NovelToon NovelToon

Reach A True Eternity

Bab 1 - Aku Yong Heng

Arc 1 - Sekte Aliran Surgawi

Sebuah tangan yang dingin menyentuh puncak kepalanya, dia menundukkan kepalanya merasakan kesedihan yang mendalam, mengabaikan darah yang menyelimuti seluruh tubuhnya.

Dia adalah Yong Heng seorang anak laki-laki berumur 13 yang baru memasuki masa remaja awal, memiliki iris mata berwarna biru dan rambut hitam sebahu, hanya menggunakan pakaian sederhana kecokelatan yang ditambal di beberapa tempat.

Kehidupannya sebelumnya sangat biasa-biasa saja, ditemani kedua orang tuanya tanpa satu pun saudara.

Setiap hari dia membantu ayahnya bekerja di ladang ataupun membantu ibunya memasak di dapur, semuanya sangat normal sebelumnya dan dia cukup menikmati kehidupan seperti itu.

Namun semua ini berubah saat sebuah kabar bahwa wabah penyakit darah menghampiri desanya, awalnya kabar ini diketahui oleh satu sapi yang tewas di peternakan dengan darah yang keluar dari tubuhnya seolah dikuras habis.

Seluruh penduduk desa dilanda kepanikan dan mereka semua mengemas barang masing-masing dan berharap bahwa desa lain dapat menampung mereka, namun harapan mereka sia-sia karena wabah penyakit datang dengan cepat dan sekarang desa ditutupi oleh kabut berwarna merah darah.

"Arghh! Tolong! Tuan Abadi tolonglah kami!"

"Tidak! Aku tidak ingin mati! Masih ada yang harus kulakukan dalam hidup ini!"

"Kenapa... KENAPA DUNIA TIDAK ADIL!!"

Dari arah luar rumah, terdengar berbagai suara teriakan putus asa yang mengerikan, orang tua renta, remaja, ataupun anak kecil dan bayi semuanya berteriak keras merasakan sakit yang luar biasa.

Darah mereka terserap oleh kabut berwarna merah di sekitar dan membuatnya lebih pekat, hanya dalam beberapa detik saja seluruh darah dalam tubuh keluar dan menyatu dengan kabut darah, namun ada beberapa tetes darah yang tidak menyatu dengan kabut darah.

Membuat tanah dipenuhi oleh genangan darah berwarna merah gelap, dan itu menimbulkan efek korosi mengerikan.

Di dalam rumahnya, Yong Heng dengan dua garis air mata turun dan jatuh ke lantai, dia menatap kondisi kedua orang tuanya yang memprihatinkan.

Beberapa hari sebelumnya kedua orang tua Yong Heng menderita penyakit cukup serius yang membuatnya hanya bisa tertidur lemas di atas ranjang, kemudian sekarang ditambah dengan kondisi desa yang dalam bahaya membuat Yong Heng mempertanyakan nasibnya.

"Kenapa... Apa tidak cukup untuk kedua orang tuaku menderita penyakit serius, bahkan desa ini sekarang mengalami wabah penyakit darah yang mematikan, Aku Yong Heng hidup dengan baik selama ini, apa aku melakukan sesuatu yang jahat sehingga seseorang yang berharga bagiku menghilang di hadapanku?" Yong Heng berkata dengan nada rendah dan suara yang serak, air mata berwarna biru kini digantikan oleh cairan berwarna merah yaitu darah.

Kondisi seperti hanya dimiliki oleh seseorang yang memiliki penderitaan berat, sehingga pembuluh darah mereka tidak mampu menahan ledakan emosi dan membuatnya terluka.

"Yong Heng..." Suara wanita terdengar lemas memanggil namanya.

"Ibu! Kamu jangan berbicara terlebih dulu dengan kondisimu saat ini... Aku takut-"

"Yong Heng adalah anak yang baik, Ayah dan Ibumu saat ini tidak memiliki harapan sama sekali untuk hidup, Ibu... Hanya berharap bahwa kamu dapat hidup dengan baik dan berumur panjang seperti namamu..." Wanita yang merupakan Ibunya Yong Heng memotong perkataannya.

"Ibu! Jangan berkata seperti itu, kuyakin Ibu dan Ayah pasti akan baik-baik saja!" Yong Heng berkata dengan nada yang tinggi dan semangat, namun tidak dengan wajahnya yang sangat pucat.

Woosh! Woosh!

Dari arah belakang pintu terdengar suara angin, Yong Heng menoleh ke arah tersebut dan tiba-tiba menunjukkan ekspresi terkejut dan panik.

Saat ini kabut darah telah memasuki ruangannya melalui celah pintu yang ada di bawah, dan dengan cepat segera menyelimuti ruangan tersebut.

"Uhuk! Uhuk! Yong Heng! Cepatlah pergi lewat pintu belakang, kamu tidak perlu mengkhawatirkan kami berdua dan hiduplah dengan baik!" Pria dengan wajah pucat yang merupakan Ayah Yong Heng bangun dari tidurnya, dan segera memperingati Yong Heng untuk melarikan diri.

"T-Tapi bagaimana dengan kal-"

"Sudah cepat pergi! Kamu masih muda dan memiliki kehidupan yang baik, ingatlah harapan kami berdua!" Ayah Yong Heng membentak keras.

