Part 19 - Best Friend

Kali ini aku menunggu kedatangan Adrian di Kafe. Aku berharap Adrian sungguh menemuiku dan memaafkanku walaupun aku telah menyakiti perasaannya sebelumnya. Aku terus menunggunya dengan sabar sambil terus memandangi jam tangan pemberian darinya.

Sepuluh menit kemudian, aku melihat Adrian sedang berlari memasuki Kafe melalui kaca jendela di sampingku.

Adrian menduduki kursi di hadapanku sambil mengambil napasnya panjang. "Maaf, kamu pasti menungguku lama. Tadi aku mengurus kerjaan dulu lalu ke sini."

"Tidak apa-apa. Aku juga tiba sekitar lima menit yang lalu. Kamu minum dulu," balasku sambil menunjuk secangkir kopi di hadapannya.

Adrian minum kopi sambil menikmatinya perlahan. Suasana kini kembali terasa canggung apalagi mengingat kejadian kemarin. "Omong-omong, ada apa kamu ingin bertemu denganku?"

Aku tidak bisa menahan air mataku lagi. Mataku pasti sudah terlihat sembab dan pada akhirnya aku meluapkan tangisanku, menunduk kepalaku.

Adrian menatapku nangis tiba-tiba langsung menyentuh pipiku sejenak. "Penny, kamu kenapa?"

"Maaf, kemarin aku menyakiti hatimu. Waktu itu pikiranku sedang kacau dan aku asal bicara saja tanpa berpikir panjang."

Bukan marah, justru Adrian menampakkan senyuman tipis. "Kamu ingin bertemu denganku karena hal itu saja?"

Sejenak aku mengusap air mataku dengan jari jemariku. Aku mengambil napas dalam, lalu membuangnya perlahan. Bersiap meluapkan isi hatiku lagi penuh penyesalan terhadapnya. "Karena aku membuat kesalahan besar dan menyakiti hatimu, maka dari itu aku harus meminta maaf padamu. Kalau kamu tidak ingin memaafkan aku, itu sangat wajar. Aku tahu bahwa aku bodoh dan cepat mengambil kesimpulan tanpa berpikir panjang."

Adrian beranjak dari kursi mendekatiku, lalu mendekapku hangat. Mataku terbelalak sempurna. Aku tidak menyangka akan diperlakukan manis seperti ini setelah aku menyakiti perasaannya. Sudah lama aku tidak merasakan kehangatan darinya dan sebenarnya aku merindukan dipeluk olehnya. Apalagi sekarang aku merasa sangat nyaman ketika berada di dekatnya dan ingin bersamanya lebih lama lagi.

"Kamu tidak perlu meminta maaf padaku sampai repot begini. Tenang saja, aku pasti akan memaafkanmu karena aku tahu bahwa kamu tidak akan selamanya bersikap dingin padaku. Aku sudah memercayaimu sejak pertama kali kita bertemu. Kamu adalah detektif yang paling ramah di antara semuanya," ucapnya tersenyum manis padaku.

Sejenak Adrian mengusap air mataku dengan jempolnya. Tatapannya penuh iba karena mengamatiku terus menangis di hadapannya membuat hatinya remuk. "Aku tidak suka melihatmu nangis sampai matamu bengkak begini."

Hanya perkataan sederhana itu membuat jantungku berdebar kencang dan pipiku mulai memanas.

"Aku merindukanmu, Penny."

Ditambah pernyataannya kali ini terdengar sangat manis, aku tidak berani menatap pandangan matanya terkesan gagah di mataku. Padahal hanya sehari, tapi ia sudah merindukan aku. Hanya Adrian yang berani mengungkapkan kerinduannya padaku, padahal aku bukan kekasihnya.

Tentu saja, aku juga ingin mengungkapkan isi hatiku secara jujur daripada terus pendam dalam hati. "Aku juga merindukanmu, Adrian."

