Aluna dan Keenan kaget ketika mendengar suara ketukan di pintu kamarnya. Dia membuka pintu itu dan tersenyum dengan Ibu Amina pemilik rumah.
"Bu Aluna kenapa menjerit?" tanya Bu Amina.
"Tadi aku melihat ada ular, Bu," ucap Aluna dengan spontan.
"Ular ...? Di mana?" tanya Ibu Amina. Didorongnya pintu agar terbuka lebih lebar. Bu Amina masuk dan mengelilingi kamar.
"Di mana ada ularnya, Bu?" tanya Bu Amina lagi.
Aluna tersenyum simpul menanggapi pertanyaan Bu Amina. Dia lalu mendekati wanita paruh baya itu.
"Ibu jangan panik begitu, aku ternyata salah lihat. Bukan ular tapi cacing. Kecil banget, kok!" ucap Aluna. Setelah mengucapkan itu, Aluna tersenyum mengejek yang ditujukan pada Keenan.
Keenan yang mengerti jika ucapan Aluna itu untuk meledeknya, melototkan mata pada wanita yang telah berstatus sebagai istrinya itu.
"Oh, Ibu kira memang ada ular. Maaf ibu jadi ganggu pengantin baru, nih. Padahal mungkin menjeritnya tadi karena melihat ular yang jadi pegangan hidup, jika dipegang hidup," ucap Ibu Amina sambil tertawa.
Aluna dan Keenan jadi saling pandang mendengar ucapan ibu itu. Setelah Ibu Amina keluar, Aluna segera mengunci pintu kamarnya.
"Bu Aluna ngomong apa tadi? Melihat cacing bukan ular. Yakin? Atau aku lihatkan lagi?" tanya Keenan dengan senyuman smirk nya.
"Jangan macam-macam Keen, aku ini gurumu!" ucap Aluna dengan penuh penekanan.
"Guru ...? Apa Ibu lupa jika kita telah menikah dan saat ini Ibu adalah Istriku. Jadi ibu harus patuh dan mendengar apa yang aku katakan sebagai seorang suami. Dosa jika membantah ucapan suami. Ingat, Bu!" ucap Keenan dengan senyum liciknya.
Aluna jadi terdiam mendengar ucapan Keenan. Dia tidak bisa membantah, karena apa yang cowok itu katakan benar adanya.
Dengan langkah pelan, Aluna menuju tempat tidur. Membaringkan tubuhnya yang letih. Saat ini, bukan hanya tubuh yang terasa lelah, tapi juga pikirannya. Hari ini, dia yang awalnya hanya ingin menenangkan pikiran dengan mengikuti studi tours harus berakhir dengan menikahi muridnya sendiri.
Beruntung Aluna hanya hidup seorang diri, tanpa ada kedua orang tuanya. Sehingga tidak butuh restu dari keluarga.
Aluna mencoba memejamkan mata, tapi tidak jadi karena merasakan ada tubuh yang ikut berbaring di samping dirinya . Aluna membuka matanya. Menolak tubuh itu untuk segera menjauh.
"Kamu dibawah, aku di atas," ucap Aluna dengan mendorong tubuh Keenan.
"Jangan mengada-ngada deh Buk, aku masih perjaka. Dan belum mau melepaskannya untuk saat ini. Apa Ibu udah kebelet kawin?" tanya Keenan dengan mata melotot.
Aluna menendang tubuh Keenan hingga terjatuh ke lantai. Pria itu memegang ekornya yang terasa sakit karena mendarat dengan mulusnya di lantai.
"Kenapa ibu menendangku. Ini namanya kekerasan dalam rumah tangga," ucap Keenan.
"Kamu itu yang mengada-ngada. Pikirannya kotor. Siapa yang inginkan perjaka kamu? Aku juga masih perawan ya! Aku hanya minta kamu tidur dibawah dan aku diatas. Bukan seperti yang ada di isi kepala kamu," ucap Aluna dengan cemberut.
Aluna tidak habis pikir kenapa pemuda itu bisa memikirkan hingga ke sana. Dia kembali memejamkan matanya. Keenan akhirnya terpaksa tidur di lantai.
