Bab 2 - Sang Surga Tertinggi

"Umm..." Yong Heng membuka kedua matanya yang masih terasa berat, namun dia tetap gigih hingga akhirnya menoleh ke sekitarnya yang penuh dengan pepohonan.

Yong Heng kemudian mendonggak dan menatap langit yang biru dengan awan yang seputih susu, iris matanya yang berwarna biru menunjukkan kesedihan mendalam.

"Aku... Apakah aku sudah mati? Tempat ini, mungkinkah sekarang aku berada di Surga?" Yong Heng kemudian bangun dan berdiri menikmati angin sepoi-sepoi.

"Hahaha! Bocah, apa kau sebegitunya ingin mati?!" Sosok wanita tercipta dari cahaya biru yang berasal dari cincin Yong Heng.

Wajah Yong Heng menunjukkan ekspresi terkejut, "Kau... Bukankah kau adalah wanita yang kulihat sebelum mati? Mungkinkah kau benar-benar seorang Dewi!" Ucapnya sambil menutup mulutnya dengan kedua tangan, karena tidak percaya dengan apa yang dia lihat.

"Dewi?! Tidak ada yang seperti itu, aku memiliki gelar sebagai Sang Surga Tertinggi, tapi khusus untukmu kau bisa menyebutku dengan sebutan Guru Hua!" Wanita tersebut mengibaskan tangannya dan tersenyum percaya diri.

Yong Heng memejamkan kedua matanya dan menghela napas, membukanya, setelahnya dia merasakan pikirannya menjadi lebih tenang.

"Guru? Sejak kapan aku menjadi muridmu?!" Tanya Yong Heng.

Wanita yang merupakan Guru Hua mengerutkan keningnya, "Kau! Aku adalah Xiao Hua dan dikenal sebagai Sang Surga Tertinggi oleh Praktisi di Tanah Abadi Mulia, suatu kehormatan bagimu untuk diterima sebagai muridku!" Xiao Hua berkata dengan marah.

"Umm... Benarkah?! Kalau begitu, bukankah kau sangat kuat, bisakah kau menunjukkan kekuatanmu!" Yong Heng bertanya dengan wajah yang berseri, dia berkata seperti itu dengan alasan utama karena tidak ingin ditipu.

Buak!

Xiao Hua memukul kepala Yong Heng dengan keras dan berkata, "Bukan 'Kau', tapi Guru Hua!" Xiao Hua menatap Yong Heng dengan tatapan yang tajam dan melanjutkan perkataannya, "Baiklah, meskipun kau terlihat seperti orang bodoh, tapi sebenarnya kau adalah anak yang jenius dalam pengetahuan."

"Kalau begitu, saksikanlah kekuatanku yang mulia ini!" Mengangkat tangan kanannya dan dua jari telunjuk dan tengah dia luruskan, energi berwarna biru yang menimbulkan efek penekanan keluar dari dalam tubuhnya dan bergerak menuju jarinya.

Xiao Hua mengarahkan jarinya ke sebuah gunung besar setinggi ribuan meter di hadapannya, "Haha... Mungkin orang-orang di sana akan datang ke sini, tapi, aku tidak peduli!"

Swoosh!

BOOM!!

Cahaya berwarna biru seukuran kelereng keluar dari kedua jari Xiao Hua, dan cahaya itu melesat dengan kecepatan cahaya melaju cepat berbenturan dengan gunung setinggi ribuan meter yang kokoh, namun, saat ini gunung tersebut hancur lebur dengan kepingan batu yang terlempar ke mana-mana.

Beberapa kepingan batu besar mendekati Yong Heng dan Xiao Hua, namun dengan kemampuan Xiao Hua dia dengan cepat menciptakan sebuah pelindung cahaya berwarna biru.

Bruak! Bruak! Bruak!

Batu-batu yang bertabrakan dengan pelindung cahaya, langsung hancur menjadi debu.

Sementara itu Yong Heng yang takut dengan batu yang berdatangan, dia menutupi tubuhnya dengan tangannya meskipun tidak bisa mencapai semuanya.

Setelah beberapa saat kemudian, suasana menjadi lebih hening, Yong Heng melepaskan tubuhnya dari tangannya.

"Serangan apa itu... Bisa menghancurkan sebuah gunung dengan mudah, mungkinkah kau seorang Abadi!" Yong Heng berkata dengan semangat dan menatap Xiao Hua dengan tatapan berkilauan.