"Pokoknya kali ini aku ingin kamu dan aku saling berkomunikasi lagi. Hari ini aku kesepian tanpa berkomunikasi denganmu. Aku memercayaimu sepenuhnya, jadinya kamu harus mengabariku saat kamu senggang."

Setelah seharian penuh berwajah cemberut, akhirnya aku bisa tertawa bahagia. Memang pertengkaran tidak akan menyelesaikan masalah, justru akan menciptakan masalah baru. Sejujurnya, aku lebih suka hubungan kami seperti ini. "Terima kasih sudah memercayaiku selama ini. Ternyata kamu memiliki hati yang lembut seperti malaikat. Aku tidak akan bersikap dingin denganmu lagi sampai seterusnya. Aku pasti akan selalu menjaga hubungan persahabatan kita."

"Mari kita selalu menjadi sahabat setia selamanya!" ajak Adrian sambil mengangkat cangkir kopinya.

Aku menabrakkan cangkirku dengan cangkirnya menyesap kopi saling melempar pandangan berbinar.

"Omong-omong, aku dengar berita bahwa Ray diracuni di ruang tahanan." Seperti biasa Adrian selalu mengungkit kasus setiap bertemu denganku.

Bibirku mengerucut menaruh cangkir sedikit kasar di meja. "Iya. Saat ini aku masih mencari pelaku yang meracuninya. Aku sudah mencari ke mana pun tapi tetap tidak bisa menemukannya."

"Aku masih penasaran. Sebenarnya siapa dalang di balik semua kejadian ini." Adrian berpikir keras hingga dahinya berkerut.

Aku agak kesal dengan dirinya selalu mengungkit kasus. Apalagi di saat kami kembali bersahabat, aku tidak ingin momen berharga kami hanya digunakan untuk membahas kasus. "Adrian, bolehkah kamu mengabulkan keinginanku sekarang?"

"Apa itu?"

"Aku tidak ingin membicarakan pekerjaan dulu. Hubungan kita baru saja membaik, aku ingin kita berbincang santai saja."

Adrian tersenyum ceria memelukku. Sedangkan aku membalasnya melingkarkan kedua tanganku pada punggungnya, menikmati perlakuan manisnya semakin membuatku ingin bermanja dengannya.

"Maaf, tapi aku juga tidak ingin membahas kasus lagi. Aku ingin menikmati momen berhargaku bersamamu," ungkap Adrian sambil mengelus kepalaku lambat laun.

Di tengah perlakuan hangat kami, tiba-tiba Pak Colin menampakkan dirinya menghampiri kami.

"Wah, ada sepasang burung merpati yang sedang bermesraan di sini!" seru Pak Colin heboh.

Kami berdua langsung melepas pelukannya lalu Adrian kembali menduduki kursinya sambil berdeham.

"Ah, bukan kok. Kami hanya sebatas sahabat saja," bantahku tersipu malu.

"Saya mengira ada hubungan istimewa dengan kalian berdua."

"Bapak nongkrong di sini sendirian?" tanya Adrian mengalihkan pembicaraan yang menimbulkan suasana canggung saat ini.

"Oh, saya ada janji bertemu dengan teman saya di sini. Kalian lanjutkan saja perbincangannya. Saya tidak akan mengganggu kalian," sahut Pak Colin lalu meninggalkan kami berdua.

Setelah Pak Colin meninggalkan kami, aku melanjutkan pembicaraanku lagi dengan Adrian. Terpaksa aku juga mengalihkan perbincangan daripada ada orang lain salah paham melihat tingkah kami seperti sepasang kekasih bermesraan.

"Omong-omong, besok aku harus mengunjungi pemakaman Ray untuk mengucapkan belasungkawa kepada pihak keluarganya. Kamu mau ikut denganku?" ajakku padanya.

"Boleh juga, besok kita pergi ke sana bersama."

"Kalau begitu, aku pulang dulu ya. Ini sudah larut malam," pamitku terburu-buru menghabiskan kopiku lalu beranjak dari kursi.