Tengah malam, Bu Aluna terbangun dan melihat Keenan tidur dengan meringkuk menahan dingin. Wanita itu lalu mengambil selimut dan menyelimuti tubuh Keenan yang menggigil kedinginan.
Matahari yang bersinar, membuat keduanya membuka mata. Sinarnya masuk melalui celah dinding rumah yang terbuat kayu.
Keenan yang melihat tubuhnya tertutup selimut menjadi tersenyum. Ternyata Bu Aluna masih peduli padanya.
Aluna keluar dari kamar menuju kamar mandi yang berada di belakang rumah. Dia membasuh wajahnya dengan air saja karena sabun mencuci mukanya tidak dibawa. Setelah Aluna selesai barulah giliran Keenan.
Keduanya sarapan dengan nasi goreng yang disediakan tuan rumah. Aluna merasa malu karena harus merepotkan orang.
Satu jam setelah sarapan, keduanya kembali dikagetkan dengan kedatangan seorang pria paruh baya. Siapa yang tidak kenal dengan Bapak Bramantyo, pemilik sekolah tempatnya mengajar.
"Kenapa Bapak Bramantyo sampai ke sini? Apa berita pernikahan aku dan Keenan telah tersebar di sekolah, sehingga ketua yayasan ingin menkonfirmasi kejadian sebenarnya?" tanya Aluna dalam hatinya.
Bramantyo masuk dan duduk di hadapan keduanya. Aluna hanya bisa menunduk malu.
"Bu Aluna, Keenan, saya telah mendengar semuanya dari kepala desa, Saya harap kalian bisa mengambil hikmah dari kejadian ini," ucap Bramantyo.
"Maaf, Pak. Sebenarnya itu tidak seperti yang mereka yang dibayangkan. Saya kaget dan spontan naik pangkuan Keenan, bertepatan dengan warga yang lewat, jadi mereka berpikir kami melakukan hal yang mesum," ucap Aluna menjelaskan.
"Apa pun kejadian yang menimpa kalian saat ini, kamu ambil saja hikmahnya. Mungkin kalian memang berjodoh," ucap Bramantyo.
"Papi sih enak, tinggal ngomong aja. Yang menjalani nanti aku dan Bu Aluna. Apa kata teman-temanku jika mereka tahu aku dan Bu Aluna menikah," ucap Keenan.
"Papi ...?" tanya Aluna.
"Iya, ini Papi aku. Emang kenapa?" tanya Keenan.
Aluna lalu memandangi wajah keduanya. Baru disadari jika keduanya memiliki wajah yang mirip.
Setelah pamit dengan tuan rumah dan memberi sedikit uang, Papi mengajak keduanya ke balai desa untuk pamit pada kepala desa.
"Kenapa mesti pamit dengan orang itu. Aku tidak suka. Dia telah memaksa aku menikah," ucap Keenan dengan sedikit emosi.
"Bersyukur kalian hanya dinikahkan. Jika dicambuk dan diarak keliling kampung, bagaimana? Makanya sebelum datang ke desa orang itu, pelajari dulu adat istiadat dan peraturan desa itu," ucap Bramantyo.
Dia mengajak putranya dan Bu Aluna pamit dengan kepala desa. Setelah itu barulah mereka kembali ke kota.
Sepanjang perjalanan, baik Aluna dan Keenan hanya diam saja. Dalam dua puluh empat jam kehidupan mereka berubah, dari guru dan murid berubah menjadi suami istri, seperti cerita novel saja, pikir Aluna dalam hatinya.
Papi Bramantyo membawa kedua ke sebuah apartemen mewah. Aluna melihat dengan takjub. Ayah dari Keenan itu ingin memberikan itu sebagai hadiah pernikahan putranya.
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Waduuhhj kalo gini mah takutnya keluarga Keenan gak bisa nerima mantu hanya dari keluarga bawah,Biasanya orang kaya kan gitu..
2025-03-22
0
Qaisaa Nazarudin
Waahh Ternyata di luar nurul ku..Ku pikir mertua akan marah2 dan langsung nyuruh pisah atau apalah gitu..
2025-03-22
0
Qaisaa Nazarudin
Ayah mertua kamu itu Lun..
2025-03-22
0