Aluna menghentikan langkahnya dan memandangi Pak Daniel sambil tersenyum. Dia tidak tahu jika pria itu mengikutinya hingga ke ruang BK.
"Hubungan kami adalah, guru dan murid. Kenapa Pak Daniel? Apa ada yang salah?" Aluna bertanya dengan kata-kata yang penuh penekanan. Terkadang Aluna berpikir, apa yang dikatakan suami kecilnya Keenan, ada benarnya. Pak Daniel ini seperti hantu yang selalu menghantui dirinya.
"Sepertinya kalian sering bertemu dan berduaan. Kebetulan atau emang sengaja?" tanya Pak Daniel lagi.
Aluna tampaknya kurang suka dengan pertanyaan yang Daniel berikan terbukti dengan wajahnya yang langsung berubah masam. Wanita itu menarik napas dalam dan panjang. Ingin rasanya berteriak mengatakan pada semua, jika Keenan adalah suaminya.
"Maaf, Pak Daniel. Saya rasa pertanyaan Bapak itu sangat pribadi. Kebetulan atau sengaja kami janjian, saya rasa tidak merugikan siapapun. Kami tidak melakukan hal yang salah." Aluna berucap dengan penuh penekanan.
"Ibu Aluna jangan salah paham. Saya bukannya ingin tahu pribadi Ibu. Cuma saya heran saja karena Ibu sering terlihat berdua. Aneh saja guru wanita yang masih singel sering jalan dengan muridnya."
Tanpa mereka tahu, Keenan berdiri di belakang mereka. Tangannya sudah terkepal ingin meninju Pak Daniel. Beruntung Aluna melihat. Dia langsung menggelengkan kepala pada suaminya itu.
"Bapak terlalu ikut campur dengan urusan saya dan Bu Aluna," ucap Keenan dengan lantang.
Pak Daniel yang membelakangi Keenan menjadi kaget mendengar suara muridnya itu. Dia lalu membalikan badan menghadap cowok itu.
"Sudah Bapak katakan tadi dengan Bu Aluna, jika Bapak hanya ingin tahu. Untuk menjawab keheranan pada diri ini."
"Itu semua bukan urusan Bapak. Papi saya saja tidak pernah keberatan dengan apa yang saya lakukan."
Melihat Keenan yang mulai emosi, Aluna lalu mendekati muridnya. Dia tidak ingin suaminya itu melakukan kesalahan.
"Maaf, Pak Daniel. Saya ada perlu dengan Keenan. Sedikit konseling," ujar Aluna agar Pak Daniel mengerti dan pergi menjauh dari tempat ini.
"Oh, baik Bu. Saya pamit. Maaf mengganggu," ucap Daniel dan pergi berlalu dengan langkah pelan sepertinya keberatan.
Setelah Daniel menjauh, Aluna meminta Keenan masuk. Dia mengecup pipi suaminya untuk meredakan emosi Keenan. Ternyata apa yang Aluna lakukan memang mujarab, cowok itu langsung tersenyum.
"Kemarin janji tidak akan marah dan emosi, mana buktinya?" Aluna berkata dengan suara manja agar emosi Keenan benar-benar reda.
"Tidak tahu kenapa, kalau melihat Pak Daniel bawaannya langsung emosi saja. Mungkin karena aku tahu jika dia menyukai kamu," ucap Keenan.
Diraihnya tangan Aluna dan mengecupnya. Keenan juga tidak mengerti kenapa dia begitu takut jika Aluna didekati pria lain. Padahal jika Keenan mau, dia bisa mendapatkan cewek mana pun bahkan yang lebih dari Aluna. Namun, dengan Aluna dia merasakan kenyamanan dan ketenangan.
"Kamu harus bisa menjaga emosi, jangan keceplosan. Ingat perkataan Papi, jika kita harus merahasiakan ini hingga kamu lulus ujian."
"Papi sampai mengancam, jika aku meninggalkan kamu, semua fasilitas akan dicabut. Kamu itu pakai pelet apa sih, kok membuat semua orang suka?" tanya Keen dengan mulut manyun membuat Aluna tersenyum.
Keenan berdiri dan mendekati Aluna, dia lalu mengecup pipi istrinya itu. "Aku sayang kamu, aku ingin kita hidup menua bersama."