"Tunggu, Penny!" Adrian menggenggam tangan kananku erat.

Aku berbalik badan. "Ada apa, Adrian?"

Rona merah menyala pada pipi Adrian. "Aku merasa nyaman ketika hubungan kita kembali membaik seperti semula."

Pipiku juga tersipu malu mendengar ucapannya membuat jantungku berdebar. "Aku juga sama sepertimu, Adrian. Maka dari itu, aku malas bertengkar denganmu seperti kemarin."

Keesokan pagi, aku dan Adrian mengunjungi tempat pemakaman Ray. Setibanya di sana, aku melihat Ryder menyendiri dan menangis tanpa henti-hentinya. Secara spontan aku menunjukkan rasa empatiku menghampiri dan memeluknya.

"Kamu jangan menangis terus, kalau kamu menangis nanti kakakmu di sana ikutan sedih juga."

"Kakakku walaupun sekarang punya catatan kriminal, tapi aku masih menganggapnya sebagai kakak terbaikku. Kenapa dia meninggal begitu saja? Padahal minggu ini, aku ingin mengunjunginya," kata Ryder menangis dengan keras.

"Aku juga sebenarnya sangat sedih atas kepergian kakakmu. Tapi aku harus mencari tahu kejadian dibalik semua ini. Aku harus menangkap pelaku yang membunuh kakakmu. Kamu percayakan saja padaku," tuturku dengan tatapan penuh percaya diri.

"Terima kasih, Penny. Aku percaya bahwa kamu pasti menangkap pelakunya."

Sontak salah satu anggota keluarga Ray menghampiriku tersenyum ramah.

"Terima kasih telah mengunjungi kami. Saya adalah tantenya Ray," ucap tantenya Ray dengan ramah.

"Tentu saja saya harus berkunjung ke sini karena Ray itu juga salah satu teman saya," sahutku dengan ramah juga.

"Tolong tangkap pelaku yang membunuh keponakan saya. Saya minta meminta bantuan Anda," bujuk tantenya Ray.

"Saya pasti akan menangkap pelakunya dengan segala cara. Percayakan saja semuanya pada saya," ungkapku dengan percaya diri.

Aku berjalan menghampiri Adrian yang sedang berdiri sendirian. "Ayo kita pergi ke pemakaman ibumu! Aku ingin sesekali mengunjunginya."

"Baiklah, aku akan menemanimu," sahutnya sambil menemaniku berjalan menuju tempat parkir.

Setibanya di tempat pemakaman tante Desy, aku membawa sebuah buket bunga krisan putih lalu menaruhnya.

"Aku datang lagi, Tante. Maaf belakangan ini aku jarang mengunjungi tante karena banyak pekerjaan yang harus kulakukan di kantor. Aku akan menangkap pelaku di balik kejadian semua kekacauan ini, tunggu saja dan percayakan semuanya padaku. Tante tidak perlu khawatir dengan Adrian. Aku pasti akan melindunginya terus, beristirahatlah dengan tenang di sana," batinku mendoakan tante Desy.

Adrian menyipitkan mata mendongakkan kepala di hadapanku. "Omong-omong, kamu sedang mendoakan apa? Raut wajahmu sampai serius begitu."

"Ada deh. Pokoknya ini rahasia," jawabku tertawa terkekeh.

"Ayolah Penny! Tadi kamu mendoakan ibuku apa? Aku sebagai putranya harus mengetahuinya," rayunya sambil menggerakkan lengan kananku.

drrt...drrt...

Ponselku berbunyi tiba-tiba. Aku langsung mengambil ponselku menghembuskan napasku kasar ketika mengamati nama Pak John tertera pada layar ponselku. Aku memutar bola mataku bermalasan sambil mengangkat panggilan telepon darinya.

"Pagi Pak John. Ada apa menghubungi saya?" sapaku lewat telepon.