Tap! Tap! Tap!

Bruak!

"Aaargh!!" Yong Heng lari dan menabrak pintu yang rapuh dengan keras sehingga menghancurkannya.

Dia menatap sekitarnya, wilayah ladang yang dipenuhi oleh gandum maupum tanaman lain masih aman dan belum di lewati kabut darah.

"Di depan sana adalah pegunungan penuh binatang buas, dan dibelakang adalah kabut darah..."

Plak!

"Yong Heng! Ingatlah janjimu dengan Ayah dan Ibu, bahkan meskipun kesempatan bertahan hidup kecil aku harus tetap melakukannya!" Yong Heng menampar wajahnya, dan berkata dengan keras untuk membuat pikirannya lebih tenang.

Yong Heng segera berlari kembali dengan arah lurus, dia melewati ladang dengan tanaman yang mulai busuk karena penduduk yang sudah tidak mengurus ladangnya.

Jarak antara rumahnya dengan kawasan pengunungan cukup jauh dengan jarak satu mil atau lebih dari seribu meter, dengan tubuhnya yang lemah pastinya tidak cukup cepat dan staminanya akan cepat habis sebelum sampai.

Namun Yong Heng menggertakan giginya, kegigihan bertahan hidup yang kuat keluar dari dalam tubuhnya, dia mengabaikan semua rasa sakit ataupun rasa capeknya dan hanya memiliki satu pemikiran yaitu melarikan diri.

"Hah... Hah..." Napasnya mulai terasa berat dan matanya mulai buram.

Tanpa terasa sudah beberapa menit sejak dia berlari dari desa bermodalkan hanya kaki tanpa alas kaki, dia sudah mencapai setengah perjalanan dan sebentar lagi akan mencapai kawasan pegunungan.

Woosh!

Angin kencang meniup rambut hitamnya yang sebahu, seketika matanya melebar dan melotot.

"Tunggu! Ti-Tidak mungkin, kan?" Yong Heng menyangkal pemikirannya yang terlintas.

Akan tetapi dia tetap menoleh perlahan-lahan sambil berdoa dan berharap semoga bukan seperti yang dipikirkan, namun sayang sekali apa yang dia pikirkan telah menjadi kenyataan.

Kabut darah yang besar setinggi ratusan meter sedang bergerak cepat ke arahnya, dari dalam kabut tersebut Yong Heng dapat melihat sebuah siluet berwarna hitam seperti manusia yang sedang duduk.

"Sial! Apakah mungkin yang mengendalikan wabah penyakit darah ini adalah seorang Praktisi?!" Yong Heng berkata dengan panik sekaligus kebencian besar apabila yang dia pikirkan itu nyata.

Dengan seluruh tenaga yang dia punya, Yong Heng terus berlari sambil dipenuhi dengan banyak pikiran dalam kepalanya, matanya menajam dan penuh dengan kebencian mendalam.

Yong Heng tetap berlari dengan penuh tenaga, di hadapannya dia sudah bisa melihat gunung yang besar dari jarak dekat, hanya kurang dalam satu menit lagi kemungkinan dia sudah bisa mencapai kawasan pegunungan.

Sebenarnya Yong Heng mempunyai alasan khusus kenapa dia memilih melewati ladang dan masuk ke dalam kawasan pegunungan, karena setelah memasuki kawasan pegunungan tersebut dia akan memasuki area yang biasanya disebut sebagai Sungai Keabadian.

Di sana adalah tempatnya pusat dunia ini, energi langit dan bumi yang melimpah merupakan sumber utama latihan para Praktisi, sehingga banyak sekali sekte-sekte yang dibangun di area Sungai Keabadian.

Selain itu terdapat formasi sihir yang membatasi Sungai Keabadian dengan dunia luar, berguna untuk membuat energi langit dan bumi tidak tersebar luas dan hanya berada di Sungai Keabadian saja.

Yang menjadi tujuan utamanya adalah sekte yang berada di sekitar wilayah pegunungan ini, dia berpikir jika Praktisi dengan kekuatan jahat seperti itu masuk ke dalam wilayah sekte, maka akan terjadi bentrok.

Kembali ke Yong Heng yang saat ini hanya perlu beberapa langkah untuk memasuki formasi sihir berwarna kebiruan, dia tersenyum senang karena masih memiliki kesempatan untuk hidup.

Woosh!

"Hahaha... Bocah ingusan, apa kau meremehkan aku?! Sebelum masuk ke wilayah Sekte Aliran Surgawi aku akan membunuhmu di sini sekarang juga!" Suara serak pria tua bergema keras dalam pendengaran Yong Heng.

Pria tua ini merupakan dalang dari wabah penyakit darah.

"Aaargh!" Yong Heng berteriak keras merasakan darahnya dikuras dengan kecepatan tinggi.

Dengan sekuat tenaga yang dia punya, Yong Heng menggertakan giginya menahan rasa sakit yang amat menyakitkan dan terus berlari dengan satu harapan yang dia punya.

