...Chapter 13...
"Jadi...."
"... Jadi di antara kalian berdua, siapa yang memiliki identitas sebagai Kamen Rider Metal Build?" Kuuga menyela ucapanku.
Mungkinkah ia melakukan itu semua demi diriku? Kalau iya, mantap dah Yusuke, kau cepat tanggap. Tak salah bila aku bangga padamu.
"Hmmmm? Apa maksud perkataanmu?"
Lelaki bercirikan jaket biru cerah menjawab pertanyaan Yusuke dengan berbalik nanya.
Kocak, make ngelak lagi. Udah kasih tahu aja identitas asli kalian berdua. Kami pun punya bukti, lah.
"Ga usah berpura-pura menjadi bodoh."
"Maaf, dia memang otot tanpa otak."
Definisi teman lupa jati dirinya. Asli. Teman sendiri malah dihina loh.
"Haah-? Apa katamu?!"
Wowowow... dia marah bung.
"Oke, jujur saya tak mengenal kalian bertiga ini siapa. Hanya saja kalian melontarkan pertanyaan yang tak ada kaitannya dengan kami berdua."
"Hmmmmm?" Aku dan Yusuke sama menyipitkan mata, memfokuskan pandangan ke arah penunggang rider berwarna merah & biru.
"Sungguh, tak ada nama lain dari rider itu? Siapa? Metal Build, kah? Nama rider paling tidak jelas."
Sayang sekali, kami tak mungkin langsung percaya dengan ucapanmu.
Ow... sampai lupa, alasanku menuduh salah satu dari mereka sebagai Kamen Rider Metal Build yakni persamaan dari driver yang digunakan. Kurasa Yusuke pun menyadari hal tersebut. Hebat-hebat.
"Haha, sayang sekali, kami tak bisa percaya begitu saja."
Itu benar, jangan mudah percaya dengan orang tak dikenal. Bahaya!
Selagi berucap, aku memutuskan untuk maju satu langkah ke depan. Alasan? Entahlah.
"Oy-oy, jadi maksudmu ucapan rekanku tak bisa dipercaya, gitu?"
Memang bener, dan sangat jelas kuakui.
"Hmmmmmm."
Tumben Yusuke diam aja, tak bias-
"Kyaaaaaaaaaa-!!"
Natsumi, kau kenapa menjerit tanpa sebab sih? Tengok, gumamanku jadi tersela karenamu. Dasar menyebalkan!
"Kenapa Nat-" Penasaran, aku dan Yusuke memutuskan untuk menengok ke arahnya berdiri.
"K-k-k-"
Berbicara gagap seperti ini, mungkinkah terjadi sesuatu yang membuatmu terkejut bukan main?
"Natsumi, kau kenapa?" Bingung, Kuuga lantas maju mendekati wanita di sebelah, meminta penjelasan secara jelas.
*Duaaaaaaaarrrrrrr*
Sekarang apa? Ledakan super besar terjadi di sekitar area kami berdiri.
Spontan aku, Yusuke beserta Natsumi langsung menunduk seraya menutup kedua telinga menggunakan tangan. Dua rider di seberang mata? Apa peduliku?! Utamakan orang terdekat dulu.
*Hurrrrrrgggghhhh*
Hmmm... suara aneh secara terus menerus terngiang di telingaku.
"Tsukasa, apakah ledakan sudah berakhir?" Wanita di samping Yusuke, mengucap satu pertanyaan kepadaku.
"Sebentar-" Segera kedua tangan diletakkan kembali di bawah pinggang, sementara posisi tubuh lantas kuberdirikan, dengan tatapan mata tertuju pada sumber suara.
"..."
O- aku bingung ingin mengatakan apa. Pemandangan yang kulihat saat ini tampak begitu mengejutkan.
"Bagaimana Tsukasa? Apa kau-"
*Hurrrrrrgggghhhh*
Mengerikan lagi menakutkan, betul! Gila-gila, bagaimana bisa sebuah benda berukuran raksasa itu ingin jatuh tepat di lokasi kami berdiri?
Yap, tepat, saat Natsumi bertanya perihal apa yang sedang terjadi, sebuah tembok berukuran 50-70 meter, maybe, tampak bergerak mendekat ke arah kami bertiga. Itu artinya tembok tersebut ingin menimpa kami semua, gitu aja gak paham!
"Sh*tttt-!!" Melihat tembok aneh itu ingin jatuh menghantam teman-temanku, segera aku berlari mundur sambil menarik posisi mereka berdua untuk lari dari sini.
Kebetulan posisi kedua temanku berseberangan langsung dengan posisi tembok. Jadi tak ayal bila mereka tak bisa melihat benda aneh itu ingin roboh. Understand?!
"E...."
"K-"
"Diamlah!!" bentakku meminta mereka untuk diam.
Ayolah, sekarang bukan saat yang tepat untuk berdebat, keselamatan nyawa menjadi taruhan di beberapa detik kedepan.