"Kamu, Tania, dan Nathan harus ke kantor sekarang juga. Kita akan melakukan rapat darurat. Jangan sampai telat!" pinta Pak John sangat tegas lalu menutup teleponnya sebelum aku membalas perkataannya.

Aku mendesah lesu memanyunkan bibirku hingga membuat Adrian bingung melihatku seperti ini.

"Apa yang terjadi, Penny?"

"Aku harus mengunjungi kantor dulu. Kepala detektif barusan meneleponku dan ingin mengadakan rapat darurat."

"Baiklah, kamu pergi duluan saja."

Aku langsung berjalan menuju tempat parkir dan mengendarai mobilku dengan kecepatan rata-rata.

Setibanya di kantor, Pak John sudah menungguku di depan pintu kantor menatapku dengan tajam seperti ingin menerkamku.

"Maaf, Pak John. Tadi saya ada urusan," sesalku menunduk bersalah dengan napas tersengal-sengal.

"Ayo ikut denganku ke ruang rapat sekarang!" ajak Pak John dengan tatapan dingin padaku.

Di ruang rapat, aku melihat raut wajah Tania dan Nathan yang sangat cemberut. Pasti di pikiran mereka itu sedang mengumpat dalam batin mereka karena kami masuk kerja di hari libur.

"Sial, di saat hari libur begini kita diganggu," umpat Nathan dalam batinnya.

"Mari kita memulai rapatnya!" kata Pak John.

"Pada tanggal 15 Agustus 2021, korban yang bernama Ray yang merupakan tersangka kasus pembunuhan setahun yang lalu ditemukan tewas di ruang tahanannya pukul 7 malam. Saat korban ditemukan, ada bekas muntahan darah yang berceceran di lantai. Jadinya korban tewas karena diracuni," ucapku mulai fokus bekerja.

"Aku sudah melihat rekaman CCTV, terakhir kali pelaku terlihat di rekaman sekitar pukul 6," lanjut Tania menjelaskannya pada Pak John.

"Apakah kalian sudah mengunjungi rumah pelaku?" tanya Pak John.

"Kami sudah mengunjunginya, tapi kata tetangganya, pelaku sudah tidak tinggal di sana pada hari itu juga," jawab Nathan.

"Kalau begitu, kalian harus segera menangkap pelaku itu sebelum timbulnya banyak korban lagi. Rapat sampai di sini saja, kalian boleh meninggalkan ruang rapat," kata Pak John sambil meninggalkan ruang rapat terburu-buru.

"Ish rapatnya gitu saja! Kalau tahu tidak usah buru-buru ke sini!" sungut Tania mendengkus kesal.

"Ayo kita makan siang di Peaceful Restaurant! Aku ajak Adrian juga makan bersama kita," ajakku tersenyum lebar.

"Akhirnya hubungan kalian membaik seperti semula!" sorak Tania mengacungkan jempolnya.

Setibanya di restoran, kami berempat memesan makanan seafood. Kami memesan dengan porsi secukupnya kecuali Tania seperti biasa rakus yang memesan makanan dalam porsi banyak.

Aku terus menggelengkan kepalaku. "Hei, Tania! Porsi makan kamu selalu banyak. Apakah kamu tidak sakit perut?"

"Aku lagi lapar hari ini jadi harus makan yang banyak," jawab Tania santai.

"Biasanya kamu juga makan bisa dua kali lipat dari kami. Memang kamu pantas dijuluki si rakus," ledek Nathan tertawa usil.

"Bahkan aku saja terkejut setiap kali melihat Tania makan banyak," tambah Adrian tercengang.

PRAKK

Pak Colin terjatuh dari tangga saat sedang memajang sebuah bingkai foto. Spontan aku dan Adrian langsung menghampiri dan menolongnya.

"Bapak baik-baik saja? Apakah kaki Bapak terluka?" tanyaku dengan cemas.

"Saya baik-baik saja. Kalian berdua tidak usah mencemaskan saya," jawab Pak Colin tersenyum tipis.

