Reach A True Eternity
Arc 1 - Sekte Aliran Surgawi
Sebuah tangan yang dingin menyentuh puncak kepalanya, dia menundukkan kepalanya merasakan kesedihan yang mendalam, mengabaikan darah yang menyelimuti seluruh tubuhnya.
Dia adalah Yong Heng seorang anak laki-laki berumur 13 yang baru memasuki masa remaja awal, memiliki iris mata berwarna biru dan rambut hitam sebahu, hanya menggunakan pakaian sederhana kecokelatan yang ditambal di beberapa tempat.
Kehidupannya sebelumnya sangat biasa-biasa saja, ditemani kedua orang tuanya tanpa satu pun saudara.
Setiap hari dia membantu ayahnya bekerja di ladang ataupun membantu ibunya memasak di dapur, semuanya sangat normal sebelumnya dan dia cukup menikmati kehidupan seperti itu.
Namun semua ini berubah saat sebuah kabar bahwa wabah penyakit darah menghampiri desanya, awalnya kabar ini diketahui oleh satu sapi yang tewas di peternakan dengan darah yang keluar dari tubuhnya seolah dikuras habis.
Seluruh penduduk desa dilanda kepanikan dan mereka semua mengemas barang masing-masing dan berharap bahwa desa lain dapat menampung mereka, namun harapan mereka sia-sia karena wabah penyakit datang dengan cepat dan sekarang desa ditutupi oleh kabut berwarna merah darah.
"Arghh! Tolong! Tuan Abadi tolonglah kami!"
"Tidak! Aku tidak ingin mati! Masih ada yang harus kulakukan dalam hidup ini!"
"Kenapa... KENAPA DUNIA TIDAK ADIL!!"
Dari arah luar rumah, terdengar berbagai suara teriakan putus asa yang mengerikan, orang tua renta, remaja, ataupun anak kecil dan bayi semuanya berteriak keras merasakan sakit yang luar biasa.
Darah mereka terserap oleh kabut berwarna merah di sekitar dan membuatnya lebih pekat, hanya dalam beberapa detik saja seluruh darah dalam tubuh keluar dan menyatu dengan kabut darah, namun ada beberapa tetes darah yang tidak menyatu dengan kabut darah.
Membuat tanah dipenuhi oleh genangan darah berwarna merah gelap, dan itu menimbulkan efek korosi mengerikan.
Di dalam rumahnya, Yong Heng dengan dua garis air mata turun dan jatuh ke lantai, dia menatap kondisi kedua orang tuanya yang memprihatinkan.
Beberapa hari sebelumnya kedua orang tua Yong Heng menderita penyakit cukup serius yang membuatnya hanya bisa tertidur lemas di atas ranjang, kemudian sekarang ditambah dengan kondisi desa yang dalam bahaya membuat Yong Heng mempertanyakan nasibnya.
"Kenapa... Apa tidak cukup untuk kedua orang tuaku menderita penyakit serius, bahkan desa ini sekarang mengalami wabah penyakit darah yang mematikan, Aku Yong Heng hidup dengan baik selama ini, apa aku melakukan sesuatu yang jahat sehingga seseorang yang berharga bagiku menghilang di hadapanku?" Yong Heng berkata dengan nada rendah dan suara yang serak, air mata berwarna biru kini digantikan oleh cairan berwarna merah yaitu darah.
Kondisi seperti hanya dimiliki oleh seseorang yang memiliki penderitaan berat, sehingga pembuluh darah mereka tidak mampu menahan ledakan emosi dan membuatnya terluka.
"Yong Heng..." Suara wanita terdengar lemas memanggil namanya.
"Ibu! Kamu jangan berbicara terlebih dulu dengan kondisimu saat ini... Aku takut-"
"Yong Heng adalah anak yang baik, Ayah dan Ibumu saat ini tidak memiliki harapan sama sekali untuk hidup, Ibu... Hanya berharap bahwa kamu dapat hidup dengan baik dan berumur panjang seperti namamu..." Wanita yang merupakan Ibunya Yong Heng memotong perkataannya.
"Ibu! Jangan berkata seperti itu, kuyakin Ibu dan Ayah pasti akan baik-baik saja!" Yong Heng berkata dengan nada yang tinggi dan semangat, namun tidak dengan wajahnya yang sangat pucat.
Woosh! Woosh!