"Anjing Tua Sialan! Aku Yong Heng bila ditakdirkan untuk hidup, maka akan kuhancurkan kau meskipun harus mengejarmu ke ujung dunia!" Yong Heng berkata dengan penuh penekanan dengan rasa kebencian di setiap kata.

"Yong Heng?! Nama yang sombong untuk seorang bocah ingusan lemah sepertimu," Pria Tua berkata dengan nada meremehkan saat mendengar nama dari bocah di hadapannya.

"Teknik mistik, Pelahap Darah!"

Kabut darah yang tebal seketika bergerak cepat menyelimuti tubuh Yong Heng, dengan kecepatan tinggi darahnya terserap membuat tubuhnya terasa lemas tidak berdaya.

Bruak!

Tubuh Yong Heng seketika terjatuh tepat di hadapan formasi sihir, dia menggigit lidahnya untuk tetap mempertahankan kesadarannya, "Hanya... Tersisa satu langkah lagi..."

Menggunakan sisa tenaga yang dia punya, Yong Heng bergerak dalam posisi tiarap.

Hong! Hong!

Formasi sihir bersuara dan menimbulkan reaksi gelombang atau getaran, hal ini menandakan ada seseorang yang telah memasuki Sungai Keabadian.

"Hahaha... Anjing Tua! Sepertinya kau tidak bisa melakukan apa yang kau inginkan, aku Yong Heng bersumpah kurang dari 10 tahun akan membunuhmu!" Yong Heng tertawa sinis dan menatap kabut darah di belakangnya.

"Cih! Sialan! Formasi sihir telah menimbulkan reaksi, orang-orang dari sekte Aliran Surgawi yang menjaga wilayah ini pasti akan datang!" Kabut darah yang hampir bersentuhan dengan formasi sihir segera ditarik kembali.

"Bocah! Aku akan mengingat namamu, merasa banggalah!" Pria Tua dengan cepat pergi bersama kabut darah meninggalkan wilayah desa dan Sungai Keabadian.

Suasana menjadi tenang dan hening, namun berbeda dengan kondisi Yong Heng yang terluka parah, kemungkinan besar dalam beberapa menit lagi dia akan kehilangan nyawanya dan menyusul kedua orang tuanya.

Yong Heng bergerak merangkak mendekati pohon yang berada di dekatnya, dengan tangan yang menopang tubuhnya dan sekuat tenaga dia mencoba untuk duduk dan menyenderkan tubuhnya pada pohon.

"Hah... Hah... Apa... Takdir benar-benar membenciku, sehingga tidak melepaskan satu orang pun..." Yong Heng berkata dengan nada lemas.

Tubuh Yong Heng terlihat pucat dan kekeringan darah, namun setetes darah keluar dari luka yang dia punya saat terjatuh karena darahnya diserap.

Setetes darah bergerak dari bahu kanan turun dengan cepat ke jarinya yang terdapat sebuah cincin hitam dengan beberapa garis simbol berwarna abu-abu, ketika darah bersentuhan dengan cincin, darah itu menghilang seolah terserap masuk oleh cincin tersebut.

Cring!

"Ugh... Apa yang terjadi, kenapa cincin ini mengeluarkan cahaya emas yang terang!" Yong Heng menutupi matanya dengan tangan kirinya, sebab terasa sakit oleh cahaya yang menyilaukan itu.

Sementara itu cincin yang bersentuhan dengan darah, menimbulkan perubahan fisik yang signifikan, cincin yang sebelumnya bersimbol garis abu-abu berubah warna menjadi keemasan ditambah kebiruan.

Sebuah sosok muncul di hadapan Yong Heng, dia adalah seorang wanita yang sangat cantik, rambut hitamnya terurai sampai punggung dan iris matanya yang biru menambahkan kesan yang tenang namun mematikan, wajahnya memiliki fitur yang sempurna, ditambah adalah tubuhnya yang sudah dewasa dan matang diperkirakan umurnya sekitar dua puluh tahun.

Menggunakan pakaian hanfu berwarna putih kebiruan, ditambah dengan jubah berwarna hitam yang cocok dengannya.

"Sangat cantik... Apakah dia seorang Dewi..." Yong Heng tersenyum tipis saat melihat sosok di hadapannya.

"Bocah, katakan apa keinginanmu jika masih memiliki kesempatan untuk hidup?" Wanita berkata dengan suara yang lembut dan menenangkan.

Yong Heng termenung sementara kemudian tertawa kecil, "Kalau aku masih memiliki kehidupan atau kesempatan kedua, maka aku akan menjadi seorang Praktisi dan memenuhi keinginan kedua orang tuaku lalu menjadi seorang Abadi yang tidak pernah mati!" Matanya menajam dan menunjukkan sebuah semangat membara dalam dirinya.

Sosok wanita terdiam mendengarkan perkataan Yong Heng, setelahnya tertawa lantang dan berkata. "Hahaha! Kau memiliki keinginan yang sangat besar, menjadi Abadi dan tidak pernah mati?! Bahkan aku meskipun memiliki umur yang tak terbatas, tetap saja masih bisa mati!" Balasnya.

"Baiklah, tapi sebelum itu aku akan menggunakan Teknik Mistik Ramalan Takdir padamu, untuk menghitung seberapa besar takdirmu itu!" Wanita segera melakukan beberapa gerakan tangan.

