Aluna berjalan mundur dan menjauh dari keramaian. Duduk di trotoar jalan. Tangisnya pecah. Dia tidak menyangka jika menjadi taruhan.
"Keen, apa begini yang kamu katakan cinta. Aku kamu jadikan taruhan. Apa kamu pikir aku barang yang bisa dipindahkan?" Aluna bertanya dengan dirinya sendiri.
Dia syok mendengar salah satu pria itu mengatakan jika taruhan dalam balapan kali ini dirinya. Jika Keenan kalah berarti dia harus rela melepaskannya.
"Kamu jahat, Keen. Hanya sebesar inikah cinta kamu. Baru saja aku percaya dengan pria, kamu kembali mematahkannya. Ternyata semua pria itu sama. Tidak ada yang benar-benar tulus."
Aluna mendengar suara yang mengatakan balapan di mulai. Suara deru motor membuat kesadaran wanita itu kembali. Dia berdiri dan menghapus air matanya dengan kasar.
"Mulai saat ini aku tidak percaya lagi yang namanya cinta. Aku tidak merasa sedih jika seseorang yang kita sayangi berbohong padaku. Justru aku merasa sedih karena sejak saat itu aku tidak bisa lagi mempercayaimu. Mulai sekarang akan ku katakan pada diriku sendiri, tidak perlu menempatkan seseorang terlalu dalam di hati. Tak usah menaruh kepercayaan terlalu tinggi pada seseorang. Jangan menaruh harapan pada seseorang terlalu berlebihan. Karena semua itu pernah kulakukan dan ternyata kenyataan begitu menyakitkan."
Aluna melihat dua putaran telah berlalu. Tadi dia sempat mendengar jika balapan dilakukan hingga empat putaran. Dengan langkah berat, Aluna menyeruak keramaian itu. Dia berdiri di barisan terdepan.
Saat putaran ketiga, Keenan melihat kehadiran Aluna. Mata mereka bertemu. Dapat pria itu lihat jika air mata menetes di pipi istrinya.
konsentrasi Keenan terbagi saat akan melakukan putaran ke empat cowok itu terjatuh. Hingga Jack yang semula berada jauh dibelakang Keenan bisa melampaui Keenan. Dengan senyum liciknya dia melihat ke arah Keenan.
Pikiran Keenan akhirnya kembali. Dia cepat berdiri dan menaiki motornya kembali. Dengan kecepatan tinggi Keenan melajukan motornya.
Tiga ratus meter kedepan garis finish. Jack masih memimpin, Keenan tentu saja tidak membiarkan kemenangan jatuh ke tangan Jack. Dengan kecepatan yang jauh lebih tinggi, cowok itu melaju. Akhirnya dia bisa melampaui Jack.
Kemenangannya telah di depan mata, akhirnya Keenan sampai di garis finish. Belum sempat dia mematikan mesin motornya, dari belakang Jack menabraknya dengan keras, sehingga Keenan terpelanting dari atas motornya. Teriakan cewek-cewek terdengar histeris.
Aluna yang melihat Keen terhempas ke aspal ikutan menjerit. Walau saat ini dia kecewa pada suaminya itu, tapi rasa kuatir tetap menghantuinya. Dia berlari ke tempat Keen jatuh tergeletak di aspal.
"Keen ...." Teriak Aluna. Wanita itu lalu memeluk tubuh Keen. Pria itu tidak merespon karena telah pingsan.
Aluna teringat dengan taksi yang dia minta menunggu tadi. Wanita itu lalu meminta tolong pada tiga orang cowok yang Luna yakin temannya Keenan, untuk mengangkat tubuhnya ke taksi.
Setelah mengucapkan terima kasih, Aluna masuk ke taksi. Meminta supir taksi untuk melaju menuju rumah sakit terdekat. Di dalam taksi Aluna terus menangis.
Sampai di rumah sakit Keen langsung masuk ruang IGD. Aluna mencoba menghubungi Papi Keen, yang menjawab istrinya. Wanita itu mengatakan jika dia dan Papi Bramantyo sedang di luar negeri.
Satu jam berlalu, Keen akhirnya dipindahkan ke ruang perawatan. Namun, dia belum sadarkan diri. Dokter mengatakan dia hanya cedera ringan. Beruntung Keen menggunakan helm terbaik sehingga benturan itu tidak menyebabkan cedera di kepala.
Aluna yang telah mengantuk tertidur di samping suaminya itu. Dari tadi wanita itu hanya menangis. Walau dia tidak menerima sikap Keen, tapi Aluna tidak mungkin meninggalkan pria itu sendirian.
