Satoe Tanda Cinta Letnan
Boooooom
Duaaaaaar
Dor dor dor
Suara tembakan saling beradu diikuti suara ledakan dari granat dan bom yang baru saja dilemparkan tepat di samping mereka. Dini hari itu suasana kembali mencekam. Padahal tadi malam mereka baru saja merasa sedikit ada ketenangan.
" Letnan, Anda tidak apa-apa?"
" Aku baik-baik saja. Lindungi warga sipil. Jangan sampai ada korban baru."
" Siap laksanakan!"
Seorang wanita menenteng sebuah senjata laras panjang M 4A1 tengah fokus membidik musuh. Hari itu serangan tiba-tiba terjadi saat dini hari sekitar pukul 02.00 waktu negara setempat.
Ya saat ini wanita itu beserta tim nya tengah berada di negara P dimana negara tersebut adalah negara konflik yang hingga sekarang masih mengalami perang. Sudah sekitar satu bulan mereka berada di sana.
Kletaak
Booooom
Blukk ... Nguuuuung
Tubuh wanita itu terpental dan menghantam sebuah dinding. Seketika pandangannya kabur, telinganya berdengung dan akhirnya gelap. Dia tidak bisa melihat apapun dan tidak juga mendengar apapun.
" Ditaaaaaaa!"
" Ma, please jangan teriak-teriak apa Ma. Ini Dita sudah bangun kok."
Nadita Jyotika Lagford, gadis itu masih bermalas-malasan di kamarnya. Mendapat cuti sebelum keberangkatannya ke negara P, ia gunakan untuk bersantai di rumah. Tapi tampaknya sang mama tidak membiarkan hal tersebut. Dari tadi mamanya itu terus memanggilnya. Usia 27 tahun nyatanya hanya sebatas angka, tingkah laku Dita biasa ia dipanggil masih seperti bocah saat berada di rumah orang tuanya.
" Anak papa udan mandi belum hmm?"
Dita langsung memeluk sang papa, pria paruh baya itu masih terlihat gagah dan tampan. Padahal usianya sudah akan mendekati 60 tahun.
" Dit, kalau kamu begitu dilihat sama anak buahmu gimana?"
" Ya nggak gimana-gimana mah."
Silvya menepuk keningnya pelan. Dita sangat jauh berbeda saat mode anak papa dan mode tentara. Mode anak papa, gadis itu begitu manja kepada Dika. Dan mode tentara gadis itu sangat tegas kepada tim nya.
Saat ini Dita belum memberitahu keberangkatannya ke negara P. Padahal keberangkatannya dijadwalkan lusa. Entah reaksi seperti apa yang akan papa nya perlihatkan.
Dika begitu mellow jika berhubungan dengan anak-anak nya. Saat Dita memutuskan untuk mendaftar sebagai taruna di AKMIL Magelang pun Dika tak berhentinya menangis. Menjadi taruna pasti akan melakukan latihan fisik yang berat, Dika sungguh tidak tega akan hal tersebut.
Ketiganya akhirnya sarapan bersama. Setelah makanan mereka mulai habis Dita kemudian memulai pembicaraan seriusnya.
" Ma, Pa, Dita lusa berangkat ke negara P. Mungkin sekitar 3 sampai 6 bulan Dita akan berada di sana."
Hening
Tidak ada reaksi apapun dari kedua orang tuanya. Dita sedikit aneh. Biasanya baik papa maupun mama nya akan drama setiap Dita mengatakan kaan pergi tugas. Merasa tidak ada rekasi Dita pun menyelesaikan makannya, membawa piring kotornya ke wastafel, mencucinya dan kembali ke kamar untuk bersiap-siap. Tanpa gadis itu tahu saat ini sang mama wajahnya sudah berlinangan air mata.
"Hiks, mas, anak kita mau kemana lagi. Itu bukannya negara P lagi perang ya. Mas, setiap Dita pergi tuh aku selalu merasa sudah kehilangan dia. Kadang aku nyesel udah ngizinin dia buat jadi tentara."
" Sttt, jangan begitu. Ridho orang tua itu adalah bekal tersendiri bagi anak-anaknya. Sebenarnya apa yang dilakukan Dita dan kamu dulu tidak jauh berbeda. Yang membedakan hanya status dan aturannya saja. Dia adalah gadis yang kuat dan berprestasi. Kamu lihat sendiri kan diusianya yang begitu muda sudah memiliki pangkat. Dengan hal itu saja sudah membuktikan kalau dia itu mampu melakukan ini semua. Kita doakan yang terbaik saja."
Silvya mengangguk, apa yang dikatakan suaminya itu benar adanya. Biasanya Dika yang mellow, ini tumben Silvya yang berderai air mata.