"Mari Bapak duduk dulu sebentar!" ajak Adrian sambil menuntun Pak Colin menuju salah satu bangku kosong.

Aku mengambil bingkai foto yang terjatuh. Aku merasa foto itu terlihat tidak asing bagiku. Aku mengamatinya sekali lagi foto itu dan ternyata ada ayahku yang sedang berdiri di sebelah Pak Colin.

Terpopuler

Comments

nanni02😜😺

nanni02😜😺

papanya penny masih hudup ternyatA

2021-04-05

1

t@Rie

t@Rie

misteri nya tambah lg

2021-04-02

1

Dhina ♑

Dhina ♑

#215

2021-03-23

1

lihat semua
Episodes
1 Part 1 - Kota yang Damai
2 Part 2 - Kasus Pembunuhan Pertama
3 Part 3 - Kind Hearted Prosecutor
4 Part 4 - Pencarian Pak Tommy
5 Part 5 - Partner Kerja yang Peduli
6 Part 6 - Targetnya Adalah Aku
7 Part 7 - The Reason
8 Part 8 - First Gift From Him
9 Part 9 - Terungkap
10 Part 10 - Luka yang Membekas
11 Part 11 - Healed
12 Part 12 - Teror
13 Part 13 - Iblis
14 Part 14 - Masa Kritis
15 Part 15 - Best Gift Ever
16 Part 16 - It's Not Over Yet
17 Part 17 - Our Friendship Is Over
18 Part 18 - Cold Hearted Girl
19 Part 19 - Best Friend
20 Part 20 - Dunia Sempit
21 Part 21 - Sudah Lama Tak Berkunjung
22 Part 22 - Jebakan
23 Part 23 - Interogasi
24 Part 24 - Chip Misterius
25 Part 25 - Versailles
26 Part 26 - Topeng yang Dilepas
27 Part 27 - I'm Right Here For You
28 Part 28 - Keberadaan Ayah
29 Part 29 - Bertemu Ayah
30 Part 30 - Bodyguard
31 Part 31 - Kartu Cadangan
32 Part 32 - Pengejaran
33 Part 33 - Menyusup
34 Part 34 - Kerja Sama Tim
35 Part 35 - Pilihan
36 Part 36 - Melarikan Diri
37 Part 37 - I Promise To Protect You
38 Part 38 - Masa Kritis Kedua Kalinya
39 Part 39 - Akhir Persidangan
40 Part 40 - Be My Girlfriend
41 Part 41 - Date With Him
42 Part 42 - Keributan di Pagi Hari
43 Part 43 - Pendatang Baru
44 Part 44 - Persaingan yang Ketat
45 Part 45 - Ucapan Menusuk
46 Part 46 - Barang Korban yang Menghilang
47 Part 47 - Menginap
48 Part 48 - Pelaku Mengintaiku
49 Part 49 - Polisi yang Mencurigakan
50 Part 50 - Bangun Kesiangan
51 Part 51 - Pernyataan Kesaksian
52 Part 52 - Like Shining Star
53 Part 53 - Permintaan Maafku yang Tulus
54 Part 54 - Artikel yang Terkubur
55 Part 55 - Sulk
56 Part 56 - Perkelahian dengan Pelaku
57 Part 57 - Pelaku yang Mengincar Tania
58 Part 58 - Sakit Perut
59 Part 59 - Reporter Yulia dalam Bahaya
60 Part 60 - I Need You
61 Part 61 - Harga Diri yang Busuk
62 Part 62 - Berkas Kasus yang Akhirnya Ditemukan
63 Part 63 - Jealous
64 Part 64 - Psikopat Sesungguhnya
65 Part 65 - Berdebat
66 Part 66 - Strategi Darurat
67 Part 67 - Botol Obat Misterius
68 Part 68 - Rekaman CCTV
69 Part 69 - Tertangkap Basah
70 Part 70 - Merelakannya
71 Part 71 - Perasaan Sebenarnya
72 Part 72 - Penyakit Josh
73 Part 73 - Tabrak Lari
74 Part 74 - Kejujuran
75 Part 75 - You're My Only Love
76 Part 76 - Tidak Berdaya
77 Part 77 - Motif Pembunuhan
