Aluna mematut dirinya di depan cermin besar yang ada di kamar. Menyapu bedak ke pipi putih mulusnya. Keenan yang baru selesai berpakaian menatap tanpa kedip penampilan wanita itu. Sepertinya cowok itu tidak suka, dapat di lihat dari tatapannya yang begitu tajam.
Dengan tangan terkepal dia mendekati Aluna yang baru saja selesai menyisir rambutnya yang terurai hingga sebahu. Tidak akan ada yang menduga jika dia seorang guru. Penampilan wanita itu masih pantas untuk anak kuliahan.
Dengan tiba-tiba cowok itu menarik rok Aluna, membuat wanita itu terkejut. Dia menarik agar rok itu turun hingga lutut. Keenan tidak suka melihat guru yang telah menjadi istrinya itu memakai rok pendek.
"Apa-apaan kamu, Keen?" tanya Aluna.
"Apa uang gaji Ibu kurang untuk membeli rok yang lebih dalam dari ini?" Keenan tidak menjawab pertanyaan Aluna. Dia balik bertanya.
Aluna melihat ke rok yang dia pakai. Memang sedikit pendek. Namun, baginya biasa saja. Bukankah dia bukan guru yang harus mengisi kelas. Dia hanya di kantor saja. Memberi bimbingan bagi murid yang bermasalah.
"Apa Ibu sengaja untuk menarik perhatian Pak Daniel?" Kembali Keenan bertanya.
"Itu bukan urusan kamu. Aku mau pakai rok bahkan mau telanjang. Kenapa kamu yang marah!" jawab Aluna ketus.
Aluna marah karena Keenan selalu saja mengaitkan dirinya dengan Pak Daniel. Padahal dia tidak memiliki hubungan apa pun dengan guru olah raga itu. Dia bahkan tidak ada perasaan apa-apa.
"Jadi menurut kamu aku tidak ada urusan denganmu? Apa kamu lupa jika aku ini suamimu?"
Keenan bertanya dengan suara keras. Dia bahkan tidak memanggil Ibu lagi, melainkan Kamu. Keenan mengusap wajahnya kasar. Dia berjalan menuju nakas di samping tempat tidur. Membuka laci dan mengambil gunting. Tanpa Aluna duga, cowok itu menggunting rok yang dia pakai. Aluna tidak berani bergerak, takut gunting melukai pahanya.
"Sekarang kamu bisa pergi! Aku tidak akan peduli kamu telanjang 'kan?"
Aluna menarik napas dalam, menahan emosinya. Tanpa pedulikan wanita itu, Keenan berjalan meninggalkan kamar. Mengambil tas dan segera pergi ke sekolah.
Setelah kepergian Keenan, tangis Aluna pecah. Dia bukan marah karena rok miliknya di gunting. Yang membuat Aluna takut, melihat kemarahan Keenan tadi.
Keenan yang kembali lagi karena kunci motornya ketinggalan mendengar suara tangis dari dalam kamar. Dia mengintip dari pintu yang sedikit terbuka. Cowok itu melihat Aluna yang yang membuka seluruh pakaiannya sambil berurai air mata.
"Ya, Tuhan. Apa aku keterlaluan. Aku tidak suka melihat dia tampil seperti itu. Dia seperti anak remaja jika berpenampilan seperti tadi." Keenan bergumam sendiri.
"Tadi apa yang aku lihat, tubuhnya begitu seksi. Apa aku bisa kuat jika tinggal serumah terus. Jika aku pergi, Papi akan mencabut seluruh fasilitas yang dia berikan," ucap Keenan dengan lirih. Dia berjalan perlahan meninggalkan apartemen.
Keenan teringat kemarin Papi menghubunginya dan mengatakan jika dia harus tetap menjadi suami untuk Bu Aluna. Biaya kebutuhan hidup Papi yang menanggung. Dia akan mencabut semau fasilitas jika Keenan meninggalkan Bu Aluna.
Sampai di sekolah, Keenan sengaja mengajak teman-temannya untuk duduk di taman yang berada dekat gerbang sekolah. Dia hanya ingin melihat kedatangan istrinya. Ingin tahu rok apa yang dipakai wanita itu.
Hingga bel masuk pelajaran pertama, Keenan tidak melihat Bu Aluna. Ketika masuk jam pelajaran ke tiga, cowok itu sengaja minta izin ke toilet. Dia sengaja melewati ruang BP dan mengintip dari jendela, tapi tidak melihat adanya Aluna, istrinya.
Keenan mulai gelisah. Teringat Aluna yang menangis. Dia takut jika wanita itu kabur. Dengan bergegas dia berjalan kembali menuju kelas. Saat melewati taman, dia mendengar suara Papi-nya sedang bicara. Rasa penasaran membuat Keenan mengintip.
