Keenan yang mendengar teriakan Aluna langsung mengedor pintu kamar mandi. Takut terjadi sesuatu dengan wanita itu. Aluna membuka pintu, dan memamdangi wajah Keenan dengan mata melotot.
"Ada apa sih teriak-teriak seperti orang habis diperkosa aja." Keenan kesal karena melihat Aluna yang tampak biasa saja, tidak terjadi sesuatu pada diri wanita itu.
"Kamu masuk dulu!" perintah Aluna.
"Ibu mau kita mandi bareng? Ingat Bu, perjanjian kita, jika tidak ada sentuhan fisik di antara kita hingga aku lulus," ucap Keenan.
Aluna makin membesarkan mata mendengar ucapan anak muridnya itu. Bagaimana anak usia delapan belas tahun sudah berpikir begitu. Diusianya yang menginjak dua puluh lima tahun, dia belum pernah memikirkan hal mesum, seperti mandi bersama.
"Jangan berpikiran mesum. Usia kamu saja belum dua puluh tahun. Pipis aja masih belum beres. Lihat itu ...!" Aluna menunjuk ke arah CD Keenan yang tergeletak di lantai kamar mandi.
"Oh, itu. Emang kenapa? Sebagai seorang istri itu kewajiban ibu untuk membereskan dan mencucinya!"
"Kamu kira aku pembantumu? Ambil dan masukan ke keranjang pakaian kotor milikmu! Cuci pakaian masing-masing!" ucap Aluna dengan penuh penekanan.
"Aku nggak mau! Ibu aja ambil dan masukan ke keranjang. Aku mau berpakaian. Nanti telat!"
Tanpa peduli Keenan membalikkan tubuhnya, ingin melangkah pergi. Aluna yang melihat itu tidak tinggal diam. Dia menahan dengan menarik handuk Keenan hingga terlepas dari tubuhnya. Melihat Keenan yang tanpa sehelai benang pun membuat Aluna dan Keenan serempak berteriak. Wanita itu langsung menutup mata dengan tangannya.
"Ibu mau memperkosaku?" Keenan bertanya dengan suara lantang.
"Untuk apa aku memperkosamu, nggak akan puas," jawab Aluna.
"Jadi Ibu ingin bukti. Ayo kita main kuda-kudaan sekarang." Keenan berjalan mendekati gurunya itu.
Aluna membuka matanya, kembali dia berteriak, karena Keenan belum juga memakai handuknya yang berada di lantai. Wanita itu lalu berbalik dan masuk ke kamar mandi. Dari dalam dia kembali berteriak.
"Dasar Keenan giilaaa ...," teriak Aluna.
Keenan tertawa mendengar suara teriakan gurunya. Dia segera berpakaian dan langsung pergi ke sekolah. Tidak peduli nanti Aluna pergi dengan siapa. Menggunakan motor gedenya Keenan membelah jalanan ibu kota.
Sampai di gerbang sekolah, Keenan kaget karena gerbang telah di kunci. Dia terlambat lima menit dari jam masuk sekolah. Dengan murid lainnya Keenan menunggu di luar pagar. Pintu gerbang akan dibuka saat pelajaran pertama di mulai.
Keenan tersenyum melihat Aluna yang baru sampai dengan menggunakan taksi. Semua mata murid laki-laki yang terlambat menatap ke arah guru itu.
"Apakah saat ini aku telah mati dan berada di surga?" Salah seorang murid cowok yang bernama Ari, bertanya dengan temannya. Namun, suaranya masih dapat di dengar Keenan.
"Lo masih tidur?" Bukannya menjawab pertanyaan Ari, temannya yang bernama Dewa itu balik bertanya.
"Gue melihat ada bidadari baru turun dari taksi. Berarti gue sudah berada di surga!" ucap Ari lagi.
Dewa dan Keenan langsung mengeplak kepala Ari mendengar ucapannya. Cowok itu meringis kesakitan. Aluna yang melihat ke arah muridnya itu lalu memberikan senyuman. Dia sebenarnya malu karena terlambat.
Tanpa di duga yang lain, muridnya yang bernama Ari itu langsung menjatuhkan tubuhnya dari motor mendapat senyuman dari Aluna.
"Ya, Tuhan. Aku masih mau hidup. Walau di surga ada bidadari tapi aku masih ingin menikmati hidup," ujar Ari.
Keenan yang melihat itu, langsung meninju lengannya. "Jangan lebai, Lo. Baru segitu aja Lo bilang sudah secantik bidadari. Bu Aluna mah, wajahnya biasa. Gue aja dah bosan menatap wajahnya. Kalau bisa memilih, gue tak mau tinggal dengannya," ucap Keenan tanpa sadar.
