Crisis World
...Chapter 1...
Dunia, tahun 2018
"Haah- membosankan sekali."
"Ara-ara Tsukasa, kau seharian ini rebahan mulu di kursi, ya?"
Pria, berpenampilan baju kotak-kotak merah tetiba datang dan mengatakan sepatah kalimat kepadaku.
"Ah-- malaslah, aku lagi tak ingin melakukan kegiatan apapun, tak terkecuali memotret gambar."
Yap, serius, dengan keseharian yang biasa kulakukan, tampaknya mulai timbul rasa bosan di benak ini. Mungkin bukan karena itu juga sih.
"Oy- oy- oy, kau tidak ingat kah apa tugasmu di dunia ini? Juga, kau tak melihat tembok aneh di luar kah?"
Lagi-lagi, dia membantah argumenku? Ah sudahlah....
"Haah- Yusuke, tenanglah, kujamin, tembok di luar sana tidak akan membawa permasalahan yang dirasa akan memberatkan misi kita, oke?" Selesai berkata, aku memilih untuk bangun, melangkahkan kaki menuju ke pojok ruangan, dimana sebuah permadani bergambarkan tembok aneh terpampang begitu nyata.
Aneh? Mungkin adalah penggambaran nan cocok mengenai gambaran tersebut. Gimana tidak? Dalam permadani berukuran besar itu, tergambar dua buah tembok abu-abu berukuran raksasa, tampak tengah saling berhadapan satu sama lain.
Ini jauh lebih aneh lagi ketika aku melihat bentuknya, benar-benar aneh.
Tembok ataupun pagar yang senantiasa kulihat pasti ada suatu kesamaan, yakni memiliki corak. Kali ini tidak, tembok tersebut seperti tergambar oleh seorang seniman aneh, mungkin saja.
Ah-- sampai lupa, lelaki berpenampilan baju kotak-kotak tak lain bernama Yusuke Godai, atau biasa dikenal sebagai Kamen Rider Kuuga. Yah... secara teknis dia mengikuti perjalanan kami.
"Tembok aneh, bercorak tidak jelas, dengan warna merah di bagian atas...." Pelan-pelan kedua tanganku mulai meraba gambar permadani, sungguh kasar.
"Dunia Build, kah?"
Benar, saat ini, kami tengah melakukan perjalanan ke dunia lain, dan dunia yang kami datangi merupakan tempat dimana Kamen Rider Build lahir.
...----------------...
"Hmmm-?" Tetap memerhatikan gambar tembok pada permadani, tanpa sadar, pikiranku mulai terjun ke dalam lamunan.
"Tsukasa?" Heran melihat diriku terdiam tanpa suara, Yusuke lalu mendekat dan memegang pundak kiriku.
"Haah- sebenernya tugasku di sini itu apa?" Aku pun berbalik, melepaskan pegangan Yusuke di pundak, kemudian berjalan beberapa langkah ke arah depan.
"Bukankah sudah jelas?"
Sial, langkah kakiku menjadi terhenti nih. Siapa sih orang yang barusan berbicara?
"Ara? Natsumi-?" Begitu badanku berbalik, seorang perempuan berambut hitam, dengan panjang rambut mencapai kedua bahu, kini tengah berdiri di balik pintu rumah.
Perempuan itu bernama Natsumi, Natsumi Hikari lebih tepatnya. Omong-omong, rumah yang saat ini ku tempati adalah rumahnya. Sudah paham?
Cantik... mungkin penggambaran yang pas untuknya. Bagaimana tidak? Postur tubuh ramping, dengan mengenakan kemeja berwarna biru membuat dirinya terlihat seperti model kelas atas, mungkin kalau barang belanjaan di tangan kanannya bisa disingkirkan, aku akan berpendapat seperti tadi, asli.
"Tsukasa, ingat tugasmu di sini." Usai mengucap satu kalimat, Natsumi lalu berjalan ke arah belakang, bermaksud menaruh barang belanjaan yang ada di genggaman.
Eits, dan lagi... tadi Yusuke, sekarang kau pun ikutan memojokkanku?
"Natsumi, kau pun sama seperti Yusuke, kah?" Selang beberapa saat menatapnya, aku memiliki suatu ide bagus, lebih baik berbaring di atas kursi ketimbang berjalan tanpa tujuan, right?
"Hah? Apa maksudmu? Lebih-lebih lagi, apa kau tak ingat akan ucapan orang itu?" Selepas menaruh barang bawaan, Natsumi berkata sembari melangkahkan kaki mendekat ke arahku.
Iyaah... sejenak pikiranku melayang, hinggap pada wajah seseorang yang sebelumnya ku temui.
Lelaki, berkulit putih, rambut panjang hingga menyentuh daun telinga, mempunyai sesuatu semacam kelelawar terbang menjadi gambaran akan pemuda tersebut.
Yah... dia merupakan salah satu Rider yang memerintahkanku untuk mengembara ke 9 dunia, dan sekarang dia memintaku untuk melanjutkan perjalanan?
Kampr*t memang tuh orang.
Oke... sebelumnya akan ku ceritakan mengapa kami bisa tiba di dunia Build.
Beberapa hari lalu....
"Fumu? Nih fotomu."
Memotret adalah kesukaanku, sungguh, tiada hal yang lebih menyenangkan selain mengambil gambar pemandangan ataupun orang-orang di sekitar. Setidaknya itulah yang tercoret jelas di dalam benak.
Hari-hariku cukup menyenangkan. Memotret dengan tempat nan berbeda-beda tentu membuat mataku tanpa henti mengucapkan rasa syukur.