Dari arah belakang pintu terdengar suara angin, Yong Heng menoleh ke arah tersebut dan tiba-tiba menunjukkan ekspresi terkejut dan panik.
Saat ini kabut darah telah memasuki ruangannya melalui celah pintu yang ada di bawah, dan dengan cepat segera menyelimuti ruangan tersebut.
"Uhuk! Uhuk! Yong Heng! Cepatlah pergi lewat pintu belakang, kamu tidak perlu mengkhawatirkan kami berdua dan hiduplah dengan baik!" Pria dengan wajah pucat yang merupakan Ayah Yong Heng bangun dari tidurnya, dan segera memperingati Yong Heng untuk melarikan diri.
"T-Tapi bagaimana dengan kal-"
"Sudah cepat pergi! Kamu masih muda dan memiliki kehidupan yang baik, ingatlah harapan kami berdua!" Ayah Yong Heng membentak keras.
Tap! Tap! Tap!
Bruak!
"Aaargh!!" Yong Heng lari dan menabrak pintu yang rapuh dengan keras sehingga menghancurkannya.
Dia menatap sekitarnya, wilayah ladang yang dipenuhi oleh gandum maupum tanaman lain masih aman dan belum di lewati kabut darah.
"Di depan sana adalah pegunungan penuh binatang buas, dan dibelakang adalah kabut darah..."
Plak!
"Yong Heng! Ingatlah janjimu dengan Ayah dan Ibu, bahkan meskipun kesempatan bertahan hidup kecil aku harus tetap melakukannya!" Yong Heng menampar wajahnya, dan berkata dengan keras untuk membuat pikirannya lebih tenang.
Yong Heng segera berlari kembali dengan arah lurus, dia melewati ladang dengan tanaman yang mulai busuk karena penduduk yang sudah tidak mengurus ladangnya.
Jarak antara rumahnya dengan kawasan pengunungan cukup jauh dengan jarak satu mil atau lebih dari seribu meter, dengan tubuhnya yang lemah pastinya tidak cukup cepat dan staminanya akan cepat habis sebelum sampai.
Namun Yong Heng menggertakan giginya, kegigihan bertahan hidup yang kuat keluar dari dalam tubuhnya, dia mengabaikan semua rasa sakit ataupun rasa capeknya dan hanya memiliki satu pemikiran yaitu melarikan diri.
"Hah... Hah..." Napasnya mulai terasa berat dan matanya mulai buram.
Tanpa terasa sudah beberapa menit sejak dia berlari dari desa bermodalkan hanya kaki tanpa alas kaki, dia sudah mencapai setengah perjalanan dan sebentar lagi akan mencapai kawasan pegunungan.
Woosh!
Angin kencang meniup rambut hitamnya yang sebahu, seketika matanya melebar dan melotot.
"Tunggu! Ti-Tidak mungkin, kan?" Yong Heng menyangkal pemikirannya yang terlintas.
Akan tetapi dia tetap menoleh perlahan-lahan sambil berdoa dan berharap semoga bukan seperti yang dipikirkan, namun sayang sekali apa yang dia pikirkan telah menjadi kenyataan.
Kabut darah yang besar setinggi ratusan meter sedang bergerak cepat ke arahnya, dari dalam kabut tersebut Yong Heng dapat melihat sebuah siluet berwarna hitam seperti manusia yang sedang duduk.
"Sial! Apakah mungkin yang mengendalikan wabah penyakit darah ini adalah seorang Praktisi?!" Yong Heng berkata dengan panik sekaligus kebencian besar apabila yang dia pikirkan itu nyata.
Dengan seluruh tenaga yang dia punya, Yong Heng terus berlari sambil dipenuhi dengan banyak pikiran dalam kepalanya, matanya menajam dan penuh dengan kebencian mendalam.
Yong Heng tetap berlari dengan penuh tenaga, di hadapannya dia sudah bisa melihat gunung yang besar dari jarak dekat, hanya kurang dalam satu menit lagi kemungkinan dia sudah bisa mencapai kawasan pegunungan.
Sebenarnya Yong Heng mempunyai alasan khusus kenapa dia memilih melewati ladang dan masuk ke dalam kawasan pegunungan, karena setelah memasuki kawasan pegunungan tersebut dia akan memasuki area yang biasanya disebut sebagai Sungai Keabadian.
