Mendengar tuduhan dari Aluna membuat emosi Keenan kembali tersulut. Dari pagi istrinya itu telah membuat dia emosi. Di tambah lagi tuduhannya.
"Jangan mengambil kesimpulan sebelum mendengar penjelasan Bu Aluna. Tidak selamanya yang terlihat jahat itu yang bersalah," ucap Keenan ketus.
Aluna menarik napas dalam. Sebagai seorang guru BK memang tidak seharusnya dia mengambil kesimpulan tanpa penjelasan terlebih dahulu. Bukankah guru BK bertugas untuk mengetahui dan juga memahami perilaku dan juga memberikan konseling kepada siswa sehingga bisa membantu siswanya dalam mengatasi setiap permasalahan siswa.
Keenan berdiri dari duduknya, menatap tajam ke arah tiga orang teman ceweknya itu. Fanny, Mery dan Desy tertunduk, tidak berani menatap ke arah pria itu.
"Ibu Aluna yang terhormat, ketiga orang cewek ini mengatakan jika ibu adalah simpanan Papi saya. Ibu berdandan seksi dengan memakai rok pendek itu hanya untuk mencari perhatian para pria terutama Pak Bramantyo," ucap Keenan dengan suara lantang.
Aluna terdiam mendengar penjelasan dari murid sekaligus suaminya itu. Padahal Keenan sengaja menambahkan pakaian seksi untuk menyindir wanita itu.
Tanpa menunggu penjelasan dari teman ceweknya yang lain Keenan pergi. Baru sampai di pintu, Aluna meminta Keenan kembali.
"Keen, ibu minta kamu kembali duduk!" perintah Aluna.
Keenan membalikkan tubuh dan menatap tajam ke arah wanita itu. Aluna menganggukan kepalanya seperti memohon. Cowok itu dengan malas kembali duduk.
"Katakan dengan jujur, apa benar yang Keenan katakan tadi?" tanya Aluna berusaha menahan emosi. Dia tidak ingin menjadi bahan omongan, jika seorang guru BK memarahi muridnya.
"Maafkan kami, Bu. Tadi Desy dan Mery melihat Ibu dan Pak Bramantyo bicara di taman. Sepertinya Pak Bramantyo memberi ibu amplop, jadi mereka berkesimpulan jika itu uang buat Ibu sebagai simpanannya Papi Keenan." Fanny menjelaskan semua yang dikatakan Desy dan Mery.
Keenan memukul meja cukup keras, membuat Aluna kaget dan langsung memegang dadanya. Dia teringat saat Keenan marah dan menggunting roknya tadi pagi.
"Makanya jadi orang itu jangan suka gosip. Jika memang Bu Aluna ini simpanan Papi saya, berarti dia cari mati. Memberi uang di sekolah, dan pasti ada yang melihatnya atau mungkin aku sendiri yang menyaksikan itu. Orang jika bersalah akan selalu menyembunyikannya, bukan memamerkan. Lagi pula apa tidak terlalu berisiko jika Aluna menerima uang dari Papiku disekolahan ini!" ucap Keenan dengan suara tinggi.
"Kami minta maaf, Bu," ucap ketiga murid Aluna itu dengan terbata. Mereka takut melihat kemarahan Keen.
Aluna menarik napas dalam sebelum bicara. Dia tersenyum pada ketiga muridnya yang tampak pucat karena ketakutan.
"Sekarang Ibu pengin tanya sama Desy. Kamu tadi yang melihat Ibu dan Pak Bramantyo sedang mengobrol. Apakah kamu mendengar apa yang kami obrolkan?" tanya Aluna.
Desy menjawab dengan menggelengkan kepalanya. Hal itu membuat Keenan kembali emosi. Dia kembali memukul meja. Semua yang ada di dalam ruangan menjadi kaget dan ketakutan.
"Apa kamu tidak bisa bicara? Menjawab hanya dengan anggukan kepala. Kamu pikir yang bertanya ini temanmu. Walau Aluna masih muda, dia tetap guru kamu," ucap Keenan makin emosi dan kembali dia tidak sadar menyebut nama Aluna tanpa Ibu.
"Maaf, Bu. Aku memang salah. Aku tidak mendengar apa yang Ibu dan Pak Bramantyo omongkan. Tidak seharusnya aku berpikiran negatif." Dengan terbata Desy mengatakan semua itu. Dia takut melihat Keenan makin emosi.