78 Part 78 - Find Him
79 Part 79 - Heart To Heart
80 Part 80 - Aku Memercayaimu
81 Part 81 - Kemenangan
82 Part 82 - Yes Or No
83 Part 83 - Special Surprise
84 Part 84 - Family
85 Part 85 - Two Love Birds
86 Part 86 - My Best Sweetheart
87 Part 87 - Forever Love You
88 Part 88 - Happy Life
89 Part 89 - Only With You
90 Part 90 - My Wish
91 Part 91 - Welcome To Queenstown
92 Part 92 - Eternal Love
93 Special Part 1 - Best Mom and Dad
94 Special Part 2 - I Miss You
95 Special Part 3 - Stick With You
96 Special Part 4 - Let's Play!
97 Special Part 5 - Always Perfect
98 Special Part 6 - Fina In Action
99 Special Part 7 - Because Of You
100 Special Part 8 - Reveal
101 Special Part 9 - Arrest
102 Special Part 10 - In My Heart
103 S2 : Part 1 - Special Day For Us
104 S2 : Part 2 - Always Be Happy With You
105 S2 : Part 3 - My Number One
106 S2 : Part 4 - I Will Miss My Daughter
107 S2 : Part 5 - Korban Menghilang Lama
108 S2 : Part 6 - Kecurigaan Fina dan Hans
109 S2 : Part 7 - Insiden Baru Lagi
110 S2 : Part 8 - Interogasi Nielsen
111 S2 : Part 9 - Ini Tidak Mungkin
112 S2 : Part 10 - Terlepas Tuduhan
113 S2 : Part 11 - Kebenaran Tas Sekolah
114 S2 : Part 12 - Terbunuh
115 S2 : Part 13 - Diremehkan
116 S2 : Part 14 - Our Strength
117 S2 : Part 15 - Target Selanjutnya
118 S2 : Part 16 - Target untuk Memancing Kami
119 S2 : Part 17 - Super Jealous
120 S2 : Part 18 - Call With My Daughter
121 S2 : Part 19 - Sweet Like Chocolate
122 S2 : Part 20 - Kaki Tangan Pelaku
123 S2 : Part 21 - Penghilang Stress
124 S2 : Part 22 - Weekend tidak Menyenangkan
125 S2 : Part 23 - Only Him Can Make Me Happy
126 S2 : Part 24 - Sepotong Pecahan Puzzle
127 S2 : Part 25 - Teman yang Selalu Nyawanya Terancam
128 S2 : Part 26 - Musuh Sebenarnya
129 S2 : Part 27 - Adrian's Mission
130 S2 : Part 28 - Tipuan Maut
131 S2 : Part 29 - Saksi Mata
132 S2 : Part 30 - Nightmare
133 S2 : Part 31 - Gosip
134 S2 : Part 32 - Dissociative Identity Disorder
135 S2 : Part 33 - Tersinggung
136 S2 : Part 34 - Care About You
137 S2 : Part 35 - Bad Feeling
138 S2 : Part 36 - You're My Best Hero
139 S2 : Part 37 - I Love You With All My Heart
140 S2 : Part 38 - Please Come Back To Me!
141 S2 : Part 39 - Precious Moment
142 S2 : Part 40 - Worrying You
143 S2 : Part 41 - Something Strange
144 S2 : Part 42 - Duel
145 S2 : Part 43 - Mission Planning
146 S2 : Part 44 - Secret Mission
147 S2 : Part 45 - Playing Role
148 S2 : Part 46 - Nothing Can Keep Us Apart
149 S2 : Part 47 - Mission Accomplished
150 S2 : Part 48 - My Vitamin
151 S2 : Part 49 - Play With Victoria
152 S2 : Part 50 - The Warmth Of My Little Family
153 S2 : Part 51 - Good Memories
154 S2 : Part 52 - Together Forever
155 Message From Author and Special Thanks
156 Special Anniversary - Visual Character and Other
157 TERBIT CETAK GOOD PARTNER
Episodes