"Haah- haah- haah-"
"Haah- haah- haah-"
Bisa yok bisa, jangan sampai hidup kalian berdua berakhir di tempat nan aneh ini. Terus melangkah bersamaku, oke?!
"Haah- haah- haah- haah- haah-"
"Haah- h-"
Di sinilah momen mengesalkan terjadi. Sangat-sangat.
*Hurrrrrrgggghhhh*
"?" Diliputi oleh rasa penasaran, aku yang tak dapat lagi menahan rasa itu lantas menengok sebentar ke arah belakang sembari tetap meneruskan perjalanan.
"..."
Gawat, ini sangat gawat. Benar-benar bahaya! Dalam beberapa detik kemudian, tembok di belakang bakal ambruk tepat di lokasi kami berada.
Kabur? Jarak tembok itu saja berkisar 50-an meter, sementara kami berada dekat sekali dengan tempat di mana benda tersebut bakal rubuh.
Sialan! Apakah tak ada cara lain? Seseorang tolonglah kami.
*Hurrrrrrgggghhhh*
Gelombang pencabut nyawa terdengar sebegitu jelas di sekitar tempat kami berlari.
Ayolah tembok... beri kami sedikit waktu untuk kabur.
"Awas!!" Seseorang entah siapa berteriak sangat keras kepada kami bertiga. Menengok? Tak sempat, bahaya sedang mendekat.
*Hurrrrrrgggghhhh*
*Buaaaaaaagggggggghhh*
Boommm... sebuah tembok raksasa kini mendarat tepat di belakang punggung kamu.
"Bwaaaaaaaaaaaa-!!" Tak kuat menahan hempasan angin yang ditimbulkan, aku, Yusuke beserta Natsumi sama-sama terhempas ke bagian depan.
*Bruuuuuuuuuukkkkkkkk*
*Bruuuuuuuuuukkkkkkkk*
*Bruaaaaaggggghhhh*
Oke takdir, saya ingin menanyakan satu hal. Kenapa di antara teman-temanku, hanya diriku yang mengalami nasib sial? K*mpret emang.
Yah, benar, kami memang sama-sama terpental dan mendarat, akan tetapi, posisi aku mendarat jauh lebih buruk ketimbang Yusuke dan Natsumi, dimana mereka berdua landing di tanah lembut jauh dari jalan raya, sementara aku malah mendarat di permukaan jalan raya.
Apa-apaan ini? Masa aku mengulangi pendaratan di lokasi serupa? Kan tidak logis, menyebalkan!
"Awwwww- sakitnya...."
Aku tidak manja, dan rasa sakit ini memang begitu terasa di bagian tengkuk.
Tengkuk \= leher
"Hmmmm-"
Berdiam diri bukanlah tindakan bagus. Lebih baik aku mengecek kondisi setiap bagian tubuh, mengetahui apakah ada organ yang terluka atau tidak.
"Emmmm... sepertinya tidak terjadi luka sama sekali deh, paling hanya rasa sakit di leherku saja, sih."
Benar, sangat teramat tepat. Leherku terasa begitu sakit. Dokter, tolong sembuhkan leherku. Leher ini terasa nyeri ketika hendak digerakkan ke lain arah selain depan sahaja.
Ya begitulah, aku bergegas untuk bangkit dari posisiku.
"Hmmm-?" Di saat bersamaan, kedua mataku tertuju pada seorang anak lelaki tampak tengah membopong seorang wanita.
"Yusuke, Natsumi kenapa?"
Yap, dua orang itu adalah kedua teman dekatku. Mereka bernama Natsumi Hikari serta Yusuke Godai.
Melihat Yusuke berdiri sambil membopong tubuh Natsumi, tanpa pikir panjang aku pun berjalan mendekat ke arah keduanya.
"Owh, Tsukasa, ini Nats-"
"Graaaaahhhhhhhh-!!"
Oke bagus, sekarang ucapan Yusuke menjadi tersela karena jeritan itu.
"Hmmmm?" Apa lagi? Aku, Yusuke, dan tak lupa Natsumi menoleh tepat ke belakang, mencari sumber suara.
"I-i-i-"
"Graaaaaaaaaaaahhhhhhh!!"
Kami tidak sedang menyatakan pedang melawan robot, kan? Sejauh mataku memandang, tak ada apa pun selain kumpulan robot aneh yang mencoba berjalan ke arah kami.
Tinggi? Maybe 200-300 cm. Bentuk? Aduh... pusing, masing-masing robot memiliki tampang beraneka ragam. Bagaimana ingin menjelaskannya, coba?
Ada dua hal yang dapat kusampaikan saat mataku memandang mereka semua. Pertama, robot-robot ini bergerak seperti zombie. Kedua, di antara robot-robot itu, ada beberapa robot dengan tinggi hingga mencapai 500 cm.
Gila memang, sungguh!
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 157 Episodes
Comments