Dewa dan Beni yang mendengar ucapan Keenan langsung memegang dahi Keenan. Setelah itu mereka saling bertatapan.
"Nggak panas, normal. Tapi kenapa bicaranya ngawur juga. Kalau Ari biasalah. Dia 'kan baru keluar dari rumah sakit jiwa. Masa Keenan juga ketularan sakitnya Ari?" tanya Dewa.
"Lo pikir gue sakit?" tanya Keenan dengan suara tinggi. Sampai ke telinga Ibu Guru Aluna. Dia jadi menatap ke arah Keenan.
"Kenapa tadi mengatakan jika Lo tinggal dengan Bu Aluna?" tanya Beni.
Keenan memandangi wajah Beni dan Dewa. Baru sadar dengan ucapannya. Dia lalu terdiam. Mungkin berpikir jawaban apa yang akan dia berikan air teman-temannya tidak curiga.
"Lo pada heboh, sih. Jadi gue juga terbawa halu." Keenan mengaruk kepalanya yang tidak gatal. Dia tidak sadar mengatakan semua itu tadi.
Beruntung gerbang segera di buka, sehingga temannya melupakan ucapan Keenan tadi. Mereka masuk dan di minta berbaris di lapangan selama sepuluh menit, sambil memberi hormat ke bendera.
Keenan tidak mau berdiri di lapangan. Dia duduk di kursi yang ada di depan kelas. Pak Daniel, guru olah raga mendekati Keenan.
"Kenapa kamu tidak ikut teman yang lain, memberi hormat pada bendera di lapangan?" tanya Pak Daniel.
Keenan memandangi Pak Daniel dengan mata tajam. Tidak suka pria itu menegurnya. Guru olah raga itu masih berusia 28 tahun. Masih tergolong muda.
"Kenapa saya harus berdiri di lapangan? Panas! Lebih baik duduk di sini!" ucap Keenan sambil tersenyum miring.
Daniel tampak menarik napas panjang dan dalam. Dia tahu jika Keenan adalah anak ketua yayasan yang juga pemilik sekolah ini. Namun, dia juga tidak bisa membedakan murid-muridnya. Keenan harus diberi hukuman sepwrti teman yang lainnya.
"Kamu terlambat dan sebagai hukumannya harus berdiri di lapangan selama sepuluh menit sambil hormat." Daniel menjawab dengan pelan menahan emosinya.
"Jika aku harus berdiri di lapangan berarti Ibu Aluna juga harus berdiri. Bukankah dia juga terlambat? Peraturan itu harus diikuti seluruh penghuni sekolah, bukan hanya murid," jawab Keenan dengan angkuhnya.
Pak Daniel tampak menarik napasnya lagi. Apa yang dikatakan Keenan tidak salah. Akan tetapi, mana mungkin dia menghukum Aluna. Guru wanita yang dia sukai itu.
Aluna yang kebetulan berjalan, entah mau kemana, berhenti ketika melihat perdebatan guru dan murid itu. Dia yakin Keenan mencari masalah lagi.
"Ada apa Pak Daniel, apa yang Keenan lakukan?" tanya Aluna dengan tersenyum manis sekali.
Melihat senyuman manis guru wanita itu, Pak Daniel juga membalas dengan senyum semringahnya. Keenan yang melihat itu juga tersenyum, tapi tersenyum miring. Wajah murid itu tampak kesal.
"Hhhhmmmm," dehem Keenan melihat kedua guru itu yang hanya saling melempar senyum dan mengacuhkan dirinya. Deheman Keenan, membuat mereka kaget dan kembali perhatian tertuju pada cowok itu.
"Keenan tidak mau di hukum jika Ibu Aluna tidak dihukum juga, karena Ibu juga terlambat," ucap Daniel dengan pelan. Dia tidak mau nanti Keenan mengadu yang bukan-bukan pada orang tuanya.
Mendengar penuturan dari Pak Daniel, Ibu Aluna menatap Keenan dengan mata melotot. Keenan hanya tersenyum miring sambil mengangkat bahunya.
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
✍️⃞⃟𝑹𝑨🤎ᴹᴿˢ᭄мαмι.Ɱυɳιαɾ HIAT
keenan jail dan usil ya
2023-08-03
0
siti homsatun
Keenan ku tunggu kebucinamu ke bu Aluna 😊
2023-07-18
0
Aprisya
keenan modus kamu ya..
2023-07-07
1