Tepat jam tiga dini hari, Keen membuka matanya. Dia melihat ke samping. Ada Aluna yang tertidur duduk. Keen mengusap kepala istrinya itu. Air mata menetes dari sudut matanya.
"Maafkan, aku. Bukannya aku ingin membohongi kamu, tapi aku belum siap dan berani mengatakan kebenaran itu."
Keen merasa terharu melihat ada seseorang yang mengkuatirkan dirinya. Ini bukan pertama kali dia masuk rumah sakit karena balapan. Biasanya dia hanya seorang diri atau temannya yang menemani tapi saat ini ada seseorang yang dia sayangi.
Setiap dia mengalami kecelakaan, Papi tidak akan mau menemuinya. Hanya pembayaran rumah sakit saja yang dia urus. Itu pun diwakili bawahan Papi.
Papi akan menghubungi Keen hanya untuk memarahi dan menasihati, bukan untuk menjenguknya. Alasan pria paruh baya itu adalah karena itu kesalahan dirinya jadi harus bisa bertanggung jawab dengan diri sendiri.
Keenan terus mengusap rambut istrinya hingga Aluna terbangun. Dia membuka mata dan melihat ke arah Keenan, suaminya itu tersenyum, tapi tidak di balas wanita itu. Keen tahu jika saat ini pasti Aluna masih marah dengannya. Baginya itu tidak masalah asal dia tetap di sampingnya.
Aluna berdiri dan mendekati suaminya itu. "Mau minum?" tanya Aluna dengan suara datar. Keen menjawab dengan menggelengkan kepalanya.
"Tidurlah di sofa itu. Masih terlalu pagi kamu bangun!" Keen mengucapkan dengan suara pelan karena masih merasakan sakit di sekujur tubuhnya. Mungkin karena hantaman ke aspal.
Tanpa bicara lagi, Aluna tidur di sofa. Dia sengaja tidak akan menyinggung apa pun mengenai balapan itu, jika bukan Keen sendiri yang akan bicara.
**
Sinar matahari yang mulai tampak menyinari bumi masuk melalui celah kaca. Keen telah bangun dari tadi. Dia tidak bisa memejamkan mata dari terbangun jam tiga dini hari tadi. Dia hanya memandangi istrinya yang tertidur di sofa dengan meringkuk. Ingin rasanya dia memeluk tubuh itu yang terlihat kedinginan.
Keen telah mencoba berdiri, tapi badannya terasa remuk. Tidak sanggup melakukan itu. Perawat masuk mengantarkan sarapan dan memeriksa keadaannya.
"Selamat Pagi Keen!" sapa Perawat itu.
"Selamat Pagi ...," jawab Keen.
"Bagaimana keadaannya? Apa ada keluhan?" tanya Perawat itu. Keen hanya menjawab dengan gelengkan kepala.
"Tensinya normal. Nanti jam sepuluh akan ada Dokter jaga yang akan memeriksa keadaan kamu. Ini sarapan dan obat yang harus di minum. Jangan lupa ya, setelah makan."
Perawat itu lalu menatap ke arah Aluna yang masih terlelap. Dia lalu tersenyum pada Keen.
"Kakaknya pasti sangat menyayangi kamu." Perawat itu berkata sambil memandangi Aluna.
"Dia bukan kakakku tapi istriku," jawab Keen.
Kedua perawat itu tampak terkejut mendengar ucapan cowok itu. Dia melihat data Keen. Di sana tertulis tanggal kelahirannya.
"Kamu bisa aja candaannya," ujar perawat itu lagi.
"Aku tidak sedang bercanda. Dia memang istriku!" ucap Keen penuh penekanan.
Perawat itu hanya membalas dengan senyuman dan pamit. Dia terlihat masih kurang percaya dengan ucapan Keen.
Saat berada di luar, dia dan kawannya langsung tersenyum. "Cowok itu sangat manis, suka. becanda lagi. Emang kita percaya jika itu istrinya. Usianya aja baru delapan belas di bulan depan," ucap Perawat itu.
"Mungkin dia takut kamu goda," jawab Perawat yang satu lagi. Mereka berdua lalu tertawa.
Di saat perawat itu baru saja meninggalkan ruangan, Aluna terbangun. Keen tersenyum manis melihat istrinya.
"Selamat Pagi, Istriku," sapa Keen dengan lembut, tapi tidak di jawab Aluna. Wanita itu mengacuhkan Keen dan langsung masuk ke kamar mandi.
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
siti homsatun
emang enak di dicuekin ,,rasa in lu keen
2023-07-20
0
siti homsatun
ya gak percaya lah soalnya umurnya masih 18 th 😊
2023-07-20
0
Yunia Afida
istrimu ngambek ken, siap siap diamuk tu, gimana g marah jadi bahan taruhan
2023-07-09
1