
S2 : Part 37 - I Love You With All My Heart
140
S2 : Part 38 - Please Come Back To Me!
141
S2 : Part 39 - Precious Moment
142
S2 : Part 40 - Worrying You
143
S2 : Part 41 - Something Strange
144
S2 : Part 42 - Duel
145
S2 : Part 43 - Mission Planning
146
S2 : Part 44 - Secret Mission
147
S2 : Part 45 - Playing Role
148
S2 : Part 46 - Nothing Can Keep Us Apart
149
S2 : Part 47 - Mission Accomplished
150
S2 : Part 48 - My Vitamin
151
S2 : Part 49 - Play With Victoria
152
S2 : Part 50 - The Warmth Of My Little Family
153
S2 : Part 51 - Good Memories
154
S2 : Part 52 - Together Forever
155
Message From Author and Special Thanks
156
Special Anniversary - Visual Character and Other
157
TERBIT CETAK GOOD PARTNER

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!