Di setiap gerakan muncul wawasan yang sangat mendalam, saat mendekati akhir, cahaya emas yang sangat terang muncul dari dahi wanita tersebut.

Hong! Hong!

Krak!

"Apa?! Tidak mungkin, teknikku dihancurkan begitu saja?!" Matanya melebar saat teknik miliknya hancur saat mendekati akhir.

Wanita tersebut menatap Yong Heng dengan wajah yang rumit hingga akhirnya berkata dengan nada terkejut, "Mungkinkah bocah ini memiliki takdir yang melampaui Dao?! Jika benar itu sangat mengerikan, takdirnya tidak dikendalikan Dao dan dia akan berkesempatan melampaui Dao lalu menjadi makhluk yang lebih tinggi!"

"Eh?! Bocah ini sudah pingsan,dengan kondisinya saat ini mungkin dia akan mati hanya dalam beberapa menit, merasa terhormatlah karena kau memiliki takdir besar sehingga bertemu denganku dan karena moodku sedang bagus akan kubantu kau!" Cahaya kebiruan keluar dari dalam tubuh wanita tersebut dan bergerak cepat masuk ke dalam tubuh Yong Heng.

Luka-luka yang terdapat pada tubuh Yong Heng seketika menutup, wajahnya yang pucat kembali memerah.

"Baiklah, sekarang hanya menunggu bocah ini untuk bangun." Wanita tersebut seketika berubah menjadi cahaya kebiruan, dan bergerak masuk ke dalam cincin yang ada di jari Yong Heng.

"Aku... Yong Heng... Akan membalas keinginan kedua orang tuaku... Untuk menjadi seorang Abadi..." Yong Heng bergumam kecil.

Ilustrasi Yong Heng :

Bab 2 - Sang Surga Tertinggi

"Umm..." Yong Heng membuka kedua matanya yang masih terasa berat, namun dia tetap gigih hingga akhirnya menoleh ke sekitarnya yang penuh dengan pepohonan.

Yong Heng kemudian mendonggak dan menatap langit yang biru dengan awan yang seputih susu, iris matanya yang berwarna biru menunjukkan kesedihan mendalam.

"Aku... Apakah aku sudah mati? Tempat ini, mungkinkah sekarang aku berada di Surga?" Yong Heng kemudian bangun dan berdiri menikmati angin sepoi-sepoi.

"Hahaha! Bocah, apa kau sebegitunya ingin mati?!" Sosok wanita tercipta dari cahaya biru yang berasal dari cincin Yong Heng.

Wajah Yong Heng menunjukkan ekspresi terkejut, "Kau... Bukankah kau adalah wanita yang kulihat sebelum mati? Mungkinkah kau benar-benar seorang Dewi!" Ucapnya sambil menutup mulutnya dengan kedua tangan, karena tidak percaya dengan apa yang dia lihat.

"Dewi?! Tidak ada yang seperti itu, aku memiliki gelar sebagai Sang Surga Tertinggi, tapi khusus untukmu kau bisa menyebutku dengan sebutan Guru Hua!" Wanita tersebut mengibaskan tangannya dan tersenyum percaya diri.

Yong Heng memejamkan kedua matanya dan menghela napas, membukanya, setelahnya dia merasakan pikirannya menjadi lebih tenang.

"Guru? Sejak kapan aku menjadi muridmu?!" Tanya Yong Heng.

Wanita yang merupakan Guru Hua mengerutkan keningnya, "Kau! Aku adalah Xiao Hua dan dikenal sebagai Sang Surga Tertinggi oleh Praktisi di Tanah Abadi Mulia, suatu kehormatan bagimu untuk diterima sebagai muridku!" Xiao Hua berkata dengan marah.

"Umm... Benarkah?! Kalau begitu, bukankah kau sangat kuat, bisakah kau menunjukkan kekuatanmu!" Yong Heng bertanya dengan wajah yang berseri, dia berkata seperti itu dengan alasan utama karena tidak ingin ditipu.

Buak!

Xiao Hua memukul kepala Yong Heng dengan keras dan berkata, "Bukan 'Kau', tapi Guru Hua!" Xiao Hua menatap Yong Heng dengan tatapan yang tajam dan melanjutkan perkataannya, "Baiklah, meskipun kau terlihat seperti orang bodoh, tapi sebenarnya kau adalah anak yang jenius dalam pengetahuan."

"Kalau begitu, saksikanlah kekuatanku yang mulia ini!" Mengangkat tangan kanannya dan dua jari telunjuk dan tengah dia luruskan, energi berwarna biru yang menimbulkan efek penekanan keluar dari dalam tubuhnya dan bergerak menuju jarinya.

Xiao Hua mengarahkan jarinya ke sebuah gunung besar setinggi ribuan meter di hadapannya, "Haha... Mungkin orang-orang di sana akan datang ke sini, tapi, aku tidak peduli!"

Swoosh!

BOOM!!

Cahaya berwarna biru seukuran kelereng keluar dari kedua jari Xiao Hua, dan cahaya itu melesat dengan kecepatan cahaya melaju cepat berbenturan dengan gunung setinggi ribuan meter yang kokoh, namun, saat ini gunung tersebut hancur lebur dengan kepingan batu yang terlempar ke mana-mana.