Di sana adalah tempatnya pusat dunia ini, energi langit dan bumi yang melimpah merupakan sumber utama latihan para Praktisi, sehingga banyak sekali sekte-sekte yang dibangun di area Sungai Keabadian.
Selain itu terdapat formasi sihir yang membatasi Sungai Keabadian dengan dunia luar, berguna untuk membuat energi langit dan bumi tidak tersebar luas dan hanya berada di Sungai Keabadian saja.
Yang menjadi tujuan utamanya adalah sekte yang berada di sekitar wilayah pegunungan ini, dia berpikir jika Praktisi dengan kekuatan jahat seperti itu masuk ke dalam wilayah sekte, maka akan terjadi bentrok.
Kembali ke Yong Heng yang saat ini hanya perlu beberapa langkah untuk memasuki formasi sihir berwarna kebiruan, dia tersenyum senang karena masih memiliki kesempatan untuk hidup.
Woosh!
"Hahaha... Bocah ingusan, apa kau meremehkan aku?! Sebelum masuk ke wilayah Sekte Aliran Surgawi aku akan membunuhmu di sini sekarang juga!" Suara serak pria tua bergema keras dalam pendengaran Yong Heng.
Pria tua ini merupakan dalang dari wabah penyakit darah.
"Aaargh!" Yong Heng berteriak keras merasakan darahnya dikuras dengan kecepatan tinggi.
Dengan sekuat tenaga yang dia punya, Yong Heng menggertakan giginya menahan rasa sakit yang amat menyakitkan dan terus berlari dengan satu harapan yang dia punya.
"Anjing Tua Sialan! Aku Yong Heng bila ditakdirkan untuk hidup, maka akan kuhancurkan kau meskipun harus mengejarmu ke ujung dunia!" Yong Heng berkata dengan penuh penekanan dengan rasa kebencian di setiap kata.
"Yong Heng?! Nama yang sombong untuk seorang bocah ingusan lemah sepertimu," Pria Tua berkata dengan nada meremehkan saat mendengar nama dari bocah di hadapannya.
"Teknik mistik, Pelahap Darah!"
Kabut darah yang tebal seketika bergerak cepat menyelimuti tubuh Yong Heng, dengan kecepatan tinggi darahnya terserap membuat tubuhnya terasa lemas tidak berdaya.
Bruak!
Tubuh Yong Heng seketika terjatuh tepat di hadapan formasi sihir, dia menggigit lidahnya untuk tetap mempertahankan kesadarannya, "Hanya... Tersisa satu langkah lagi..."
Menggunakan sisa tenaga yang dia punya, Yong Heng bergerak dalam posisi tiarap.
Hong! Hong!
Formasi sihir bersuara dan menimbulkan reaksi gelombang atau getaran, hal ini menandakan ada seseorang yang telah memasuki Sungai Keabadian.
"Hahaha... Anjing Tua! Sepertinya kau tidak bisa melakukan apa yang kau inginkan, aku Yong Heng bersumpah kurang dari 10 tahun akan membunuhmu!" Yong Heng tertawa sinis dan menatap kabut darah di belakangnya.
"Cih! Sialan! Formasi sihir telah menimbulkan reaksi, orang-orang dari sekte Aliran Surgawi yang menjaga wilayah ini pasti akan datang!" Kabut darah yang hampir bersentuhan dengan formasi sihir segera ditarik kembali.
"Bocah! Aku akan mengingat namamu, merasa banggalah!" Pria Tua dengan cepat pergi bersama kabut darah meninggalkan wilayah desa dan Sungai Keabadian.
Suasana menjadi tenang dan hening, namun berbeda dengan kondisi Yong Heng yang terluka parah, kemungkinan besar dalam beberapa menit lagi dia akan kehilangan nyawanya dan menyusul kedua orang tuanya.
Yong Heng bergerak merangkak mendekati pohon yang berada di dekatnya, dengan tangan yang menopang tubuhnya dan sekuat tenaga dia mencoba untuk duduk dan menyenderkan tubuhnya pada pohon.
"Hah... Hah... Apa... Takdir benar-benar membenciku, sehingga tidak melepaskan satu orang pun..." Yong Heng berkata dengan nada lemas.
Tubuh Yong Heng terlihat pucat dan kekeringan darah, namun setetes darah keluar dari luka yang dia punya saat terjatuh karena darahnya diserap.