"Benar, secara umur sih, aku adalah seseorang yang Abadi, karena memiliki umur yang tak terbatas, tapi meskipun begitu aku tetap saja bisa mati walaupun hanya tubuh utamaku dan sekarang yang di hadapanmu adalah Roh!" Ujar Xiao Hua.

"Umur yang tak terbatas...!" Yong Heng berkata dengan mata berkilauan, namun seketika berubah muram, "Tapi masih bisa mati, memangnya itu bisa disebut sebagai Abadi?!" Bibirnya berkedut.

"Jangan berkecil hati, Jalan Kultivasi adalah sebuah jalan yang tidak terbatas, jika kau terus berkultivasi dengan baik, mungkin kau akan mencapainya, Keabadian Sejati!" Xiao Hua menepuk kepala Yong Heng dengan tangannya.

Yong Heng mendongak kepalanya dan menatap Xiao Hua, "Apakah benar... Aku bisa menjadi Abadi?!" Ucapnya dengan nada lemas.

Xiao Hua tersenyum manis dan berkata dengan lembut, "Benar, kau mempunyai takdir yang tidak dikendalikan Dao, kemungkinan selama perjalanan kau akan menemui banyak sekali kesempatan!"

Yong Heng tersenyum tipis mendengar perkataan Xiao Hua.

Bruk!

"Saya Yong Heng, memberi hormat kepada Guru Hua!" Yong Heng segera berlutut, dengan menekuk kedua kakinya sehingga lututnya menapaki tanah.

"Baiklah, kita pergi dulu dari tempat ini, kemungkinan para Praktisi akan mendatangi tempat ini dan jika menemukanmu maka akan ditangkap kemudian di introgasi!" Xiao Hua menyalurkan energi birunya ke tubuh Yong Heng, sehingga tubuhnya terasa sangat ringan hingga bisa melayang.

"Ayo pergi, aku menemukan sebuah kota dalam jarak 200 mil, kita lanjutkan pembicaraannya di sana!" Xiao Hua segera membuat Yong Heng melayang puluhan mil dari tanah dan langsung terbang lurus menuju kota yang dituju.

"Aaaa!!! Terlalu cepat! Terlalu cepat!" Teriak Yong Heng dengan putus asa.

Suasana seketika menjadi hening, karena Yong Heng dan Xiao Hua telah pergi dengan kecepatan yang sangat tinggi.

Glegarrr!

Duar!

Namun hanya beberapa detik setelah mereka pergi, sebuah fenomena langit terjadi, langit segera ditutupi oleh awan hitam di tambah dengan beberapa suara guntur yang terdengar hingga puluhan mil.

Kemudian di antara kumpulan awan hitam dengan guntur, terdapat seorang pria tua berambut hitam keputihan yang panjang sepunggung, dia melayang di udara tanpa membutuhkan bantuan apa pun.

"Hmm... Aku tadi merasakan sebuah energi yang sangat kuat di sini, dan sepertinya seorang Praktisi itu yang telah menghancurkan gunung perbatasan. Situasi ini cukup darurat, kekuatannya setidaknya hampir menyamaiku atau mungkin telah melampauiku, harus segera melaporkan ini kepada Leluhur!" Pria tua tersebut berkata dengan cemas.

Dalam sekejap dia kemudian menghilang, begitu juga dengan fenomena langit.

***

Kota Yan

Di sebuah hutan yang dipenuhi pepohonan, terdapat dua orang sepasang laki-laki dan perempuan, mereka adalah Yong Heng dan Xiao Hua.

"Perjalanan tadi terlalu cepat, terbang ke sebuah kota yang berjarak 200 mil hanya dalam 5 detik saja. Apa aku membuat pilihan yang benar, Praktisi terlalu menakutkan! Aku pasti bisa dibunuh hanya dengan sekali pukul saja." Ucap Yong Heng dengan wajah pucat karena perutnya terasa mual, perjalanan 200 mil hanya dalam 5 detik dengan tubuh manusia biasa menurutnya berlebihan.

"Cih, drama mu terlalu berlebihan, suatu hari kau mungkin bisa bergerak dengan sangat cepat hingga ke masa lalu." Xiao Hua mencibir Yong Heng yang terlalu lemah.

"Ke masa lalu?! Oh ayolah, Guru Hua, aku saat ini masihlah seorang manusia biasa, bukan seorang Praktisi yang telah melatih dirinya." Balas Yong Heng dengan lemah.