Beberapa kepingan batu besar mendekati Yong Heng dan Xiao Hua, namun dengan kemampuan Xiao Hua dia dengan cepat menciptakan sebuah pelindung cahaya berwarna biru.

Bruak! Bruak! Bruak!

Batu-batu yang bertabrakan dengan pelindung cahaya, langsung hancur menjadi debu.

Sementara itu Yong Heng yang takut dengan batu yang berdatangan, dia menutupi tubuhnya dengan tangannya meskipun tidak bisa mencapai semuanya.

Setelah beberapa saat kemudian, suasana menjadi lebih hening, Yong Heng melepaskan tubuhnya dari tangannya.

"Serangan apa itu... Bisa menghancurkan sebuah gunung dengan mudah, mungkinkah kau seorang Abadi!" Yong Heng berkata dengan semangat dan menatap Xiao Hua dengan tatapan berkilauan.

"Benar, secara umur sih, aku adalah seseorang yang Abadi, karena memiliki umur yang tak terbatas, tapi meskipun begitu aku tetap saja bisa mati walaupun hanya tubuh utamaku dan sekarang yang di hadapanmu adalah Roh!" Ujar Xiao Hua.

"Umur yang tak terbatas...!" Yong Heng berkata dengan mata berkilauan, namun seketika berubah muram, "Tapi masih bisa mati, memangnya itu bisa disebut sebagai Abadi?!" Bibirnya berkedut.

"Jangan berkecil hati, Jalan Kultivasi adalah sebuah jalan yang tidak terbatas, jika kau terus berkultivasi dengan baik, mungkin kau akan mencapainya, Keabadian Sejati!" Xiao Hua menepuk kepala Yong Heng dengan tangannya.

Yong Heng mendongak kepalanya dan menatap Xiao Hua, "Apakah benar... Aku bisa menjadi Abadi?!" Ucapnya dengan nada lemas.

Xiao Hua tersenyum manis dan berkata dengan lembut, "Benar, kau mempunyai takdir yang tidak dikendalikan Dao, kemungkinan selama perjalanan kau akan menemui banyak sekali kesempatan!"

Yong Heng tersenyum tipis mendengar perkataan Xiao Hua.

Bruk!

"Saya Yong Heng, memberi hormat kepada Guru Hua!" Yong Heng segera berlutut, dengan menekuk kedua kakinya sehingga lututnya menapaki tanah.

"Baiklah, kita pergi dulu dari tempat ini, kemungkinan para Praktisi akan mendatangi tempat ini dan jika menemukanmu maka akan ditangkap kemudian di introgasi!" Xiao Hua menyalurkan energi birunya ke tubuh Yong Heng, sehingga tubuhnya terasa sangat ringan hingga bisa melayang.

"Ayo pergi, aku menemukan sebuah kota dalam jarak 200 mil, kita lanjutkan pembicaraannya di sana!" Xiao Hua segera membuat Yong Heng melayang puluhan mil dari tanah dan langsung terbang lurus menuju kota yang dituju.

"Aaaa!!! Terlalu cepat! Terlalu cepat!" Teriak Yong Heng dengan putus asa.

Suasana seketika menjadi hening, karena Yong Heng dan Xiao Hua telah pergi dengan kecepatan yang sangat tinggi.

Glegarrr!

Duar!

Namun hanya beberapa detik setelah mereka pergi, sebuah fenomena langit terjadi, langit segera ditutupi oleh awan hitam di tambah dengan beberapa suara guntur yang terdengar hingga puluhan mil.

Kemudian di antara kumpulan awan hitam dengan guntur, terdapat seorang pria tua berambut hitam keputihan yang panjang sepunggung, dia melayang di udara tanpa membutuhkan bantuan apa pun.

"Hmm... Aku tadi merasakan sebuah energi yang sangat kuat di sini, dan sepertinya seorang Praktisi itu yang telah menghancurkan gunung perbatasan. Situasi ini cukup darurat, kekuatannya setidaknya hampir menyamaiku atau mungkin telah melampauiku, harus segera melaporkan ini kepada Leluhur!" Pria tua tersebut berkata dengan cemas.

Dalam sekejap dia kemudian menghilang, begitu juga dengan fenomena langit.

***

Kota Yan

Di sebuah hutan yang dipenuhi pepohonan, terdapat dua orang sepasang laki-laki dan perempuan, mereka adalah Yong Heng dan Xiao Hua.

"Perjalanan tadi terlalu cepat, terbang ke sebuah kota yang berjarak 200 mil hanya dalam 5 detik saja. Apa aku membuat pilihan yang benar, Praktisi terlalu menakutkan! Aku pasti bisa dibunuh hanya dengan sekali pukul saja." Ucap Yong Heng dengan wajah pucat karena perutnya terasa mual, perjalanan 200 mil hanya dalam 5 detik dengan tubuh manusia biasa menurutnya berlebihan.

"Cih, drama mu terlalu berlebihan, suatu hari kau mungkin bisa bergerak dengan sangat cepat hingga ke masa lalu." Xiao Hua mencibir Yong Heng yang terlalu lemah.