"Kalian tahu, bagaimana jika Bapak Bramantyo yang dengar. Dia bisa saja menjatuhkan sangsi pada kalian.Kami tadi bicara juga tidak di tempat sembunyi. Di taman, tempat umum. Lain kali jika melihat sesuatu jangan mengambil kesimpulan sendiri. Apa yang kita lihat kadang tidak seperti yang kita pikirkan. Kalian minta maaf dengan Keenan sebagai anak Pak Bramantyo," ucap Aluna.
Ketiga murid Aluna itu lalu mengulurkan tangan meminta maaf. Setelah itu minta maaf dengan Bu Aluna.
"Lain kali ibu tidak mau mendengar ada lagi murid yang bicara jelek tentang guru. Baik ibu atau guru yang lainnya."
"Baik, Bu." Mereka mengucapkan dengan serempak. Setelah itu mereka diizinkan kembali ke kelas.
Keenan juga ikut berjalan keluar meninggalkan Aluna. Wanita itu memanggil suaminya dan menahan langkahnya.
"Keenan, kamu tinggal sebentar. Masih ada yang akan Ibu katakan," ucap Aluna menahan langkah Keenan yang telah sampai di ambang pintu.
Keenan berbalik menghadap wanita itu. Menatapnya dengan mata tajam.
"Apa lagi yang ingin Ibu katakan?" tanya Keenan dengan penuh penekanan.
Aluna berdiri dari duduknya dan tanpa Keenan duga, wanita itu langsung memeluk pinggangnya dengan erat. Keenan jadi salah tingkah dan tidak tahu harus melakukan apa.
"Maafkan aku. Terima kasih karena telah membelaku," ucap Aluna dengan tangan yang masih memeluk erat pinggang cowok itu.
Tinggi Aluna yang hanya sedada cowok itu, membuat dia harus menunduk agar dapat melihat wajah istrinya. Bertepatan dengan Keenan yang menunduk, Aluna menengadahkan kepalanya sehingga bibir Keenan beradu dengan bibir wanita itu.
Lama mereka terdiam dan saling bertatapan. Tiba-tiba Keenan mengangkat tubuh mungil istrinya ke atas meja. Dia mengukung dengan kedua tangannya. Keenan mendekatkan bibirnya ke bibir istrinya dan mengecup dengan lembut.
Walau usia Aluna telah memasuki dua puluh lima tahun, tapi dia belum pernah pacaran, sehingga tubuhnya terasa panas, jantung berdetak lebih cepat dengan apa yang Keenan lakukan.
Melihat Aluna yang hanya diam, tangannya menahan kepala Aluna. Memegang tengkuk wanita itu. Keenan lalu ******* bibir mungil istrinya. Ciuman yang awalnya hanya biasa saja, akhirnya saling menuntut. Keenan ingin lebih jauh melakukan dengan istrinya, tapi semua terhenti karena mendengar langkah kaki mendekat.
Keenan melepaskan pagutannya di bibir Aluna. Menghapus bibir wanita itu. Dia juga menurunkan Aluna dari meja.
Di saat yang bertepatan Aluna yang telah kembali merapikan pakaiannya, muncul Pak Daniel. Dia tampak sedikit kaget melihat Keenan yang ada bersama Aluna, berdiri begitu dekatnya.
"Maaf, apa aku mengganggu? Ibu Aluna sedang memberikan konseling?" tanya Pak Daniel.
"Sangat mengganggu." Keenan yang menjawab pertanyaan Pak Daniel. Wajahnya terlihat sangat kesal karena di ganggu pria itu.
Pak Daniel membalas dengan menatap muridnya. Terlihat dia kurang senang karena menganggap muridnya lancang menjawab pertanyaan yang dia ajukan untuk Aluna. Keenan tertawa sinis.
"Maaf, Keenan. Bapak bertanya dengan Bu Aluna," ujar Pak Daniel
"Aku mendengarnya, tentu saja aku berhak menjawab," ucap Keenan.
Aluna yang menyadari jika Keenan mulai terbawa emosi, lalu meminta Keenan untuk keluar dari ruangan itu. Namun, Keenan tidak juga bergerak dari tempatnya berdiri.
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
NAHHH, TU KENNAN NYOSOR DLUAN, DASAR ABG LABIL 😂😂😂😂😂😂
2023-10-09
0
wkwkwkwkw jalu
mulai tumbuh tuh
2023-08-18
1
✍️⃞⃟𝑹𝑨🤎ᴹᴿˢ᭄мαмι.Ɱυɳιαɾ HIAT
wah mulai bucin
2023-08-03
0