"Tunggu dulu! Guru Hua, bagaimana cara kita memasuki kota jika kita tidak memiliki satu pun mata uang di sini, dan aku juga sama sekali tidak mengetahui mata uang apa yang menjadi penukaran di Sungai Keabadian!" Yong Heng baru saja sadar, selama dia hidup di wilayah luar Sungai Keabadian, dia pernah ke kota bersama ayahnya untuk menjual hasil ladang mereka dan untuk memasuki kota dibutuhkan sebuah koin perak.

"Hmp! Hal seperti itu saja perlu kau tanyakan, masih ada banyak hal yang harus kau pelajari dariku sepertinya. Baiklah, untuk mata uangnya aku sudah mengetahuinya, mereka di Sungai Keabadian menggunakan Batu Roh. Kemudian, untuk mendapatkannya bukannya jawabannya sederhana?!" Xiao Hua tersenyum tipis dan menatap Yong Heng dengan mata seperti iblis.

"Glek!" Yong Heng meneguk ludah kasar saat melihat mata Xiao Hua yang tampak menyeramkan, 'Firasatku sangat buruk tentang ini!' Ucapnya dalam batin.

Adegan berpindah ke sebuah jalan besar bebatuan yang tersusun rapi, Yong Heng bersembunyi di atas dahan pohon sambil menatap jalanan tersebut dengan tatapan rumit.

"Guru Hua, apa kau serius tentang rencana ini? Apa kau tidak merasa terhina bila Sang Surga Tertinggi merencanakan sesuatu seperti ini, jika kau kembali ke Tanah Abadi apalah itu, kau hanya bisa membuat lubang dan bersembunyi di dalamnya!" Yong Heng berkata dengan nada cemas dan tidak yakin dengan rencana yang dibuat Xiao Hua untuk mendapatkan Batu Roh.

"Haa... Heng'er pemikiranmu terlalu kuno dan naif, di saat ini juga saat kau memasuki Jalan Kultivasi maka kehidupanmu sudah berubah drastis. Bahaya selalu datang di manapun dan kau tidak akan mengetahuinya, memangnya harga diri bisa kau makan untuk bertahan hidup." Balas Xiao Hua.

Ekspresi Yong Heng seketika berubah menjadi datar, 'Haa... Perkataanmu memanglah baik, tapi perbuatanmu berbanding sebaliknya, tapi mau bagaimana lagi. Jika kami melakukannya dekat dengan kota, maka kami akan mendapat bahaya, tidak, lebih tepatnya bukan 'kami' tapi 'aku'.' Batinnya mengeluh.

"Persiapkan dirimu, mereka sudah datang!" Xiao Hua memberi peringatan pada Yong Heng.

Yong Heng seketika menegang dan tatapannya tertuju pada sekelompok orang menggunakan pakaian hanfu sedang mengelilingi sebuah kereta kuda, aura yang kuat muncul dari orang-orang yang berjalan dan mengawal kereta kuda.

"Guru Hua, apa aku benar-benar bisa melawannya?! Jelas sekali mereka adalah seorang Praktisi, aku hanya akan terbunuh jika melawan mereka secara gegabah!" Ucapnya dengan tubuh yang gemetar saat menghadapi kematian, sekilas teringat kenangan di mana dia meninggalkan kedua orang tuanya yang sekarat dan dirinya yang dalam kondisi putus asa.

Xiao Hua yang melihat tubuh gemetar Yong Heng seketika mengetahui apa yang terjadi padanya sebelum bertemu dirinya, "Heng'er, ingatlah apa yang akan ku katakan ini. Jangan pernah menyesali masa lalu yang terjadi sebelumnya, tetapi belajarlah dari masa lalu tersebut, apa kau paham?"

Mata Yong Heng melebar mendengarkan perkataan Xiao Hua, 'Benar, seperti apa yang dikatakan Guru Hua. Jika aku terlalu terpaku dengan masa lalu, hanya akan mengganggu Jalan Kultivasi milikku. Pertama yang perlu kulakukan hanya satu, yaitu menjadi lebih Kuat!' Yong Heng mengepalkan tangannya kuat-kuat, semangat dalam hatinya yang telah padam kini membara dengan ganas.

"Baiklah, hentikan percakapan ini. Segera berangkat, aku akan membimbingmu!" Xiao Hua menepuk punggung Yong Heng.

"Ya, aku berangkat!"

Ilustrasi Xiao Hua :

Terpopuler

Comments

anggita

anggita

gambar ilustrasi tokohnya 👌sip.

2023-08-03

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!