"Ke masa lalu?! Oh ayolah, Guru Hua, aku saat ini masihlah seorang manusia biasa, bukan seorang Praktisi yang telah melatih dirinya." Balas Yong Heng dengan lemah.

"Tunggu dulu! Guru Hua, bagaimana cara kita memasuki kota jika kita tidak memiliki satu pun mata uang di sini, dan aku juga sama sekali tidak mengetahui mata uang apa yang menjadi penukaran di Sungai Keabadian!" Yong Heng baru saja sadar, selama dia hidup di wilayah luar Sungai Keabadian, dia pernah ke kota bersama ayahnya untuk menjual hasil ladang mereka dan untuk memasuki kota dibutuhkan sebuah koin perak.

"Hmp! Hal seperti itu saja perlu kau tanyakan, masih ada banyak hal yang harus kau pelajari dariku sepertinya. Baiklah, untuk mata uangnya aku sudah mengetahuinya, mereka di Sungai Keabadian menggunakan Batu Roh. Kemudian, untuk mendapatkannya bukannya jawabannya sederhana?!" Xiao Hua tersenyum tipis dan menatap Yong Heng dengan mata seperti iblis.

"Glek!" Yong Heng meneguk ludah kasar saat melihat mata Xiao Hua yang tampak menyeramkan, 'Firasatku sangat buruk tentang ini!' Ucapnya dalam batin.

Adegan berpindah ke sebuah jalan besar bebatuan yang tersusun rapi, Yong Heng bersembunyi di atas dahan pohon sambil menatap jalanan tersebut dengan tatapan rumit.

"Guru Hua, apa kau serius tentang rencana ini? Apa kau tidak merasa terhina bila Sang Surga Tertinggi merencanakan sesuatu seperti ini, jika kau kembali ke Tanah Abadi apalah itu, kau hanya bisa membuat lubang dan bersembunyi di dalamnya!" Yong Heng berkata dengan nada cemas dan tidak yakin dengan rencana yang dibuat Xiao Hua untuk mendapatkan Batu Roh.

"Haa... Heng'er pemikiranmu terlalu kuno dan naif, di saat ini juga saat kau memasuki Jalan Kultivasi maka kehidupanmu sudah berubah drastis. Bahaya selalu datang di manapun dan kau tidak akan mengetahuinya, memangnya harga diri bisa kau makan untuk bertahan hidup." Balas Xiao Hua.

Ekspresi Yong Heng seketika berubah menjadi datar, 'Haa... Perkataanmu memanglah baik, tapi perbuatanmu berbanding sebaliknya, tapi mau bagaimana lagi. Jika kami melakukannya dekat dengan kota, maka kami akan mendapat bahaya, tidak, lebih tepatnya bukan 'kami' tapi 'aku'.' Batinnya mengeluh.

"Persiapkan dirimu, mereka sudah datang!" Xiao Hua memberi peringatan pada Yong Heng.

Yong Heng seketika menegang dan tatapannya tertuju pada sekelompok orang menggunakan pakaian hanfu sedang mengelilingi sebuah kereta kuda, aura yang kuat muncul dari orang-orang yang berjalan dan mengawal kereta kuda.

"Guru Hua, apa aku benar-benar bisa melawannya?! Jelas sekali mereka adalah seorang Praktisi, aku hanya akan terbunuh jika melawan mereka secara gegabah!" Ucapnya dengan tubuh yang gemetar saat menghadapi kematian, sekilas teringat kenangan di mana dia meninggalkan kedua orang tuanya yang sekarat dan dirinya yang dalam kondisi putus asa.

Xiao Hua yang melihat tubuh gemetar Yong Heng seketika mengetahui apa yang terjadi padanya sebelum bertemu dirinya, "Heng'er, ingatlah apa yang akan ku katakan ini. Jangan pernah menyesali masa lalu yang terjadi sebelumnya, tetapi belajarlah dari masa lalu tersebut, apa kau paham?"

Mata Yong Heng melebar mendengarkan perkataan Xiao Hua, 'Benar, seperti apa yang dikatakan Guru Hua. Jika aku terlalu terpaku dengan masa lalu, hanya akan mengganggu Jalan Kultivasi milikku. Pertama yang perlu kulakukan hanya satu, yaitu menjadi lebih Kuat!' Yong Heng mengepalkan tangannya kuat-kuat, semangat dalam hatinya yang telah padam kini membara dengan ganas.

"Baiklah, hentikan percakapan ini. Segera berangkat, aku akan membimbingmu!" Xiao Hua menepuk punggung Yong Heng.

"Ya, aku berangkat!"

Ilustrasi Xiao Hua :

Bab 3 - Kejahilan Kecil

"Ya, aku berangkat!"

Segera Yong Heng turun dari pohon secara perlahan, sesampainya di tanah dia langsung bergerak cepat mengarah ke jalan bebatuan dan tujuannya yaitu sekumpulan Praktisi yang sedang mengawal kereta kuda dengan kusir yang mengendalikannya berada di bagian depan.

"Siapa di sana!!" Salah satu Praktisi berteriak dan memperingati rekannya untuk waspada.