Updated 157 Episodes

1
Part 1 - Kota yang Damai
2
Part 2 - Kasus Pembunuhan Pertama
3
Part 3 - Kind Hearted Prosecutor
4
Part 4 - Pencarian Pak Tommy
5
Part 5 - Partner Kerja yang Peduli
6
Part 6 - Targetnya Adalah Aku
7
Part 7 - The Reason
8
Part 8 - First Gift From Him
9
Part 9 - Terungkap
10
Part 10 - Luka yang Membekas
11
Part 11 - Healed
12
Part 12 - Teror
13
Part 13 - Iblis
14
Part 14 - Masa Kritis
15
Part 15 - Best Gift Ever
16
Part 16 - It's Not Over Yet
17
Part 17 - Our Friendship Is Over
18
Part 18 - Cold Hearted Girl
19
Part 19 - Best Friend
20
Part 20 - Dunia Sempit
21
Part 21 - Sudah Lama Tak Berkunjung
22
Part 22 - Jebakan
23
Part 23 - Interogasi
24
Part 24 - Chip Misterius
25
Part 25 - Versailles
26
Part 26 - Topeng yang Dilepas
27
Part 27 - I'm Right Here For You
28
Part 28 - Keberadaan Ayah
29
Part 29 - Bertemu Ayah
30
Part 30 - Bodyguard
31
Part 31 - Kartu Cadangan
32
Part 32 - Pengejaran
33
Part 33 - Menyusup
34
Part 34 - Kerja Sama Tim
35
Part 35 - Pilihan
36
Part 36 - Melarikan Diri
37
Part 37 - I Promise To Protect You
38
Part 38 - Masa Kritis Kedua Kalinya
39
Part 39 - Akhir Persidangan
40
Part 40 - Be My Girlfriend
41
Part 41 - Date With Him
42
Part 42 - Keributan di Pagi Hari
43
Part 43 - Pendatang Baru
44
Part 44 - Persaingan yang Ketat
45
Part 45 - Ucapan Menusuk
46
Part 46 - Barang Korban yang Menghilang
47
Part 47 - Menginap
48
Part 48 - Pelaku Mengintaiku
49
Part 49 - Polisi yang Mencurigakan
50
Part 50 - Bangun Kesiangan
51
Part 51 - Pernyataan Kesaksian
52
Part 52 - Like Shining Star
53
Part 53 - Permintaan Maafku yang Tulus
54
Part 54 - Artikel yang Terkubur
55
Part 55 - Sulk
56
Part 56 - Perkelahian dengan Pelaku
57
Part 57 - Pelaku yang Mengincar Tania
58
Part 58 - Sakit Perut
59
Part 59 - Reporter Yulia dalam Bahaya
60
Part 60 - I Need You
61
Part 61 - Harga Diri yang Busuk
62
Part 62 - Berkas Kasus yang Akhirnya Ditemukan
63
Part 63 - Jealous
64
Part 64 - Psikopat Sesungguhnya
65
Part 65 - Berdebat
66
Part 66 - Strategi Darurat
67
Part 67 - Botol Obat Misterius
68
Part 68 - Rekaman CCTV
69
Part 69 - Tertangkap Basah
70
Part 70 - Merelakannya
71
Part 71 - Perasaan Sebenarnya
72
Part 72 - Penyakit Josh
73
Part 73 - Tabrak Lari
74
Part 74 - Kejujuran
75
Part 75 - You're My Only Love
76
Part 76 - Tidak Berdaya
77
Part 77 - Motif Pembunuhan
78
Part 78 - Find Him
79
Part 79 - Heart To Heart
80
Part 80 - Aku Memercayaimu
81
Part 81 - Kemenangan
82
Part 82 - Yes Or No
83
Part 83 - Special Surprise
84
Part 84 - Family
85
Part 85 - Two Love Birds
86
Part 86 - My Best Sweetheart
87
Part 87 - Forever Love You
88
