CINTA TAK TERBACA
Aluna berlari kecil menuju sebuah gubuk yang berada di tengah hutan lindung. Bajunya basah karena terkena air hujan.
Wanita itu mengusap bajunya yang terkena air. Karena basah, baju kaos tersebut membentuk tubuhnya yang langsing.
"Yang lain pada kemana, ya? Apa mereka sudah kembali ke bus?" tanya Aluna dalam hatinya.
Udara dingin terasa menusuk hingga ketulangnya. Aluna bersedekap untuk menghangatkan tubuhnya.
"Hhhmmmmm ...."
Deheman seseorang itu membuat Aluna kaget. Dia langsung memutar tubuhnya, mencari asal suara . Saat melihat dari siapa deheman itu makin membuat dirinya kaget.
"Kamu ... kenapa ada di sini?" tanya Aluna.
Cowok itu hanya tersenyum miring saat Aluna mempertanyakan keberadaannya. Dia menatap tajam ke arah Aluna.
"Ibu guru yang cantik, ternyata memiliki tubuh yang sangat indah." Keenan bergumam dalam hati sambil matanya terus menatap ke tubuh guru muda itu.
Aluna yang merasa pandangan mata murid itu tertuju pada dirinya merasa risih, lalu melihat ke tubuhnya. Dia baru menyadari jika bra dia tercetak jelas karena baju yang dikenakan sangat tipis dan juga basah. Wajah guru wanita itu memerah karena malu.
Aluna menutup dada dengan kedua tangannya. Membuat cowok yang ternyata muridnya itu tertawa.
"Kenapa kamu tertawa, Keenan? Nggak sopan melihat begitu. Aku ini guru kamu!" ucap Aluna dengan suara sedikit tinggi.
Bukannya berhenti untuk tertawa, murid cowok yang bernama Keenan itu makin terbahak melihat Aluna yang cemberut.
Di luar gubuk, hujan makin deras. Sesekali terdengar suara petir menggema di langit. Aluna yang sangat takut akan suara petir, melangkahkan kakinya makin memasuki gubuk itu. Dia bersandar ke dinding bambu yang reot itu.
"Kenapa ibu bisa berada di tengah hutan ini? Apa Ibu mengekori saya?" tanya Keenan.
"Kenapa saya harus mengekori kamu?" Bukannya menjawab pertanyaan Keenan, Bu Guru Aluna bahkan bertanya balik.
Keenan menatap Aluna dari ujung rambut hingga kaki. Wanita itu memakai rok di atas lutut yang memperlihatkan kaki jenjangnya yang putih mulus. Tanpa kedip Keenan melihatnya.
Menyadari pandangan Keenan padanya, Aluna menjadi salah tingkah. Kakinya bergerak sembarang arah. Gerakan itu mampu membuat Keenan tertawa terbahak.
Aluna yang merasa ditertawakan, memandangi Keenan dengan wajah cemberut. "Kamu memang tidak sopan! Aku ini guru kamu. Kenapa memandangi aku seperti itu?" tanya Aluna dengan penuh penekanan.
"Sayang aja pemandangan bagus disia-siakan!" ucap Keenan dengan cengar-cengir.
Belum sempat Aluna berkata sepatah katapun terdengar suara petir menggelegar, seakan ingin meruntuhkan dunia. Guru cantik yang sangat fobia dengan petir itu kaget dan dia spontan memeluk Keenan. Melompat kepangkuan anak muridnya itu.
Keenan juga ikutan kaget, bukan karena petir tapi melihat bu guru yang telah berada dipangkuannya dengan memeluk dirinya erat. Takut Aluna jatuh, Keenan akhirnya ikut memeluk pingang wanita itu.
Wangi tubuh Aluna tercium di hidung Keenan, tanpa sadar dia mendekatkan mulutnya ke kepala guru itu. Menghirup wangi rambutnya.
Aluna dan Keenan tidak menyadari ada segerombolan warga yang sedang melewati hutan lindung itu. Posisi mereka berdua saat ini sangat ambigu jika dilihat pandangan. Aluna yang berada dipangkuan Keenan dan cowok itu memeluk pinggangnya erat.
Segerombolan warga itu datang dari desa sebelah, di seberang hutan. Mereka baru selesai menghadiri acara di desa seberang. Untuk menuju ke desa tempat tinggal mereka, memang harus melewati hutan lindung. Tidak ada jalan selain ini.
Warga itu lalu berhenti tepat di depan gubuk, mereka melihat Aluna dan Keenan yang sedang berpelukan menjadi geram dan marah. Berpikir kedua orang itu sedang melakukan hal tidak senonoh.
"Apa yang kalian lakukan di sini?" tanya salah satu warga dengan suara lantang. Sedangkan yang lainnya berdiri dibelakang pria yang bicara tadi.
Mendengar suara seseorang yang cukup keras itu, Aluna dan Keenan kaget. Mereka saling berpandangan. Guru wanita itu baru menyadari posisinya yang berada dipangkuan Keenan, dia langsung turun.
Aluna dan Keenan berdiri tegak dihadapan warga. Murid cowok itu menyadari baju gurunya yang tipis dan memperlihatkan bra yang dipakai, langsung membuka jaket dan meyerahkan pada Aluna.
"Pakai jaket ini! Baju Ibu sangat tipis dan memperlihatkan pakaian dalam Ibu," bisik Keenan.
Aluna melihat ketubuhnya dan langsung mengenakan jaket yang diberikan Keenan. Dia baru sadar, kenapa pria-pria itu memandanginya dengan tajam. Rona merah terlihat di mimik wajahnya karena menahan malu.
"Apa yang sedang kalian lakukan di gubuk ini?" tanya salah satu warga lagi.
Ada sekitar sepuluh orang, delapan pria dewasa dan dua wanita paruh baya. Semua seolah ingin menguliti mereka berdua.
"Maaf, Pak. Kami tidak melakukan apa-apa. Cuma numpang berteduh," jawab Aluna dengan lembutnya.
"Berteduh sambil berbuat mesum," ucap pria yang satunya.
Mendengar ucapan pria itu, Keenan menjadi emosi. Tangannya terkepal menahan amarah. Pemuda itu maju dan berdiri tepat dihadapan pria itu.
"Apa maksudmu kami berbuat mesum? Jaga mulutmu!" ucap Keenan dengan emosi.Wajahnya tampak tegang dan memerah menahan emosi.
Aluna yang tidak ingin masalah makin melebar, menarik tangan Keenan agar muridnya itu mundur. Wanita itu lalu tersenyum pada semua warga.
"Maaf, Bapak, Ibu, kami tidak mungkin berbuat mesum. Saya ini guru dari Keenan, mana mungkin saya berbuat hal tidak terpuji dengan murid sendiri." Aluna berucap dengan suara lembut.
Wajah Keenan terlihat tegang dengan rahang yang tampak jelas. Mungkin masih menahan emosinya. Pemuda itu tampak menarik napas dalam.
"Guru dan murid? Kamu seorang guru?" tanya seorang ibu.
"Iya, Bu. Saya guru. Kami ke sini untuk study tour. Tapi kami terpisah dari rombongan. Jika ibu tidak percaya, saya bisa perlihatkan tanda pengenal saya," ujar Aluna.
Dia mengambil kartu pengenal dari yayasan. Ibu Aluna lalu memperlihatkan pada warga.
"Sudahlah, Buk. Buat apa menjelaskan semuanya. Lebih baik kita pergi dari sini," ucap Keenan dengan angkuhnya.
Dia lalu berjalan menuju pintu gubuk, tapi langkahnya dihentikan warga. Mereka menutup pintu dan tidak mengizinkan Keenan keluar.
"Apa-apaan ini? Kenapa kalian menghalangi langkahku! Aku mau pulang!" ucap Keenan dengan arogannya.
Wajahnya memerah menahan emosi. Rahangnya tampak mengeras.Tidak pernah ada yang berani melarang apa yang dia lakukan selama ini.
"Kamu tidak boleh pergi! Kalian berdua harus disidang!" Salah seorang warga berucap.
"Kenapa harus disidang? Apa hak kalian melakukan itu padaku?" tanya Keenan dengan suara tinggi.
Aluna yang menyadari keadaan mulai tidak kondusif, maju mendekati Keenan. Jika mengikuti emosi, Aluna juga tidak terima atas tuduhan warga terhadapnya.
"Jangan bicara dengan suara tinggi begitu. Kita ikuti saja apa maunya warga. Nanti kita bisa jelaskan semua di Balai Desa," ucap Aluna dengan muridnya itu.
"Kenapa kita harus mengikuti apa kata mereka? Kita tidak melakukan apa-apa," ucap Keenan dengan suara makin tinggi.
Aluna menarik napas dalam. Dia mengerti jika anak didiknya ini emosi. Namun, semua tidak akan terselesaikan jika mengikuti amarah. Jalan terbaik yang harus dilakukan memang dengan musyawarah.
"Jadi apa yang harus kami lakukan?" tanya Aluna.
"Kalian berdua harus mengikuti kami menuju Balai Desa. Nanti di sana akan diputuskan apa yang harus kalian lakukan!" ucap salah satu warga.
"Baiklah, kami akan ikut ke Balai Desa." Aluna berkata dengan suara pelan.
Dia lalu mendekati Keenan dan mengajak muridnya itu untuk mengikuti apa maunya warga. Mereka berdua dan ke sepuluh warga berjalan menuju Balai Desa.
Aluna tidak melihat bus yang tadi mereka tumpangi. Mungkin yang lain sudah pulang duluan. Keenan berjalan dengan langkah terpaksa mengikuti warga.
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
𝐙⃝🦜 ⏤͟͟͞Ra-iső Kᵝ⃟ᴸ
kesini karena dipromotein dikarya baru kak reni 🤣
2024-09-07
2
@❤️⃟Wᵃf 𝐀⃝🥀🤎ᴹᴿˢ᭄MAMI•§¢•❀∂я
mampir
2023-08-03
0
Aprisya
maaf mam baru hadir,, niat hati tadinya mau nampung tapi gak kuaaatt..
2023-07-07
1