Mereka semua langsung mengeluarkan pedang dari sarungnya dan menggunakan indra pendengaran untuk melacak keberadaan penyusup, terdengar suara langkah kaki di telinga mereka.

"Sebelah kiri!!" Praktisi memperingati rekannya kembali.

Semua Praktisi segera mengulurkan pedangnya ke sebelah kiri, setelah menunggu beberapa saat, kening mereka mengerut.

"Apa-apaan ini, ku kira seorang Bandit, tapi mereka tidak akan berani mendekati kota Yan sih." Salah satu Praktisi langsung menyarungkan pedangnya kembali, di saat melihat Yong Heng dengan tampilan yang terlihat lemah.

"Benar, ternyata hanya manusia biasa." Ucap salah satu rekan di dekatnya.

"Hoi sampah! Apa yang ingin kau lakukan dengan menghampiri kita!" Tanya Praktisi yang merupakan orang terkuat dari kelompok mereka, berbeda dibanding yang lain dia lebih waspada terhadap Yong Heng.

Praktisi tersebut lebih muda dari pada rekan-rekan lainnya dengan kemungkinan umurnya baru mencapai 15 tahun, perawakannya mempunyai mata hitam yang tajam dan rambut pendek.

"A-A-Aku sebenarnya tersesat selama seharian ini, dan baru saja keluar dari dalam hutan. A-Aku hanya takut, apabila berjalan sendiri lagi, maka akan tersesat kembali ke dalam hutan!" Yong Heng mendekati mereka perlahan dengan wajah yang tegang dan penuh keringat dingin.

"Heng'er, selanjutnya kau hanya harus diam saja dan bertingkah normal!" Bisik Xiao Hua dari dalam cincin di jari Yong Heng.

'Diam saja? Apa maksud Guru Hua?!' Yong Heng tidak mengerti sama sekali dengan apa yang dikatakan Xiao Hua.

Klak!

Swoosh!

"Eh?!" Yong Heng menoleh ke arah lehernya yang berdekatan dengan bilah pedang perak yang mengkilat, seketika setetes darah keluar akibat luka yang diberikan oleh bilah pedang yang tajam.

Yong Heng menoleh ke arah Praktisi di hadapannya yang merupakan orang terkuat di kelompok tersebut, dia melepaskan pedang dari sarungnya dan meluncurkan sebuah serangan tersembunyi yang cepat dan akurat.

"Maaf, aku melakukan ini hanya untuk menguji mu saja. Jalan Kultivasi adalah jalan yang sangat berbahaya sehingga banyak sekali orang mati dalam prosesnya, jadi aku hanya berusaha untuk lebih waspada." Praktisi tersebut langsung menyarungkan pedangnya kembali dan memberikan Yong Heng sebuah kain untuk membersihkan darahnya.

Yong Heng mengambil kain tersebut dengan tangan yang gemetar, kemudian membersihkan darah yang keluar dari lehernya.

"Namaku adalah Luo Dan, umurku baru saja kemarin mencapai 15 tahun." Luo Dan mengulurkan tangan kanannya.

"..." Yong Heng menatap Luo Dan dengan tatapan yang rumit, "Namaku adalah Yong Heng, umur 13 tahun." Yong Heng menjabat tangan Luo Dan.

"Baiklah, kau bisa ikut dengan kami menuju kota Yan, kemungkinan hanya butuh beberapa menit untuk sampai ke sana." Luo Dan segera bergerak kembali bergabung dengan kelompoknya.

Yong Heng segera mendekati Luo Dan untuk mencari tempat yang aman, "Luo Dan, apakah kau salah satu dari mereka?! Kau tampak lebih muda dari mereka, ku pikir kau pasti bukan dari kelompok ini."

"Apa yang kau katakan benar, aku bukan salah satu kelompok mereka. Tujuanku hanyalah pergi ke kota Yan untuk menghadiri pendaftaran murid sekte Aliran Surgawi, karena itulah aku bergabung dengan mereka yang sedang perjalanan bisnis." Balas Luo Dan tanpa menyembunyikan sesuatu.

"Heng'er, ambil pedang yang berada di pinggangnya dan keluarkan dari sarungnya." Bisik Xiao Hua kepada Yong Heng.

"Hah?! Lalu apa?" Tanya Yong Heng.

"Kita buat mereka pingsan saja, serang bagian tengkuk belakang leher!" Balas Xiao Hua.

Yong Heng segera mengulurkan tangan kanannya dan menangkap pedang di pinggang Luo Dan, Yong Heng langsung saja menarik pedang dari sarungnya dan memperlihatkan bilah pedang perak yang terlihat kokoh dan tajam.

"Yong Heng, apa yang kau lakukan?!" Luo Dan menoleh ke belakang, menyadari pedangnya dicuri dan bertanya kepada Yong Heng alasan perbuatannya.

Ledakan energi cukup besar keluar dari dalam tubuh Yong Heng, energi ini hampir menyamai energi milik Luo Dan, mungkin sedikit lebih kuat lagi dibanding Luo Dan.

"Aku memberikan sedikit energi ku ke dalam tubuhmu, selanjutnya, ku serahkan padamu." Ucap Xiao Hua.