Part 88 - Happy Life
89
Part 89 - Only With You
90
Part 90 - My Wish
91
Part 91 - Welcome To Queenstown
92
Part 92 - Eternal Love
93
Special Part 1 - Best Mom and Dad
94
Special Part 2 - I Miss You
95
Special Part 3 - Stick With You
96
Special Part 4 - Let's Play!
97
Special Part 5 - Always Perfect
98
Special Part 6 - Fina In Action
99
Special Part 7 - Because Of You
100
Special Part 8 - Reveal
101
Special Part 9 - Arrest
102
Special Part 10 - In My Heart
103
S2 : Part 1 - Special Day For Us
104
S2 : Part 2 - Always Be Happy With You
105
S2 : Part 3 - My Number One
106
S2 : Part 4 - I Will Miss My Daughter
107
S2 : Part 5 - Korban Menghilang Lama
108
S2 : Part 6 - Kecurigaan Fina dan Hans
109
S2 : Part 7 - Insiden Baru Lagi
110
S2 : Part 8 - Interogasi Nielsen
111
S2 : Part 9 - Ini Tidak Mungkin
112
S2 : Part 10 - Terlepas Tuduhan
113
S2 : Part 11 - Kebenaran Tas Sekolah
114
S2 : Part 12 - Terbunuh
115
S2 : Part 13 - Diremehkan
116
S2 : Part 14 - Our Strength
117
S2 : Part 15 - Target Selanjutnya
118
S2 : Part 16 - Target untuk Memancing Kami
119
S2 : Part 17 - Super Jealous
120
S2 : Part 18 - Call With My Daughter
121
S2 : Part 19 - Sweet Like Chocolate
122
S2 : Part 20 - Kaki Tangan Pelaku
123
S2 : Part 21 - Penghilang Stress
124
S2 : Part 22 - Weekend tidak Menyenangkan
125
S2 : Part 23 - Only Him Can Make Me Happy
126
S2 : Part 24 - Sepotong Pecahan Puzzle
127
S2 : Part 25 - Teman yang Selalu Nyawanya Terancam
128
S2 : Part 26 - Musuh Sebenarnya
129
S2 : Part 27 - Adrian's Mission
130
S2 : Part 28 - Tipuan Maut
131
S2 : Part 29 - Saksi Mata
132
S2 : Part 30 - Nightmare
133
S2 : Part 31 - Gosip
134
S2 : Part 32 - Dissociative Identity Disorder
135
S2 : Part 33 - Tersinggung
136
S2 : Part 34 - Care About You
137
S2 : Part 35 - Bad Feeling
138
S2 : Part 36 - You're My Best Hero
139
S2 : Part 37 - I Love You With All My Heart
140
S2 : Part 38 - Please Come Back To Me!
141
S2 : Part 39 - Precious Moment
142
S2 : Part 40 - Worrying You
143
S2 : Part 41 - Something Strange
144
S2 : Part 42 - Duel
145
S2 : Part 43 - Mission Planning
146
S2 : Part 44 - Secret Mission
147
S2 : Part 45 - Playing Role
148
S2 : Part 46 - Nothing Can Keep Us Apart
149
S2 : Part 47 - Mission Accomplished
150
S2 : Part 48 - My Vitamin
151
S2 : Part 49 - Play With Victoria
152
S2 : Part 50 - The Warmth Of My Little Family
153
S2 : Part 51 - Good Memories
154
S2 : Part 52 - Together Forever
155
Message From Author and Special Thanks
156
Special Anniversary - Visual Character and Other
157
TERBIT CETAK GOOD PARTNER

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!