Setetes darah bergerak dari bahu kanan turun dengan cepat ke jarinya yang terdapat sebuah cincin hitam dengan beberapa garis simbol berwarna abu-abu, ketika darah bersentuhan dengan cincin, darah itu menghilang seolah terserap masuk oleh cincin tersebut.
Cring!
"Ugh... Apa yang terjadi, kenapa cincin ini mengeluarkan cahaya emas yang terang!" Yong Heng menutupi matanya dengan tangan kirinya, sebab terasa sakit oleh cahaya yang menyilaukan itu.
Sementara itu cincin yang bersentuhan dengan darah, menimbulkan perubahan fisik yang signifikan, cincin yang sebelumnya bersimbol garis abu-abu berubah warna menjadi keemasan ditambah kebiruan.
Sebuah sosok muncul di hadapan Yong Heng, dia adalah seorang wanita yang sangat cantik, rambut hitamnya terurai sampai punggung dan iris matanya yang biru menambahkan kesan yang tenang namun mematikan, wajahnya memiliki fitur yang sempurna, ditambah adalah tubuhnya yang sudah dewasa dan matang diperkirakan umurnya sekitar dua puluh tahun.
Menggunakan pakaian hanfu berwarna putih kebiruan, ditambah dengan jubah berwarna hitam yang cocok dengannya.
"Sangat cantik... Apakah dia seorang Dewi..." Yong Heng tersenyum tipis saat melihat sosok di hadapannya.
"Bocah, katakan apa keinginanmu jika masih memiliki kesempatan untuk hidup?" Wanita berkata dengan suara yang lembut dan menenangkan.
Yong Heng termenung sementara kemudian tertawa kecil, "Kalau aku masih memiliki kehidupan atau kesempatan kedua, maka aku akan menjadi seorang Praktisi dan memenuhi keinginan kedua orang tuaku lalu menjadi seorang Abadi yang tidak pernah mati!" Matanya menajam dan menunjukkan sebuah semangat membara dalam dirinya.
Sosok wanita terdiam mendengarkan perkataan Yong Heng, setelahnya tertawa lantang dan berkata. "Hahaha! Kau memiliki keinginan yang sangat besar, menjadi Abadi dan tidak pernah mati?! Bahkan aku meskipun memiliki umur yang tak terbatas, tetap saja masih bisa mati!" Balasnya.
"Baiklah, tapi sebelum itu aku akan menggunakan Teknik Mistik Ramalan Takdir padamu, untuk menghitung seberapa besar takdirmu itu!" Wanita segera melakukan beberapa gerakan tangan.
Di setiap gerakan muncul wawasan yang sangat mendalam, saat mendekati akhir, cahaya emas yang sangat terang muncul dari dahi wanita tersebut.
Hong! Hong!
Krak!
"Apa?! Tidak mungkin, teknikku dihancurkan begitu saja?!" Matanya melebar saat teknik miliknya hancur saat mendekati akhir.
Wanita tersebut menatap Yong Heng dengan wajah yang rumit hingga akhirnya berkata dengan nada terkejut, "Mungkinkah bocah ini memiliki takdir yang melampaui Dao?! Jika benar itu sangat mengerikan, takdirnya tidak dikendalikan Dao dan dia akan berkesempatan melampaui Dao lalu menjadi makhluk yang lebih tinggi!"
"Eh?! Bocah ini sudah pingsan,dengan kondisinya saat ini mungkin dia akan mati hanya dalam beberapa menit, merasa terhormatlah karena kau memiliki takdir besar sehingga bertemu denganku dan karena moodku sedang bagus akan kubantu kau!" Cahaya kebiruan keluar dari dalam tubuh wanita tersebut dan bergerak cepat masuk ke dalam tubuh Yong Heng.
Luka-luka yang terdapat pada tubuh Yong Heng seketika menutup, wajahnya yang pucat kembali memerah.
"Baiklah, sekarang hanya menunggu bocah ini untuk bangun." Wanita tersebut seketika berubah menjadi cahaya kebiruan, dan bergerak masuk ke dalam cincin yang ada di jari Yong Heng.
"Aku... Yong Heng... Akan membalas keinginan kedua orang tuaku... Untuk menjadi seorang Abadi..." Yong Heng bergumam kecil.
Ilustrasi Yong Heng :
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments