Keenan terbangun dari tidurnya. Sejak sore pemuda itu membaringkan badannya. Dia melihat jam di tangan, telah menunjukan pukul delapan malam. Cowok itu memegang perutnya yang terasa lapar.
"Sudah jam delapan malam. Waktunya makan malam. Pantas perutku demo minta diisi," gumam Keenan pada dirinya sendiri.
Dengan langkah panjang cowok itu menuju dapur. Di meja makan terlihat Ibu Aluna yang sedang menyantap makanannya dengan lahap.
Keenan mencoba mendekati. Melihat menu yang ada di atas meja, cowok itu nyengir.
"Apa ini yang Ibu masak?" tanya Keenan melihat menu di meja.
"Ikan teri balado," jawab Aluna dengan tetap menyuap nasi ke mulut.
Keenan mengaduk lauk itu. Lalu mengambil sesendok lalu menciumnya. Dia kembali memandang Aluna dengan tatapan heran melihat wanita itu yang makan dengan lahapnya.
"Apakah ini ada gizinya?" tanya Keenan. Dia menarik kursi dan duduk berhadapan dengan wanita yang berstatus sebagai guru sekaligus istrinya saat ini.
"Aku tidak peduli makanan itu ada atau tidak ada gizinya, yang terpenting bisa membuat perutku kenyang." Aluna menatap muridnya itu yang masih terus memandangi sambal teri itu.
"Ikan teri itu tidak akan berubah menjadi ikan kakap walau kamu memelototinya," ucap Aluna.
"Aku nggak mau makan ini. Bisa-bisa aku mati keracunan." Keenan berdiri dari duduknya. Baru saja dia akan melangkahkan kakinya, terdengar suara dari perutnya. Aluna yang mendengarnya langsung tertawa terbahak.
Keenan membalikkan badannya, kembali menghadap Aluna. Dia tampak cemberut karena Aluna yang menertawakan dirinya.
"Yakin tidak mau makan? Aku simpan ke kulkas aja kalau kamu memang tak mau." Aluna lalu mengangkat piring itu.
Keenan menahan tangan Aluna, agar meletakan kembali lauk itu ke meja. Aluna tersenyim melihat itu. Dia menaruh kembali lauk ikan teri balado itu.
Muridnya itu mengambil nasi secentong dan lauk sesendok ke piring. Dengan gerakan pelan, dia menyendokan nasi dan lauk itu ke mulut. Keenan mengunyah perlahan, dan akhirnya menyendok lagi dengan cepat.
Tanpa rasa malu Keenan menambah nasi hingga dua kali. Aluna jadi tersenyum-senyum melihat murid dan juga suaminya itu makan dengan lahap. Tiga piring ludes masuk ke perut. Terdengar suara sendawa dari mulut cowok itu.
"Apa kamu nggak takut mati setelah menyantap tiga piring nasi dengan lauk ikan teri itu?" tanya Aluna sambil tersenyum.
"Jangan bangga dulu, aku makan banyak karena lapar. Bukan karena masakanmu enak," ucap Keenan sambil mengusap perutnya yang telah kenyang.
Aluna tidak peduli dengan ucapan Keenan, dia membersihkan piring kotor dan mencucinya. Sementara itu Keenan beranjak dari dapur menuju ruang keluarga sekaligus ruang tamu di apartemen itu.
Setelah mencuci piring dan membersihkan dapur, Aluna menyusul suaminya itu. Duduk di samping Keenan.
"Ingat ya, Bu. Besok di sekolah kita harus pura-pura tidak dekat. Jangan ada satu orangpun yang tahu jika kita telah menikah!" Ancam Keenan.
"Aku juga tidak ingin ada yang tahu jika kita menikah. Apa kata dunia, aku yang seorang guru, pintar, cantik menikah dengan pemuda labil seperti kamu?" Aluna bertanya dengan angkuhnya.
Keenan tertawa mendengar ucapan ibu gurunya itu. Rasa percaya diri Aluna terdengar lucu ditelinganya.
"Apa Ibu tidak salah? Yang seharusnya malu itu aku bukan Ibu. Aku, seorang cowok yang terkenal paling tampan di sekolah menikah dengan guru," ucap Keenan dengan suara yang kesal.
"Begini saja, kita harus buat surat perjanjian yang harus kita tanda tangani."
"Siapa takut, itu akan lebih baik," ujar Keenan.
Aluna berdiri dari duduknya. Langkah kakinya menuju kamar. Sepuluh menit kemudian Aluna datang dengan selembar kertas dan pena. Wanita itu menuliskan poin yang harus mereka sepakati.
Setelah menuliskan poin yang harus mereka patuhi, wanita itu menempelkan materai di atas kertas. Dia menyerahkan kepada Keenan untuk di baca sebelum menandatangani.
Satu persatu poin yang ditulis di atas lembaran kertas itu dibaca Keenan. Dahinya tampak berkerut membacanya.
Poin yang tertulis diantaranya adalah, tidak adanya kontak fisik, tidak boleh melarang apa yang dikerjakan pasangan. Di sekolah mereka harus pura-pura tidak akrab. Setelah membacanya, Keenan langsung menanda tangani.
Aluna membawa surat perjanjian itu ke kamar dan menyimpannya. Dia lalu membaringkan tubuh ke kasur.
Sinar matahari masuk melalui celah jendela membuat Aluna terbangun dari tidurnya. Wanita kaget saat melihat ke samping, terlihat Keenan yang tertidur pulas. Aluna mengambil bantal dan memukul tubuh cowok itu, sehingga dia kaget dan bangun.
"Apa-apaan sih, Bu. Aku lagi enak tidur." Keenan mengambil bantal tadi dan memeluknya.
"Apa kamu tidak sekolah?" tanya wanita itu.
"Emang jam berapa?" tanya Keenan dengan mata yang tetap tertutup.
"Jam enam," jawab Aluna.
Keenan kaget dan langsung duduk mendengar itu. Dia lalu berjalan menuju kamar mandi. Melihat itu, Aluna juga berdiri dan mengejar cowok itu. Menghadangnya agar tidak masuk ke kamar mandi.
"Minggir, Bu. Saya harus segera mandi!" Keenan mendorong tubuh Aluna pelan, agar beranjak dan tidak menghalanginya.
"Aku harus yang mandi duluan. Sebagai guru aku tidak boelh terlambat," ujar Aluna.
"Kalau begitu, bagaimana kalau kita mandi bareng. Bukankah kita telah menjadi suami istri!" Keenan berkata sambil menaik turunkan alisnya dengan genit.
Mendengar ucapan Keenan, bulu kuduk Aluna merinding. Dia akhirnya mengalah dan berjalan menuju sofa.
Lima belas menit berlalu, Keenan keluar dengan handuk kecil yang hanya melilit dari pinggang hingga pangkal paha. Melihat itu Aluna langsung menutup matanya.
"Apa kamu tidak memiliki handuk yang lebih besar. Kamu nggak tahu malu!" Aluna mengucap dengan suara lantang.
Keenan tertawa melihat tingkah lucu gurunya. Jika dilihat dari umur, wanita itu sudah termasuk dewasa, tapi tingkahnya seperti anak kecil saja.
"Aku lebih suka memakai handuk kecil ini. Ibu jangan pura-pura menutup mata. Aku tahu kamu mengintip dari celah jari!" ucap Keenan.
"Buat apa mengintip. Jangan menuduh, ya!"
Keenan tertawa melihat Aluna yang marah. Wanita itu bangun dari duduknya dan langsung masuk ke kamar mandi.
Baru masuk dan menutup pintu kamar mandi itu, terdengar teriakan dari dalam. Suara teriakan itu membuat Keenan kaget dan mendekati kamar mandi.
...----------------...
Bonus visual Ibu Guru Aluna.
Bonus visual Keenan
Selamat pagi semuanya. Mama mohon dukungannya di karya terbaru ini. Lope-lope sekebon ❤❤❤
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Nah enak kan Ken..kalo tambah petai atau jengkolnya lagi mantoopp..🤣🤣😋😋😋
2025-03-22
0
Qaisaa Nazarudin
visualnya dewasa banget..carilah visual yg imut2 dikit lah..
2025-03-22
0
Nabila
aku suka park min Young
2024-02-22
0