Tampak Bu Aluna dan Papinya Keenan sedang mengobrol. Dia tidak dapat mendengar apa yang sedang dibicarakan Papi dan Aluna. Namun, saat Papi berdiri, pria paruh baya itu sepertinya memberikan kartu ATM untuk Aluna. Dia juga memberikan amplop.
"Segitu sayangnya sama menantu. Apa hebatnya sih Bu Aluna sehingga Papi begitu sayangnya. Orang-orang belum tahu aja bar-barnya itu wanita," gumam Keenan pada dirinya sendiri.
Tanpa Keenan ketahui, ternyata ada beberapa pasang mata yang juga mengintip Bu Aluna dan Pak Bramantyo sedang mengobrol, sehingga muncul prasangka buruk. Mereka membuat cerita versi sendiri.
Saat jam istirahat, Keenan yang ingin ke kantin mendengar orang menyebut nama Aluna dan Papinya. Ada tiga orang murid di sana, duduk di bangku taman.
"Aku melihat Pak Bramantyo, papinya Keenan memberi uang segepok. Pasti Bu Aluna itu simapanannya," ucap cewek yang bernama Desy.
"Keenan harus tahu ini. Aku melihat Keenan ada perhatian untuk Bu Aluna. Biar dia tahu gimana kelakuan guru yang dia idolakan. Pantas saja dia suka dandan seperti abege. Tidak tahunya ingin menjerat Pak Bramantyo. Dasar guru j*lang," ucap Fanny.
Fanny telah lama menyukai Keenan, tapi tidak ada tanggapan dari cowok itu. Dia hanya bersikap biasa saja seperti dengan teman cewek lainnya. Padahal Fanny adalah idola di sekolah. Dia cantik, pintar dan kaya.
Keenan yang tidak terima Papi dan istrinya jadi bahan gosip menjadi naik darah. Dilihatnya ada ember bekas air pel. Keenan mengangkatnya dan menyiram ke tubuh tiga teman ceweknya. Membuat Fanny, Desy dan Mery kaget. Serempak memandangi Keenan dengan wajah merah menahan amarah.
"Kenapa memandangi aku seperti itu? Tidak terima? Makanya bersihkan otak dan pikiran kalian. Mending aku hanya menyiram dengan air pel, jika aku juga mengepel kepala kalian, mau apa? Kalian tidak terima, silakan mengadu pada kepala sekolah. Sekalian katakan apa yang kalian gosipkan tadi!" ucap Keenan dengan amarah.
Dia lalu berjalan meninggalkan ketiga temannya. Ternyata perbuatan Keenan di lihat banyak murid lainnya. Termasuk Bu Aluna yang ingin ke Kantin. Aluna lalu memanggil ketiga muridnya itu dan juga meminta Keenan untuk ikut. Aluna harus tahu penyebab cowok itu melakukan hal tadi.
Berempat mereka menghadap Aluna. Wanita itu meminta Keenan menjelaskan, kenapa dia sampai menyiram tubuh temannya.
"Ibu tanyakan saja sama mereka! Aku tidak mungkin melakukan sesuatu jika tidak ada penyebabnya!" ucap Keenan dengan penuh penekanan.
"Ada yang bisa jelaskan pada ibu, kenapa Keenan menyiram kalian dengan air bekas pel?" tanya Bu Aluna.
Fanny, Mery dan Desy saling berpandangan. Apakah mungkin mereka mengatakan apa yang tadi menjadi penyebab Keenan marah.
Lama menunggu. Tidak ada yang mau bicara. Aluna menjadi heran. Apakah muridnya takut karena di ancam Keenan. Itu yang ada dalam pikiran wanita itu.
"Kenapa kalian tidak ada yang berani bicara? Apakah kalian bertiga di ancam Keenan?" tanya Aluna.
Keenan yang menjadi tertuduh menjadi makin emosi. Dia memang terkenal sangat temperamen, tapi semua pasti ada penyebabnya. Dia tidak akan marah jika tidak ada yang mencoba memancing amarahnya.
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Siapa juga yg gak salah paham,kalo seorang lelaki ngasih ATM dan Amplop ke seorang wanita,Kenapa gak di ajak ketemuan di suatu ruangan aja gitu..ckkk 🤦
2025-03-22
0
siti homsatun
lebih baik kamu jelas in sama Bu Aluna Keen,apa alasan kamu nyiram temanmu itu,biar Bu Aluna gak menyangka kamu yg bersalah
2023-07-18
0
Aprisya
kenapa bu guru langsung menuduh keenan sebagsi tersangka sih... ayolah keenan jelasin biar bu guru tidak salah paham
2023-07-07
1