'T-Tunggu dulu, bagaimana caranya aku bisa bertarung dengan mereka!' Keluh Yong Heng dalam hatinya, dia saat ini dalam kondisi panik.

Tap! Tap!

'Sial! Aku tidak punya pilihan lain, harus terus maju, tidak bisa mundur!' Yong Heng bergerak dengan cepat ke belakang Luo Dan.

Pak!

Bruak!

Yong Heng yang tidak punya pilihan lain, langsung menyerang tengkuk leher dari Luo Dan dengan cepat, dia sama sekali tidak bisa bereaksi karena pergerakan Yong Heng yang telah melampaui indra miliknya, sehingga Luo Dan yang terserang langsung pingsan terkapar di batu yang kasar.

"Sial! Anak itu telah dikalahkan, meskipun begitu kita ber-sembilan pasti bisa mengalahkannya, kalian semua serang dia!" Praktisi terkuat kedua setelah Luo Dan memberi perintah kepada rekan-rekannya.

Segera sembilan Praktisi bergerak mengepung Yong Heng dari segala sisi, tidak membiarkannya kabur sama sekali ataupun memberi kelemahan mereka kepada Yong Heng.

'Sial! Aku terkepung!' Yong Heng menoleh ke sekitarnya yang sama sekali tidak terdapat celah melarikan diri, kemudian dia menoleh ke atas langit dan tersenyum.

Tap!

Woosh!

"Tidak kusangka, kekuatan fisikku sekarang menjadi lebih kuat dari sebelumnya, dan sekarang bisa melompat setinggi 6 meter dari tanah!" Yong Heng segera turun dan jatuh tepat di belakang seorang Praktisi, menggunakan sarung pedangnya dia memukul tengkuknya.

Bruak!

Tap!

Tidak berhenti sampai sini saja, Yong Heng kembali bergerak dengan cepat dan menyerang Praktisi terdekat dan menyerangnya kembali, membuatnya pingsan hanya dengan satu serangan di tengkuk.

Beberapa detik kemudian, Yong Heng telah membuat pingsan seluruh Praktisi yang melindungi kereta kuda.

"Eh?! Di mana kusirnya? Apa dia pergi karena takut denganku, ya... Itu mungkin saja sih." Yong Heng langsung saja menggeledah tubuh Praktisi yang ada di dekatnya.

Grap!

Yong Heng segera menarik sebuah tas kulit kecil yang disembunyikan Praktisi tersebut, "Tas kulit ini... Mungkinkah di salamnya terdapat Batu Roh?! Kalau begitu, mari kita membukanya." Yong Heng menarik tali yang mengikat tas kulit.

Cling! Cling! Cling!

"Ah, mataku sakit!" Cahaya berwarna biru terang segera keluar dari dalam tas dan bergerak ke mata Yong Heng, membuat matanya terasa sakit sehingga menutup kedua matanya menggunakan satu tangan.

Setelah menunggu selama beberapa detik, akhirnya Yong Heng melepaskan tangannya dari wajahnya. Dia langsung saja melihat sebuah kelereng berwarna biru muda yang bercahaya terang, matanya kini tidak terasa sakit karena membiasakan diri.

"Apa ini adalah Batu Roh?! Menurutku, bukankah ini hanya sebuah kelereng yang bercahaya?" Tanya Yong Heng dengan wajah yang terlihat sedang kebingungan.

"Heng'er, berhentilah membuat wajah yang bodoh. Kau saat ini masihlah manusia biasa dan belum bisa merasakan energi langit dan bumi di sekitar, ya... Wajar saja bila kau menganggap ini hanyalah kelereng bercahaya." Xiao Hua keluar dari dalam cincin yang berada di jari Yong Heng.

Yong Heng yang mendengarkannya hanya menganggukan kepalanya menandakan mengerti, kemudian dia melanjutkan kembali aktivitasnya yaitu mengambil Batu Roh yang berada dalam tubuh para Praktisi.

Xiao Hua yang menatap tingkah Yong Heng hanya menghela napas, 'Anak ini meskipun terlihat bodoh, tapi hanya sifatnya saja. Sebelumnya pada saat dia bertarung, keterampilannya benar-benar mengesankan, bagaikan seperti... Orang yang berbeda!'

"Guru Hua! Guru Hua!" Panggil Yong Heng.

"Eh?! Ada apa, Heng'er." Xiao Hua tersadar kembali dari lamunannya, kemudian menatap Yong Heng.

"Aku sudah mengumpulkan semua Batu Roh yang ada di tubuh para Praktisi, jumlahnya cukup banyak sekitar 120 Batu Roh mungkin. Tapi, Guru Hua, apa melakukan ini akan baik-baik saja?" Yong Heng bertanya dengan nada tidak meyakinkan.

Xiao Hua tersenyum tipis mendengar perkataan Yong Heng, "Tenang saja, Gurumu ini sudah merencanakannya dengan matang kok. Kemudian, lagipula ini hanya kejahilan kecil!" Ucapnya sambil tertawa kecil.

"Um..." Yong Heng menatap Xiao Hua dengan wajah datar, 'Benar-benar sangat tidak meyakinkan, apa aku akan baik-baik saja setelah melakukan semua ini?!'

Ilustrasi Luo Dan :

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!