Kali ini, aku tengah berada di sebuah taman. Ukurannya sendiri tidak terlalu luas, serius, hanya saja suasana taman nan sejuk lagi angin sepoi-sepoi di setiap langkahku berjalan tentu membuat siapapun akan betah berlama-lama.
Akan tetapi....
"Permisi, apa kau seorang fotografer keliling?" Seorang perempuan bergaya short hair warna cokelat menepuk pundakku sebanyak 2 kali.
Tinggi badan? Mungkin 180-an, entahlah... itu hanya tebakan ku saja
"Ah-- iya, bisa dibilang seperti itu lah."
Tidak-tidak, aku tak bermaksud sombong, karena sesuatu yang kuucapkan adalah sebuah kebenaran.
"A-a-anu... tolong fotoin aku di tempat itu, dong." Wanita itu menunjuk ke sebuah tempat nan sunyi di sana. Hmm... dia suka kesunyian, kah?
"Siap dilaksanakan." Tanpa banyak omong, aku berjalan ke depan sambil ditemani olehnya.
Ahh... indahnya pemandangan di sekitar. Ingin sekali aku mendirikan sebuah rumah di dekat-dekat sini sih, kalaupun bisa.
Yah walau hanya sebuah harapan sih....
"Emh---"
"Hmmm?" Sementara aku tengah suka cita dalam lamunan, wanita yang berada di sampingku tiba-tiba berdehem pelan. Walau kecil, suaranya masih tetap terdengar sih.
"Kenapa? Apa ada masalah?"
"Hah? Gak-gak, gak ada apa-apa kok."
Aneh, entah kenapa aku merasa ia tengah menyembunyikan sesuatu deh, entahlah. Mungkin hanya firasatku sahaja.
"Oke dah tiba, jadi kamu mau difoto di bagian mana?" tanyaku.
"Emh--- emh...."
"Ah- di situ."
Wanita, eh klienku meminta dipotret di salah satu pohon beringin di belakang.
Fumu-? Tumben sekali seorang wanita meminta diambil gambar dari situ? Eh tapi peduli apa aku? Mending lanjutkan tugasku deh.
"Siap-siap, kamu ambil pose dulu deh," ucapku mempersilakan ia untuk pergi ke sana.
"O-oke."
Sepakat, wanita itu kemudian berlari menghampiri satu pohon beringin. Aku? Tentu saja menyiapkan kamera terlebih dahulu. Ya kali pas mau memotret, gambarnya malah burem/tak jelas. Kan tidak lucu deh.
"Nah, sudah lebih baik."
"Oke, pose sebagus mungkin," ucapku sembari membidikkan kamera ke arahnya.
"I-iya...."
Dari nada bicaranya terdengar begitu gugup? Entahlah, mana peduli aku.
Selagi mataku fokus ke dalam lensa kamera, seseorang tetiba muncul dan mengatakan.
"Decade, perjalananmu masih belum berakhir."
Orang itu, dilihat dari penampilan dan wajah, tidak salah lagi kalau dia adalah orang yang memerintahkanku untuk mengembara ke 9 dunia. Sekarang dia memberiku sebuah nasihat apa gimana?
"Iya-iya, saya tahu kok!" jawabku sembari berhenti memotret, lalu menengok ke kanan-kiri.
"T-tahu apa?" Areh?
Perasaan tadi aku melihat ada lelaki di lensaku, tapi kok...
Kesampingkan itu, saya harus menjawab apa nih? Bercakap tanpa pemicu? Bisa-bisa saya dianggap gila oleh wanita itu.
"Tidak, bukan kau yang ku maks-"
"Graaaaaaaaa-!!!"
"Hmmm?" Aku dan wanita di sampingku kini memiliki satu pikiran.
"Kamu dengar suara barusan kah?"
Baru juga hendak ditanyakan, dia sudah bertanya terlebih dahulu? Wanita memang beda dah.
"Ho'oh, rasanya suara itu berasal dar-" Hendak mendongak menatap langit-langit cerah, kedua mataku terbelalak lebar begitu melihat sebuah naga berwarna kulit hitam kini tengah melayang di bawah permukaan awan.
"Be-besarnya."
"Ada apa dengan reak-" Diliputi akan rasa penasaran, wanita di sebelahku berkata sembari ikut mendongakkan kepala ke atas.
"B-b-b- waaaaaa-!!" Belum sempat ucapan diselesaikan, ia langsung berteriak sangat kencang begitu melihat seekor naga tengah terbang di atas permukaan udara.
"Hmmmmmm-?!!!"
Bodoh, suaramu apa tidak bisa dikecilkan, kah? S*al....
Karena jeritan terdengar seperti suara orang di saat konser berlangsung, alhasil naga nan aneh itu pun memfokuskan pandangannya ke arah kami berdua.
(Bagai seorang predator yang sedang menargetkan mangsa, naga di atas lalu merespon jeritan sang wanita dengan melaju ke arah kami berdua)
"Kyaaaaaaaaaa-!!!"
"Gawat-"
Bagaimana? Bagaimana in-
(Hanya dalam kurun waktu 3 detik, naga itu telah menempuh jarak cukup panjang, hingga tinggal beberapa meter lagi ia akan menabrak kami berdua)
Sial, dia kenapa melaju cepat sekali sih? Andai-
Kenapa- kenapa ada yang berani mengacau sih? Hadeh... gumaman belum sempat terselesaikan dengan baik, sebuah ledakan tetiba tercipta di sekitar tempat kami berdiri.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 132 Episodes
Comments
StrosaV
Fumu😅
2023-06-25
0
𝓒𝓻𝓮𝓪𝓽𝓲𝓸𝓷
no comment lah, mau nikmatin aja
2023-06-22
1
StrosaV
Wow, siapa nih?😅
2023-06-22
0