Hari keberangkatan Dita pun akhirnya tiba. Dika, Silvya, Nataya dan Naisha pun ikut mengantar. Dita memeluk satu-persatu anggota keluarganya tersebut. Padahal mereka sudah sering mengantar Dita pergi bertugas tapi kali ini semua terlihat menangis
" Hei ayolah, bukan sekali ini Dita pergi."
Semua menghapus air matanya. Seseorang datang dan memberi hormat ke pada Dita.
" Letnan waktunya berangkat."
" Baik, saya akan segera kesana. Dita pamit ya."
Lambaian tangan keluarganya mengiringi Dita pergi bertugas. Dita berjalan semakin menjauh. Ia melihat kebelakang. Dilihatnya papa dan mama nya semakin tidak terlihat. Mata Dita mengerjab pelan. Ia benar-benar tidak bisa melihat apapun sekarang. Semua gelap, hanya sebuah suara yang memanggilnya.
" Letnan, Letnan Dita. Letnan, apakah bisa mendengar ku. Letnan! Bahaya,tidak ada respon. Mari bawa Letnan Dita ke camp. Panggil tim medis."
" Siap Kapten Alsaki."
Dita bisa mendengar kedua anggota tim nya tersebut. Namun tubuhnya benar-benar tidak bisa digerakkan. Lidahnya kelu untuk berucap padahal ia ingin berteriak mengatakan bahwa dia tidak apa-apa.
Tubuh Dita dibawa oleh anggotanya, mereka adalah Kapten Alsaki dan Lettu Brahma ke dalam tenda medis. Disana juga ada tentara medis yang siap sedia pada setiap situasi.
" Oh shiit, she had a cardiac arrest. Do CPR now! ( dia mengalami henti jantung, lakukan CPR sekarang)"
Dokter yang lain langsung naik ke atas tubuh Dita dan melakukan CPR untuk bisa mengembalikan denyut jantung. Wajah cemas terlihat pada Alsaki dan Brahma. Mereka tadi sungguh kecolongan. Saat Dita menyuruh mengamankan warga sipil, tidak ada satu diantara mereka yang berada di samping sang Letnan untuk melindungi.
" Kapt Al, bagaimana keadaan Letnan Dita."
Seseorang datang menanyakan keadaan Dita. Dia adalah Letda Ekadanta. Alsaki hanya diam, mereka masih menunggu dokter yang sedang melakukan tindakan medis kepada Dita.
Please, jangan sampai terjadi apa-apa padamu. Aku sungguh tidak bisa melihatmu kenapa-napa.
Seseorang bergumam, dia begitu khawatir kepada Dita. Tapi tidak ada yang tahu tentang apa yang pria itu rasakan. Dia cukup pandai menutupi rasa hatinya yang sudah dipendamnya selama dua tahun ini.
Di dalam tenda dokter masih berusaha untuk mengembalikan denyut jantung Dita. Defibrillator pun digunakan, hingga bunyi di monitor kembali terdengar.
" Good job!"
" Syukurlah."
Semua tampak menghela nafasnya lega. Dita pun kembali sadar. Rupanya ia terkena syok saat granat menghantam bangunan samping Dita berada sehingga tubuh Dita terpental. Beruntung tidak ada yang serius hanya saja punggung Dita yang luka karena menghantam bangunan.
Dita kembali bisa melihat beberapa orang yang sedang mengobatinya. Sesaat gadis itu tersenyum, nyawanya masih aman hingga saat ini.
" Aku pikir aku akan berakhir di sini. Pa, ma maafin Dita ya kalau Dita banyak salah."
Ia kembali memejamkan matanya. Sebenarnya bukan kali pertama kejadian seperti itu menimpanya, tapi yang sekarang ini entah mengapa bayangan keluarganya begitu jelas di pelupuk mata.
TBC
Hai-hai readers kesayangan akoooh. Karya baru nih, masih inget kan ini siapa. Yups, ini adalah Dita adik dari Nataya. Kali ini Othor mau membuat kisah putrinya Papa Dika sama Mama Silvya.
Semoga kalian suka ya. Othor nulis ini sambil bayangin DOTS sam CLOY hahaha. Tapi nggak kok alurnya nggak sama kayak mereka. Cuma vibes nya aja berasa begitu.
Happy reading readers, jangan lupa dukung othor terus ya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
Nur Bahagia
bukannya granat dulu baru tembakan 😁
2024-10-27
0
komalia komalia
selalu ngikut kisah ppaah dika sama mamah silfya
2024-09-18
0
Sweet Girl
Siapakah dia... yang memendam rasa...?
2024-05-19
0