Aluna tersenyum membalas ucapan suaminya. Keen lalu mengecup bibir Aluna. Saat dia akan menuntut lebih, terdengar suara langkah kaki mendekat. Keen cepat kembali ke tempat duduknya.
Terlihat Fanny masuk, dan dia menatap kedua orang itu. Raut wajah gadis itu langsung cemberut, tidak suka dengan apa yang dia lihat.
"Ada apa, Fanny? Ada yang bisa Ibu bantu?" tanya Aluna dengan lembutnya.
"Tadi guru piket meminta saya untuk memanggil ibu agar mengisi kelas. Guru bahasa indonesia tidak hadir karena sakit. Ibu di minta mengawasi kelas kami." Fanny mengatakan dengan mata yang terus menatap ke arah Keenan.
Keenan yang menyadari matanya Fanny ke arah dirinya, menjadi risih. Dia tidak mau Aluna cemburu.
"Kalau bicara itu biasakan mata menatap ke arah lawan bicara bukan dengan orang lain." Keenan berkata dengan ketus.
Fanny langsung mengalihkan pandangannya pada Aluna. Wanita itu tersenyum agar Fanny tidak merasa malu karena dimarahi Keenan.
"Kamu bisa duluan ke kelas. Ibu akan segera menyusul."
"Baik, Bu. Keen apa kamu tidak sekalian ke kelas?" tanya Fanny.
"Lo duluan aja, gue ntar nyusul!" ucap Keenan.
Fanny melangkahkan kaki keluar ruangan. Setelah Fanny menjauh, Keenan mendekati Aluna dan mengecup bibirnya.
"Ingat nanti di kelas jangan genit. Apa lagi nanti kalau di goda jangan membalas dengan senyuman!" Keenan memperingati Aluna.
Keenan berjalan dahulu menuju kelas, tidak berapa lama Aluna menyusul. Berjalan pelan memasuki kelas IPS 1 itu.
Saat Aluna memberi salam semua mata langsung tertuju pada pintu masuk. Semua murid cowok bersorak gembira melihatnya.
"Selamat Pagi semuanya, karena ibu Dewi berhalangan datang, ibu akan menggantikan mengajar. Seperti pesan yang Ibu Dewi kirimkan, kalian semua di minta membuat pantun. Ibu beri waktu setengah jam. Masing-masing buat pantun dan bagi yang telah selesai harap dibacakan nanti."
Aluna menjelaskan dengan suara lembut, membuat sebagian murid cowok terdiam memperhatikan dengan mulut terbuka karena kagum dengan kecantikan dan kelembutan Aluna.
Kelas yang biasanya tenang menjadi riuh, Keenan yang paling diam. Dia tidak suka murid cowok pada cari perhatian dengan istrinya. Aluna sesekali mencuri pandang pada suami kecilnya, barulah cowok itu tersenyum.
Setengah jam kemudian, Aluna meminta pada murid yang telah selesai membuat pantun untuk membacakannya.
"Siapa yang pertama ingin membacakan pantunnya?" tanya Aluna.
Ari langsung tunjuk tangan. Hal itu membuat Keenan kembali cemberut. Dia tahu jika temannya itu sangat mengagumi Aluna.
"Pergi ke kota menjelang fajar. Lihat rumah banyak dipagar. Kalau Bu guru yang mengajar, pikiran kami menjadi segar," ucap Ari.
Semua murid bersorak dan bertepuk tangan. Setelah itu Dewa yang menunjuk tangannya.
"Batu besar ada sebongkah. Warnanya putih terkena getah. Kalau Bu Guru nanti menikah. Pasti banyak hati yang patah."
Kembali semua bersorak dan kelas makin heboh. Keenan manarik napas dalam, tidak suka dengan semuanya. Kali ini Beni yang tunjuk tangan.
"Ada kangguru jangan dikejar. Biar saja makan daun talas. Kalau Bu Guru yang mengajar. Saya ikhlas tak naik kelas."
Kali ini Keenan tidak bisa menahan emosi, dia langsung ke luar kelas.
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Woowww Keren..👏👏👏👏💃💃💃💃💃😆😆😆
2025-03-22
0
lily
jarak umurnya brpa taun sih,,,? 8 taun?
2024-03-08
2
Sue Salmi
single* not singel..pls do a correction /CoolGuy/
2024-02-21
0